NEW YORK - Sekelompok anak yang terdiri dari sekira 100 siswa SMU berniat naik penerbangan rute New York-Atlanta. Sayang, niat mereka pupus lantaran dikeluarkan dari penerbangan setelah pilot dan kru kehilangan kesabaran.

Para siswa dari Yeshiva of Flatbush di Brooklyn, Amerika Serikat, berada di penerbangan AirTran pada Senin, 3 Juni 2013, pukul 06.00 dari Bandara LaGuardia. Perusahaan induk AirTran, Southwest Airlines, dalam sebuah pernyataannya menyebutkan bahwa pramugari telah beberapa kali meminta mereka untuk duduk di kursi masing-masing dan mematikan ponselnya sebelum lepas landas.

Pihak maskapai mengatakan, kapten pilot bahkan ikut mengulangi permintaan pramugari. Lantaran tidak juga didengar, para siswa itu kemudian diperintahkan untuk turun demi alasan keamanan.

Para siswa keluar dari armada Boeing 737 berkapasitas sekira 137 orang itu. Akibatnya, penerbangan ditunda selama sekira 45 menit dan kursi pesawat sebagian besar menjadi kosong.

"Tindakan yang diambil oleh awak pesawat tidak bisa dibenarkan," kata Rabbi Seth Linfield, Direktur Eksekutif Yeshiva of Flatbush. Ditanya apakah sekolahnya terlalu banyak memberangkatkan siswa dalam penerbangan, dia berkilah telah beberapa kali melakukan hal serupa sebelumnya.

Sementara, juru bicara Southwest Airlines, Brad Hawkins, tidak ingin merinci mengapa siswa-siswa tersebut diminta keluar dari pesawat. Namun, dia menegaskan, "Saya tidak memiliki indikasi bahwa pramugari bereaksi berlebihan."

Dia beralasan bahwa awak kabin AirTran telah meminta ulang kepada para siswa untuk menjaga perilaku menjelang penerbangan. "Titik di mana kapten pilot bicara lewat sistem PA dan mengatakan 'Kalian semua harus duduk', itu tindakan yang tidak biasa," ujarnya, seperti disitat News, Rabu (5/6/2013).

Para siswa kemudian dimasukkan ke penerbangan lain. Bahkan, beberapa di antaranya butuh 12 jam untuk mencapai tujuan berikutnya melalui transfer penerbangan. Beberapa siswa mem-posting gambar dan video perjalanan mereka di media sosial. Ini setidaknya mengundang rentetan pesan Twitter, kebanyakan mengeluhkan bahwa cara mereka diperlakukan adalah "skandal".

Pihak Southwest Airlines kemudian menawarkan voucher gratis terbang kapan saja untuk para guru dan siswa yang ikut dalam penerbangan tersebut.[RIGHT]sumber[/RIGHT]