- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sejarah Watergate: skandal politik terbesar di Amerika


TS
cahyazone
Sejarah Watergate: skandal politik terbesar di Amerika
update film nya gan... 
dibacanya pelan-pelan gan.. menarik kok gan..
lumayan untuk menambah wawasan agan

BISMILLAH.. SEMOGA GA

Watergate adalah skandal politik yang paling terkenal dalam sejarah Amerika, dan Deep Throat adalah nara sumber paling misterius dalam sejarah jurnalistik.
-BBC-
Permisi agan agan, ane pengen share tentang suatu peristiwa sejarah yang bisa disebut sebagai skandal politik terbesar di Amerika Serikat "WATERGATE SCANDAL". Artikel tentang peristiwa ini ane rangkum dari berbagai sumber. Sebuah skandal yang diawali peristiwa pencurian yang sebelumnya dianggap kecil ini kemudian menjadi sebuah skandal besar yang akhirnya menggulingkan sang presiden. Berikut kisahnya....

Kepala satuan pengamanan (satpam) Frank Wills, yang bertugas di Kompleks Perkantoran Watergate, Washington D.C, barangkali tidak mengira keberhasilannya menangkap lima maling pada dini hari 17 Juni 1972 bakal mempengaruhi masa depan Amerika. Kelima pelaku ternyata bukan pencuri biasa, melainkan anggota sayap politik Partai Republik yang hendak menyadap lawan-lawan mereka menjelang pemilihan presiden Negeri Adi Daya itu.
Di gedung Watergate, terdapat kantor pusat Partai Demokrat, rival kubu Republik. Polisi yang mencokok kelima orang itu juga langsung curiga. Mereka tidak terlihat seperti maling, karena membawa walkie-talkie, kamera kecil, dan alat penyadap. Salah satu tersangka, bernama Jim McCord, ternyata mantan pegawai Badan Intelijen Amerika (CIA).
Awalnya kejadian itu tidak dianggap sebagai suatu kasus yang mengerikan, hanya sebagai kejadian pencurian akibat kecerobohan semata, namun keadaan lebih lanjut menunjukkan sebuah skandal besar yang meliputi berbagai aktifitas pengintaian politik, sabotase dan bahkan penyuapan, dan hal ini terungkap semakin jelas saat penyelidikan mengungkapkan bahwa sekumpulan orang yang menyelundup masuk itu ternyata memasang alat penyadap disana, dan bukan hanya sebagai aktifitas pencurian biasa. Hanya saja, selama beberapa bulan kasus upaya penerobosan Kantor Pusat Demokrat ini menguap. Rakyat Amerika sedang dilanda euforia terpilihnya kembali Presiden Richard Nixon dari Partai Republik. Dia dikenal sebagai salah satu presiden bertangan besi dan tegas, terutama karena bersikeras mempertahankan pasukan Amerika di Vietnam.
Hal ini baru menunjukkan sebuah titik terang setelah Nixon dinyatakan terpilih lagi pada pemilihan kembali, 11 November 1972. Terungkapnya dua orang dari penyelundup beserta dua orang lain yang dicurigai turut serta dalam konspirasi tersebut itu ditangkap dan divonis bersalah baru dinyatakan pada bulan Januari 1973, beberapa bulan setelah Nixon resmi diumumkan sebagai pemenang pemilihan kembali tahun 1972. Hal ini terjadi karena fokus perhatian masyarakat, pemerintah dan media masa pada bulan-bulan tersebut lebih cenderung mengarah pada aktifitas kampanye serta persiapan pemilihan umum.
Kisaran bulan Januari tahun 1973, kasus tersebut semakin giat untuk diselidiki lebih serius. Publik mulai memperhatikan kembali kasus Watergatekarena hakim John Sirica (hakim yang memimpin sidang pengadilan kasus pencurian itu) selain menghukum lima orang pencuri dan dua orang lain yang ikut serta divonis bersalah, juga menyatakan adanya dugaan konspirasi politik yang mencapai sejumlah pejabat tinggi di pemerintahan menyelimuti upaya penyadapan itu. Asumsi dan kecurigaannya ini ternyata diperteguh dengan kehadiran surat yang menyatakan ada upaya tutup mulut besar-besaran dari salah seorang pencuri yang divonis bersalah, yang dihukum berat karena menolak mengungkapkan informasi soal skandal itu.
Skandal ini juga mencuat setelah dua wartawan harian the Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein rutin melaporkan adanya dugaan keterlibatan Presiden Nixon. Dua wartawan ini memainkan peranan penting untuk memusatkan perhatian publik kepada skandal itu, dibantu oleh informasi penting dari informan misterius mereka, yang dikenal dengan nama Deep Throat.

Pemberitaan-pemberitaan yang semakin seru ini akhirnya membuat senat pun turun tangan untuk meluncurkan penyelidikan mendalam yang melibatkan sejumlah tokoh politik besar saat itu, seperti mantan jaksa agung John Mitchell dan John Ehrlichman, kepala penasehat Gedung Putih dan HR Haldeman pada bulan Mei 1973.
Segala upaya baik dari media massa dan pemerintahan membuat Nixon akhirnya angkat bicara dan mengatakan “Saya bukan seorang pecundang” pada 17 November 1973. Hal yang dilakukan Nixon ini awalnya terlihat sebagai upaya untuk membuat khalayak memberikan sedikit simpati padanya, namun sebaliknya, kalimat yang terlontar tersebut justru semakin memaksa Nixon untuk keluar dari zona nyamannya.
Sampai akhirnya pada bulan April 1974, Nixon tunduk kepada tekanan publik dan terpaksa menerbitkan sebagian catatan pembicaraannya yang direkam sehubungan dengan Watergate.
Sebagian catatan pembicaraan yang diserahkan oleh Nixon nyatanya tetaplah sebagai suatu usaha dari Nixon untuk meyakinkan khalayak bahwa dirinya tidaklah turut berserta dalam kasus konspirasi ini, namun hal itu tidak menghentikan merosotnya dukungan bagi pemerintahannya, ataupun menganai persepsi publik bahwa dia ikut serta dalam konspirasi tersebut.
Berdasarkan laporan investigatif itu, terkuak bahwa tim kampanye Nixon menyewa beberapa tenaga lepas untuk menyadap kubu lawan. Pencurian informasi untuk pemenangan pemilihan umum ini tidak hanya menimpa Partai Demokrat, namun juga banyak lembaga, termasuk kepolisian.
Publik makin marah karena ketika Watergatemulai mencuat, muncul bukti kubu Nixon memaksa polisi dan jaksa menghentikan penyelidikan.
Bola panas pun bergulir, sampai akhirnya pada April 1974 Mahkamah Agung memaksa Nixon menyerahkan rekaman percakapan dirinya dengan penasihat politiknya di Gedung Putih

Kubu Demokrat pun langsung menggalang hak angket untuk memakzulkan presiden. Tidak diduga, puluhan anggota parlemen dari Partai Republik ikut mendukung upaya ini.
Ini adalah titik mula kejatuhan Nixon, sampai pada klimaksnya tanggal 5 Agustus 1974 dimana Nixon memberikan catatan tiga rekaman pembicaraan dan melakukan pengakuan bahwa dirinya mengetahui adanya upaya untuk menutup-nutupi dan mencoba menghentikan penyelidikan FBI tentang kasus tersebut.
Tiga hari kemudian, tepat pada pagi hari 8 Agustus 1974, Nixon membacakan pengunduran diri disiarkan radio dan televisi nasional. Dia mengambil keputusan itu lantaran diberitahu para penasehatnya pemakzulan sudah tidak bisa dihindari. Nixon lalu digantikan oleh Wakil Presiden Gerald Ford.
Dia satu-satunya presiden aktif yang mundur akibat tekanan politik sepanjang sejarah berdirinya Amerika. Bahkan Presiden Andrew Johnson dan Bill Clinton yang dimakzulkan parlemen rendah tetap menjabat sampai akhir karena adanya lobi di tingkat senat.
Presiden Ford kemudian mengampuni Nixon untuk menghindari sidang pengadilan, sementara para penasehat Nixon, Haldeman, Ehrlichman dan Mitchell adalah diantara orang-orang yang divonis bersalah pada tahun 1975 atas peran mereka.
Sejak Watergate sukses melengserkan Nixon, pemerintah Amerika memperbaiki undang-undang kampanye dan pemilihan umum. Kasus ini juga menjadi rujukan pakar hukum tata negara dari seluruh dunia soal cara parlemen memakzulkan presiden.

RICARD Milhous Nixon (lahir di Yorba Linda, California, Amerika Serikat, 9 Januari 1913 – meninggal di New York, New York, Amerika Serikat, 22 April 1994 pada umur 81 tahun) ialah Wakil Presiden Amerika Serikat ke-36 (1953 - 1961) dan Presiden Amerika Serikat ke-37 (1969 - 1974).
Ia merupakan presiden Amerika Serikat pertama yang mengundurkan diri dari jabatannya.
Pengundurannya datang sebagai tanggapan pada ruwetnya skandal yang disebut Skandal Watergate. Ia mengumumkan berakhirnya Perang Vietnam yang telah menelan korban ribuan tentara pada 23 Januari 1973. Pengumuman itu secara tidak langsung menjadi pengakuan Amerika bahwa mereka kalah perang di kancah Asia Tenggara.

Banyak cerita menarik, mencengangkan, mengagumkan tentang jurnalis Bob Woodward dan Carl Bernstein. Dua orang itu bekerja secara profesional, tak mengenal lelah, untuk mencari suatu kebenaran. Skandal Watergate membawa dampak yang sangat besar di dunia jurnalisme, khususnya di Amerika Serikat, terutama dalam tata cara wartawan mencari berita, berikut kisahnya..

Deep Throatadalah pseudonym yang diberikan pada sumber rahasia yang membocorkan informasi tentang keterlibatan pemerintahan Richard Nixon, dalam kejadian yang kemudian dikenal sebagai Watergate. Sang informan tersebut adalah sumber penting bagi reporter Washington Post. Bob Woodward dan Carl Bernstein, yang bersama-sama menulis seri artikel tentang skandal yang menggemparkan, bahwa pemerintahan Nixon terlibat di dalamnya. Skandal tersebut kemudian memaksa Presiden Nixon mengundurkan diri dari jabatannya, sekaligus hukuman penjara untuk Kepala Staf White House, H.R. Haldeman, G. Gordon Liddy, Charles Colson, dan Penasehat Presiden kala itu John Ehrlinchman.
Ketika skandal Watergate terus terungkap, Deep Throat saat itu menjadi khawatir perannya dalam penyelidikan Washington Post akan dibeberkan, Deep Throat diyakini menuntut agar dia dan Woodward (reporter Washington Post) berhenti berbicara lewat telpon, karena takut saluran telpon disadap, dan keduanya mulai bertemu di malam hari dalam sebuah garasi tempat parkir umum di Washington.
Bila Woodward ingin bertemu Deep Throat, wartawan itu mengubah posisi pot bunga di jendela apartemennya.
Bila Deep Throat ingin bertemu Woodward, dia melingkari halaman 20 koran New York Times yang diantarkan tukang koran ke rumah Woodward.
Selama beberapa dekade ada spekulasi mengenai identitas Deep Throat, namun hal itu hanya menambah misteri.

W. Mark Felt menghembuskan nafas terakhir di kota Santa Rosa, negara bagian California, akibat sakit jantung pada tanggal 18 Desember 2008 di usia 95 tahun.
Pengungkapan skandal Watergate pun menginspirasi penulisan novel dan pembuatan film legendaris berjudul "All the President's Men." Selain itu juga menjadi studi kasus yang menarik bagi para mahasiswa yang belajar ilmu jurnalistik.
ini film dokumenternya gan,, dari Discovery Chanel

ini dia gan filmnya, "All the President's Men" seru nih gan filmnya..,
nonton streaming disini, ada subtitle bahasa indonesia nya gan
bantu
ya gan..

dibacanya pelan-pelan gan.. menarik kok gan..
lumayan untuk menambah wawasan agan


BISMILLAH.. SEMOGA GA


Watergate adalah skandal politik yang paling terkenal dalam sejarah Amerika, dan Deep Throat adalah nara sumber paling misterius dalam sejarah jurnalistik.
-BBC-
Quote:
Spoiler for "untuk agan yang belum tau Watergate itu apa?":
Watergateadalah nama sebuah kompleks yang terdiri dari berbagai kantor, hotel dan apartemen di Washington DC (mirip kaya SCBD, Sudirman), di gedung Watergate terdapat kantor pusat Partai Demokrat, rival kubu Republik.
Permisi agan agan, ane pengen share tentang suatu peristiwa sejarah yang bisa disebut sebagai skandal politik terbesar di Amerika Serikat "WATERGATE SCANDAL". Artikel tentang peristiwa ini ane rangkum dari berbagai sumber. Sebuah skandal yang diawali peristiwa pencurian yang sebelumnya dianggap kecil ini kemudian menjadi sebuah skandal besar yang akhirnya menggulingkan sang presiden. Berikut kisahnya....
Quote:
Quote:
Mimpi buruk politik
Spoiler for "Mimpi buruk politik":

Kepala satuan pengamanan (satpam) Frank Wills, yang bertugas di Kompleks Perkantoran Watergate, Washington D.C, barangkali tidak mengira keberhasilannya menangkap lima maling pada dini hari 17 Juni 1972 bakal mempengaruhi masa depan Amerika. Kelima pelaku ternyata bukan pencuri biasa, melainkan anggota sayap politik Partai Republik yang hendak menyadap lawan-lawan mereka menjelang pemilihan presiden Negeri Adi Daya itu.
Di gedung Watergate, terdapat kantor pusat Partai Demokrat, rival kubu Republik. Polisi yang mencokok kelima orang itu juga langsung curiga. Mereka tidak terlihat seperti maling, karena membawa walkie-talkie, kamera kecil, dan alat penyadap. Salah satu tersangka, bernama Jim McCord, ternyata mantan pegawai Badan Intelijen Amerika (CIA).
Awalnya kejadian itu tidak dianggap sebagai suatu kasus yang mengerikan, hanya sebagai kejadian pencurian akibat kecerobohan semata, namun keadaan lebih lanjut menunjukkan sebuah skandal besar yang meliputi berbagai aktifitas pengintaian politik, sabotase dan bahkan penyuapan, dan hal ini terungkap semakin jelas saat penyelidikan mengungkapkan bahwa sekumpulan orang yang menyelundup masuk itu ternyata memasang alat penyadap disana, dan bukan hanya sebagai aktifitas pencurian biasa. Hanya saja, selama beberapa bulan kasus upaya penerobosan Kantor Pusat Demokrat ini menguap. Rakyat Amerika sedang dilanda euforia terpilihnya kembali Presiden Richard Nixon dari Partai Republik. Dia dikenal sebagai salah satu presiden bertangan besi dan tegas, terutama karena bersikeras mempertahankan pasukan Amerika di Vietnam.
Hal ini baru menunjukkan sebuah titik terang setelah Nixon dinyatakan terpilih lagi pada pemilihan kembali, 11 November 1972. Terungkapnya dua orang dari penyelundup beserta dua orang lain yang dicurigai turut serta dalam konspirasi tersebut itu ditangkap dan divonis bersalah baru dinyatakan pada bulan Januari 1973, beberapa bulan setelah Nixon resmi diumumkan sebagai pemenang pemilihan kembali tahun 1972. Hal ini terjadi karena fokus perhatian masyarakat, pemerintah dan media masa pada bulan-bulan tersebut lebih cenderung mengarah pada aktifitas kampanye serta persiapan pemilihan umum.
Kisaran bulan Januari tahun 1973, kasus tersebut semakin giat untuk diselidiki lebih serius. Publik mulai memperhatikan kembali kasus Watergatekarena hakim John Sirica (hakim yang memimpin sidang pengadilan kasus pencurian itu) selain menghukum lima orang pencuri dan dua orang lain yang ikut serta divonis bersalah, juga menyatakan adanya dugaan konspirasi politik yang mencapai sejumlah pejabat tinggi di pemerintahan menyelimuti upaya penyadapan itu. Asumsi dan kecurigaannya ini ternyata diperteguh dengan kehadiran surat yang menyatakan ada upaya tutup mulut besar-besaran dari salah seorang pencuri yang divonis bersalah, yang dihukum berat karena menolak mengungkapkan informasi soal skandal itu.
Skandal ini juga mencuat setelah dua wartawan harian the Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein rutin melaporkan adanya dugaan keterlibatan Presiden Nixon. Dua wartawan ini memainkan peranan penting untuk memusatkan perhatian publik kepada skandal itu, dibantu oleh informasi penting dari informan misterius mereka, yang dikenal dengan nama Deep Throat.
Quote:
Quote:
Rekaman rahasia
Spoiler for "Rekaman rahasia":

Pemberitaan-pemberitaan yang semakin seru ini akhirnya membuat senat pun turun tangan untuk meluncurkan penyelidikan mendalam yang melibatkan sejumlah tokoh politik besar saat itu, seperti mantan jaksa agung John Mitchell dan John Ehrlichman, kepala penasehat Gedung Putih dan HR Haldeman pada bulan Mei 1973.
Segala upaya baik dari media massa dan pemerintahan membuat Nixon akhirnya angkat bicara dan mengatakan “Saya bukan seorang pecundang” pada 17 November 1973. Hal yang dilakukan Nixon ini awalnya terlihat sebagai upaya untuk membuat khalayak memberikan sedikit simpati padanya, namun sebaliknya, kalimat yang terlontar tersebut justru semakin memaksa Nixon untuk keluar dari zona nyamannya.
Sampai akhirnya pada bulan April 1974, Nixon tunduk kepada tekanan publik dan terpaksa menerbitkan sebagian catatan pembicaraannya yang direkam sehubungan dengan Watergate.
Sebagian catatan pembicaraan yang diserahkan oleh Nixon nyatanya tetaplah sebagai suatu usaha dari Nixon untuk meyakinkan khalayak bahwa dirinya tidaklah turut berserta dalam kasus konspirasi ini, namun hal itu tidak menghentikan merosotnya dukungan bagi pemerintahannya, ataupun menganai persepsi publik bahwa dia ikut serta dalam konspirasi tersebut.
Berdasarkan laporan investigatif itu, terkuak bahwa tim kampanye Nixon menyewa beberapa tenaga lepas untuk menyadap kubu lawan. Pencurian informasi untuk pemenangan pemilihan umum ini tidak hanya menimpa Partai Demokrat, namun juga banyak lembaga, termasuk kepolisian.
Publik makin marah karena ketika Watergatemulai mencuat, muncul bukti kubu Nixon memaksa polisi dan jaksa menghentikan penyelidikan.
Bola panas pun bergulir, sampai akhirnya pada April 1974 Mahkamah Agung memaksa Nixon menyerahkan rekaman percakapan dirinya dengan penasihat politiknya di Gedung Putih
Quote:
Quote:
Tergulingnya sang Presiden
Spoiler for "Tergulingnya sang Presiden":

Kubu Demokrat pun langsung menggalang hak angket untuk memakzulkan presiden. Tidak diduga, puluhan anggota parlemen dari Partai Republik ikut mendukung upaya ini.
Ini adalah titik mula kejatuhan Nixon, sampai pada klimaksnya tanggal 5 Agustus 1974 dimana Nixon memberikan catatan tiga rekaman pembicaraan dan melakukan pengakuan bahwa dirinya mengetahui adanya upaya untuk menutup-nutupi dan mencoba menghentikan penyelidikan FBI tentang kasus tersebut.
Tiga hari kemudian, tepat pada pagi hari 8 Agustus 1974, Nixon membacakan pengunduran diri disiarkan radio dan televisi nasional. Dia mengambil keputusan itu lantaran diberitahu para penasehatnya pemakzulan sudah tidak bisa dihindari. Nixon lalu digantikan oleh Wakil Presiden Gerald Ford.
Dia satu-satunya presiden aktif yang mundur akibat tekanan politik sepanjang sejarah berdirinya Amerika. Bahkan Presiden Andrew Johnson dan Bill Clinton yang dimakzulkan parlemen rendah tetap menjabat sampai akhir karena adanya lobi di tingkat senat.
Presiden Ford kemudian mengampuni Nixon untuk menghindari sidang pengadilan, sementara para penasehat Nixon, Haldeman, Ehrlichman dan Mitchell adalah diantara orang-orang yang divonis bersalah pada tahun 1975 atas peran mereka.
Sejak Watergate sukses melengserkan Nixon, pemerintah Amerika memperbaiki undang-undang kampanye dan pemilihan umum. Kasus ini juga menjadi rujukan pakar hukum tata negara dari seluruh dunia soal cara parlemen memakzulkan presiden.
Quote:
Quote:
RICARD NIXON
Spoiler for "RICARD NIXON":

RICARD Milhous Nixon (lahir di Yorba Linda, California, Amerika Serikat, 9 Januari 1913 – meninggal di New York, New York, Amerika Serikat, 22 April 1994 pada umur 81 tahun) ialah Wakil Presiden Amerika Serikat ke-36 (1953 - 1961) dan Presiden Amerika Serikat ke-37 (1969 - 1974).
Ia merupakan presiden Amerika Serikat pertama yang mengundurkan diri dari jabatannya.
Pengundurannya datang sebagai tanggapan pada ruwetnya skandal yang disebut Skandal Watergate. Ia mengumumkan berakhirnya Perang Vietnam yang telah menelan korban ribuan tentara pada 23 Januari 1973. Pengumuman itu secara tidak langsung menjadi pengakuan Amerika bahwa mereka kalah perang di kancah Asia Tenggara.
Quote:
Quote:
SKANDAL WATERGATE
Spoiler for "SKANDAL WATERGATE":
- 17 Juni 1972: Kantor Partai Demokrat di kompleks Watergatedimasuki orang
- 11 Nov 1972: Nixon terpilih lagi
- 30 Jan 1973: Tujuh orang divonis bersalah dalam insiden memasuki kompleks Watergate
- 18 Mei 1973: Senat memulai dengar pendapat mengenai skandal itu yang ditanyangkan di televisi
- 17 Nov 1973: Nixon menyatakan, 'Saya bukan seorang pecundang'
- 27 Juli 1974: Konggres meng-impeach Nixon
- 8 Agustus 1974: Presiden Nixon mengundurkan diri
Quote:
Quote:
Sejarah Besar Kegigihan Wartawan
Spoiler for "Sejarah Besar Kegigihan Wartawan":

Banyak cerita menarik, mencengangkan, mengagumkan tentang jurnalis Bob Woodward dan Carl Bernstein. Dua orang itu bekerja secara profesional, tak mengenal lelah, untuk mencari suatu kebenaran. Skandal Watergate membawa dampak yang sangat besar di dunia jurnalisme, khususnya di Amerika Serikat, terutama dalam tata cara wartawan mencari berita, berikut kisahnya..
Quote:
HARI ketujuh belas Juni 1972. Masih terlalu pagi bagi Bob Woodward untuk terima telepon. Panggilan itu datang dari asisten editor The Washington Post. “Woodward, ada pencurian di markas Demokrat. periksa dakwaannya dan pergilah ke sana.”
Woodward menjalankan tugasnya sebagai wartawan. Ia bersama Carl Bernstein, juga wartawan The Washington Post bekerja meliput pencurian di komplek perkantoran dan pemukiman elite Watergate, markas besar Partai Demokrat. The Washington Post memuat liputan mereka hingga tuntas.
Setelah lima orang pencuri tertangkap dan diadili, Woodward dan Bernstein menelusuri dalang kasus ini. Mereka menemukan adanya kaitan antara pencuri dengan Committee for the Re-election of the President(CRP) atau Komite Pemilihan Kembali Presiden, Richard Milhous Nixon dari Partai Republik.
Perjalanan Woodstein—sebutan untuk duo reporter Woodward dan Bernstein–dimulai. Mereka melakukan investigasi untuk dapatkan kebenaran fungsional. Ratusan narasumber dihubungi. Satu per satu didatangi ke rumah masing-masing. Banyak yang tak mau berkomentar. Woodstein diusir.
Mereka berusaha melemahkan semangat Woodward dan Bernstein. Namun ketika Nixon turun, Katherine Graham-sang pemilik Wahington Post- dapat bercerita dengan bangga. “Banyak orang bertanya kepada saya, bagaimana posisi saya pada masa itu. Tentu saja saya sering dipanggil oleh Presiden. Apakah saya takut? Saya lebih takut turun ke lantai lima.” (Catatan: lantai lima adalah ruang redaksi. Katherine Graham secara implisit mengatakan, dia lebih takut bertentangan dengan kehendak tim redaksi dibanding menentang permohonan seorang Presiden!)

Kisah itu sebetulnya mula-mula tak digubris oleh wartawan dan media lain. Selama berbulan-bulan (Juni – November 1972) Washington Post melaporkan kisah itu sendirian. Katherine Graham almarhum, pemilik koran Wahington Post, bahkan pernah menanyai redaktur Ben Bradley, “Kalau cerita ini begitu penting, mana (koran) yang lainnya …?”
Dari 433 koresponden di Washington pada tahun 1972 itu, hanya 15 yang benar-benar menulis tentang skandal Watergate pada bulan-bulan pertama, tapi kemudian menghilang. Hanya beberapa media selain Washington Post, yang cukup rajin menulis tentang Watergate, yaitu LA Times, New York Times, dan majalah Time. Selebihnya, bungkam seribu bahasa. Di dalam Washington Post pun, banyak anggota redaksi yang skeptis, terutama para wartawan Gedung Putih dan redaktur nasional.
Pemberitaan The Washington Post soal Watergate tak selamanya mulus. Woodward, Bernstein, maupun Bradlee, Pimpinan Redaksi The Washington Post pernah dicap penyebar informasi tak berkualitas. Puncaknya pada 24 Oktober 1972. Woodstein salah menyimpulkan keterangan narasumber. Kesalahan itu menyebabkan berita The Washington Post diperdebatkan kebenarannya. Staf Gedung Putih mencecar habis-habisan The Washington Post hingga berencana menuntut Woodstein serta Bradlee ke pengadilan. Namun profesionalitas di kedepankan. Mereka lakukan konfirmasi ulang bahkan permintaan maaf atas pemberitaan yang keliru. Pemulihan nama baik Woodstein dan harian The Washington Post baru terjadi pada 30 April 1973.
Woodward sering berdiskusi dengan kenalannya, seorang pejabat eksekutif selama proses peliputan kasus Watergate. Ia punya informasi akurat soal CRP dan Gedung Putih. Keterangannya dijadikan background. Howards Simons, redaktur The Washington Post menyebut sang informan sebagai Deep Throat. Tak ada seorang pun yang tahu siapa dia kecuali Woodward.

Investigasi mereka pun akhirnya mulai menemukan bukti-bukti. Pelaku tak bisa lagi menghindar. Perjalanan berita Watergate ditutup dengan mundurnya Richard Milhous Nixon dari jabatan Presiden pada 8 Agustus 1974, dua tahun setelah ia terpilih kembali. Nixon presiden pertama di Amerika Serikat yang mengundurkan diri.
Woodward menjalankan tugasnya sebagai wartawan. Ia bersama Carl Bernstein, juga wartawan The Washington Post bekerja meliput pencurian di komplek perkantoran dan pemukiman elite Watergate, markas besar Partai Demokrat. The Washington Post memuat liputan mereka hingga tuntas.
Setelah lima orang pencuri tertangkap dan diadili, Woodward dan Bernstein menelusuri dalang kasus ini. Mereka menemukan adanya kaitan antara pencuri dengan Committee for the Re-election of the President(CRP) atau Komite Pemilihan Kembali Presiden, Richard Milhous Nixon dari Partai Republik.
Perjalanan Woodstein—sebutan untuk duo reporter Woodward dan Bernstein–dimulai. Mereka melakukan investigasi untuk dapatkan kebenaran fungsional. Ratusan narasumber dihubungi. Satu per satu didatangi ke rumah masing-masing. Banyak yang tak mau berkomentar. Woodstein diusir.
Mereka berusaha melemahkan semangat Woodward dan Bernstein. Namun ketika Nixon turun, Katherine Graham-sang pemilik Wahington Post- dapat bercerita dengan bangga. “Banyak orang bertanya kepada saya, bagaimana posisi saya pada masa itu. Tentu saja saya sering dipanggil oleh Presiden. Apakah saya takut? Saya lebih takut turun ke lantai lima.” (Catatan: lantai lima adalah ruang redaksi. Katherine Graham secara implisit mengatakan, dia lebih takut bertentangan dengan kehendak tim redaksi dibanding menentang permohonan seorang Presiden!)

Kisah itu sebetulnya mula-mula tak digubris oleh wartawan dan media lain. Selama berbulan-bulan (Juni – November 1972) Washington Post melaporkan kisah itu sendirian. Katherine Graham almarhum, pemilik koran Wahington Post, bahkan pernah menanyai redaktur Ben Bradley, “Kalau cerita ini begitu penting, mana (koran) yang lainnya …?”
Dari 433 koresponden di Washington pada tahun 1972 itu, hanya 15 yang benar-benar menulis tentang skandal Watergate pada bulan-bulan pertama, tapi kemudian menghilang. Hanya beberapa media selain Washington Post, yang cukup rajin menulis tentang Watergate, yaitu LA Times, New York Times, dan majalah Time. Selebihnya, bungkam seribu bahasa. Di dalam Washington Post pun, banyak anggota redaksi yang skeptis, terutama para wartawan Gedung Putih dan redaktur nasional.
Pemberitaan The Washington Post soal Watergate tak selamanya mulus. Woodward, Bernstein, maupun Bradlee, Pimpinan Redaksi The Washington Post pernah dicap penyebar informasi tak berkualitas. Puncaknya pada 24 Oktober 1972. Woodstein salah menyimpulkan keterangan narasumber. Kesalahan itu menyebabkan berita The Washington Post diperdebatkan kebenarannya. Staf Gedung Putih mencecar habis-habisan The Washington Post hingga berencana menuntut Woodstein serta Bradlee ke pengadilan. Namun profesionalitas di kedepankan. Mereka lakukan konfirmasi ulang bahkan permintaan maaf atas pemberitaan yang keliru. Pemulihan nama baik Woodstein dan harian The Washington Post baru terjadi pada 30 April 1973.
Woodward sering berdiskusi dengan kenalannya, seorang pejabat eksekutif selama proses peliputan kasus Watergate. Ia punya informasi akurat soal CRP dan Gedung Putih. Keterangannya dijadikan background. Howards Simons, redaktur The Washington Post menyebut sang informan sebagai Deep Throat. Tak ada seorang pun yang tahu siapa dia kecuali Woodward.

Investigasi mereka pun akhirnya mulai menemukan bukti-bukti. Pelaku tak bisa lagi menghindar. Perjalanan berita Watergate ditutup dengan mundurnya Richard Milhous Nixon dari jabatan Presiden pada 8 Agustus 1974, dua tahun setelah ia terpilih kembali. Nixon presiden pertama di Amerika Serikat yang mengundurkan diri.
Quote:
Quote:
"Deep Throat" sang Nara sumber
Spoiler for ""Deep Throat" sang Nara sumber":

Deep Throatadalah pseudonym yang diberikan pada sumber rahasia yang membocorkan informasi tentang keterlibatan pemerintahan Richard Nixon, dalam kejadian yang kemudian dikenal sebagai Watergate. Sang informan tersebut adalah sumber penting bagi reporter Washington Post. Bob Woodward dan Carl Bernstein, yang bersama-sama menulis seri artikel tentang skandal yang menggemparkan, bahwa pemerintahan Nixon terlibat di dalamnya. Skandal tersebut kemudian memaksa Presiden Nixon mengundurkan diri dari jabatannya, sekaligus hukuman penjara untuk Kepala Staf White House, H.R. Haldeman, G. Gordon Liddy, Charles Colson, dan Penasehat Presiden kala itu John Ehrlinchman.
Ketika skandal Watergate terus terungkap, Deep Throat saat itu menjadi khawatir perannya dalam penyelidikan Washington Post akan dibeberkan, Deep Throat diyakini menuntut agar dia dan Woodward (reporter Washington Post) berhenti berbicara lewat telpon, karena takut saluran telpon disadap, dan keduanya mulai bertemu di malam hari dalam sebuah garasi tempat parkir umum di Washington.
Bila Woodward ingin bertemu Deep Throat, wartawan itu mengubah posisi pot bunga di jendela apartemennya.
Bila Deep Throat ingin bertemu Woodward, dia melingkari halaman 20 koran New York Times yang diantarkan tukang koran ke rumah Woodward.
Selama beberapa dekade ada spekulasi mengenai identitas Deep Throat, namun hal itu hanya menambah misteri.
Spoiler for sang informan terungkap:
Akhirnya, spekulasi itu berakhir 30 tahun setelah skandal besar itu terkuak, identitas sebenarnya dari sang Deep Throat tersebut akhirnya terungkap. Dia adalah W. Mark Felt, mantan pemimpin nomor dua Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI) pada dekade 1970-an.

Dengan jabatan sebagai Wakil Direktur FBI, Felt bisa saja tampil sebagai pahlawan untuk mengungkapkan kecurangan yang dilakukan kubu Nixon. Skandal berawal saat polisi menangkap lima orang yang membobol markas pusat Partai Demokrat di kompleks perkantoran Watergate di Washington DC, 17 Juni 1972. Menurut penyelidikan FBI, kelima orang tersebut ternyata bagian dari tim sukses Nixon untuk kembali menjadi presiden pada pemilu berikut.
Ketimbang tampil di depan publik atas hasil penyelidikan timnya tersebut, Felt memilih menjadi narasumber rahasia dengan nama samaran "Deep Throat" bagi dua reporter Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein. Kebetulan mereka antusias mengusut penangkapan di Watergate.
Penyingkapan sabotase di koran tersebut akhirnya menjadi skandal terheboh dalam sejarah politik AS. Selain memaksa Nixon mundur, Skandal Watergate juga mempopulerkan misteri siapa sebenarnya "Deep Throat."
Kendati sudah dicurigai sejumlah pihak, termasuk mendiang Nixon, Felt tetap bungkam hingga dia membuat pengakuan kepada temannya John O'Connor, Mei 2005. "Sayalah yang mereka sebut sebagai Deep Throat," kata Felt kepada O'Connor, yang berprofesi sebagai pengacara di San Fransisco. Pengakuan Felt tak lepas dari desakan putrinya, Joan. "Paling tidak, kami bisa mendapat uang untuk membayar tagihan dan utang untuk biaya pendidikan anak-anak," desak Joan kepada ayahnya.
Felt dikritik sejumlah orang, termasuk mereka yang dipenjara karena terlibat Skandal Watergate, sebagai penghianat kepada panglima tertinggi AS pada saat itu, Nixon. Namun Felt juga disanjung banyak orang karena berperan membongkar pemerintahan korup yang berupaya berbuat curang.

Dengan jabatan sebagai Wakil Direktur FBI, Felt bisa saja tampil sebagai pahlawan untuk mengungkapkan kecurangan yang dilakukan kubu Nixon. Skandal berawal saat polisi menangkap lima orang yang membobol markas pusat Partai Demokrat di kompleks perkantoran Watergate di Washington DC, 17 Juni 1972. Menurut penyelidikan FBI, kelima orang tersebut ternyata bagian dari tim sukses Nixon untuk kembali menjadi presiden pada pemilu berikut.
Ketimbang tampil di depan publik atas hasil penyelidikan timnya tersebut, Felt memilih menjadi narasumber rahasia dengan nama samaran "Deep Throat" bagi dua reporter Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein. Kebetulan mereka antusias mengusut penangkapan di Watergate.
Penyingkapan sabotase di koran tersebut akhirnya menjadi skandal terheboh dalam sejarah politik AS. Selain memaksa Nixon mundur, Skandal Watergate juga mempopulerkan misteri siapa sebenarnya "Deep Throat."
Kendati sudah dicurigai sejumlah pihak, termasuk mendiang Nixon, Felt tetap bungkam hingga dia membuat pengakuan kepada temannya John O'Connor, Mei 2005. "Sayalah yang mereka sebut sebagai Deep Throat," kata Felt kepada O'Connor, yang berprofesi sebagai pengacara di San Fransisco. Pengakuan Felt tak lepas dari desakan putrinya, Joan. "Paling tidak, kami bisa mendapat uang untuk membayar tagihan dan utang untuk biaya pendidikan anak-anak," desak Joan kepada ayahnya.
Felt dikritik sejumlah orang, termasuk mereka yang dipenjara karena terlibat Skandal Watergate, sebagai penghianat kepada panglima tertinggi AS pada saat itu, Nixon. Namun Felt juga disanjung banyak orang karena berperan membongkar pemerintahan korup yang berupaya berbuat curang.
Spoiler for "Deep Throat":

W. Mark Felt menghembuskan nafas terakhir di kota Santa Rosa, negara bagian California, akibat sakit jantung pada tanggal 18 Desember 2008 di usia 95 tahun.
Pengungkapan skandal Watergate pun menginspirasi penulisan novel dan pembuatan film legendaris berjudul "All the President's Men." Selain itu juga menjadi studi kasus yang menarik bagi para mahasiswa yang belajar ilmu jurnalistik.
Quote:
Quote:
Film dokumenter
Spoiler for :
ini film dokumenternya gan,, dari Discovery Chanel

Quote:
Quote:
Diangkat ke Layar Lebar
Spoiler for film:

ini dia gan filmnya, "All the President's Men" seru nih gan filmnya..,
nonton streaming disini, ada subtitle bahasa indonesia nya gan
bantu

Diubah oleh cahyazone 31-07-2014 20:06
0
17.7K
Kutip
49
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan