- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Budaya antri setiap musim R*sia
TS
armanbud
Budaya antri setiap musim R*sia
Spoiler for :
Anda masih ingat ketika ada antrian menonton sepak bola di Gelora Bung Karno tahun lalu, sampai ada yang tewas? Ya hanya gara-gara antri orang sampai tewas, saling injak dan saling mengeluarkan egonya masing-masing, bahwa “gue juga bisak masuk ke Gelora Bung Karno!” Mungkin begitu pikir para pecandu bola saat itu, hingga tak lagi menghiraukan rasa aman, nyaman dan sipat-sipat asli yang tak mau mengalahpun muncul, dan terjadilah saling sikut, saling berebut untuk masuk ke gedung!
Jadi sangat terlihat sekali budaya antri di kita, Bangsa Indonesia, masih belum membudaya, susah sekali orang diajak antri, apa lagi kalau sudah menyangkut kepentingan sendiri! Dan repotnya budaya antri yang mestinya dicontohkan oleh pejabat-pejabat negara, malah yang sering terjadi sebaliknya! Misalnya kalau giliran pejabat negara yang lewat, semuanya harus minggir! Loh ada apa ini? Bukanya memberikan contoh untuk antri, rakyat malah disingkirkan, agar sang pejabat tadi bisa lewat segera, bukan di suruh antri menunggu, memberikan kesempatan yang sama pada sesama warga, bukankah hak dan kewajiban warga negara sama? Kenapa giliran antri harus berbeda?
Anda mungkin sering melihat, jangankan di jalanan, urusan yang sederhana saja soal perut, ketika ada acara prasmanan, entah apapapun nama acaranya, sang pejabat lebih dahalu, orang yang nomor satu di instansi atau lembaga manapun harus di nomor satukan, padahal banyak anak kecil yang perutnya sudah keroncongan karena ikut acara orang dewasa, termasuk pada saat antri makan, padahal datangnya belakangan! Bukan memberikan contoh, tetap antri, malahan rakyatnya, termasuk anak-anak kecil, disingkirkan, awas pejabat nomor satu mau makan, yang lain nyingkir? Ini apa-apaan?
Seharusnya yang namanya pemimpin, kalau mau pakai metodenya pimpimpin yang mengayomi rakyat” “Bila lapar duluan, bila kenyang belakangan” Bukankah itu mengajarkan untuk antri? Iya, antri itu perkara sederhana, tapi kalau tidak dibudayakan, tidak dibiasakan menjadi tingkah laku atau prilaku sehari-hari, maka antri yang sebenarnya sederhana, menjadi sulit! Buktinya begitu banyak bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, banyak yang main serobot saja, karena merasa punya kedudukan atau jabatan yang lebih tinggi.
Jadi sangat terlihat sekali budaya antri di kita, Bangsa Indonesia, masih belum membudaya, susah sekali orang diajak antri, apa lagi kalau sudah menyangkut kepentingan sendiri! Dan repotnya budaya antri yang mestinya dicontohkan oleh pejabat-pejabat negara, malah yang sering terjadi sebaliknya! Misalnya kalau giliran pejabat negara yang lewat, semuanya harus minggir! Loh ada apa ini? Bukanya memberikan contoh untuk antri, rakyat malah disingkirkan, agar sang pejabat tadi bisa lewat segera, bukan di suruh antri menunggu, memberikan kesempatan yang sama pada sesama warga, bukankah hak dan kewajiban warga negara sama? Kenapa giliran antri harus berbeda?
Anda mungkin sering melihat, jangankan di jalanan, urusan yang sederhana saja soal perut, ketika ada acara prasmanan, entah apapapun nama acaranya, sang pejabat lebih dahalu, orang yang nomor satu di instansi atau lembaga manapun harus di nomor satukan, padahal banyak anak kecil yang perutnya sudah keroncongan karena ikut acara orang dewasa, termasuk pada saat antri makan, padahal datangnya belakangan! Bukan memberikan contoh, tetap antri, malahan rakyatnya, termasuk anak-anak kecil, disingkirkan, awas pejabat nomor satu mau makan, yang lain nyingkir? Ini apa-apaan?
Seharusnya yang namanya pemimpin, kalau mau pakai metodenya pimpimpin yang mengayomi rakyat” “Bila lapar duluan, bila kenyang belakangan” Bukankah itu mengajarkan untuk antri? Iya, antri itu perkara sederhana, tapi kalau tidak dibudayakan, tidak dibiasakan menjadi tingkah laku atau prilaku sehari-hari, maka antri yang sebenarnya sederhana, menjadi sulit! Buktinya begitu banyak bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, banyak yang main serobot saja, karena merasa punya kedudukan atau jabatan yang lebih tinggi.
Spoiler for :
Inipun sedang antri menunggu gilirian hanya untuk membeli tiket main perosotan, perhatiakn anak-anakpun diajarkan untuk tetap antri dan berbaris.
Lagi-lagi yang mestinya menjadi contoh malahan banyak melanggar, Anda mungkin sering melihat ketika ada Polisi yang seenaknya saja melanggar larangan parkir atau belok sembarangan yang seharusnya tidak boleh belok, okelah, kalau Polisi tadi sedang mengejar penjahat atau atau sesuatu yang memang harus dikejar, tapi kalau tak ada-apa, lantas belok semaunya di jalan, karena Polisi berseragam, bukankah ini contoh yang tak baik? Atau ada yang bersegama militer, sambil tolak pinggang maju ke barisan paling depan untuk membeli tiket entah apa namanya, padahal datangnya belakangan!
Jadi budaya antri memang harus dilakukan sehari-hari, sekecil apapun namanya antrian tersebut, bisa antri menunggu taxi, bus kota, angkutan umum lainnya. Jadi kalau sudah membudaya, antri itu enak, walaupun lama berdiri dan antrian itu panjang sekali, tapi karena sudah terbiasa dan sudah membudaya, ya enjoy saja, tidak merasa berat sedikitpun. Inilah yang sering saya temukan di Rusia. Jadi budaya antri di Rusia benar-benar sudah mendarah daging dan tak kenal musim!
Anda bisa bayangkan antrian panjang bisa sampai sejam, dua jam berdiri di ruang terbuka di tengah-tengah suhu di bawah titik beku! Untuk antri main ice sketing, perosotan salju, masuk ke rumah iglo, naik motor salju dan lain sebagainya, semuanya serba antri dan semuanya sabar menunggu di tengah-tengah dingin yang membekukan ketika suhu berada di minus tujuh derajat celcius.
Bisa Anda bayangkan tangan yang sudah disarungkan dengan sarung tangan kulit yang berbulu, kaki yang sudah pakai sepatu kulit tinggi dengan kaos kaki wol, hawa dingin masih nembus badan yang juga sudah terbungkus rapat dengan jaket kulit atau wol, dan itu pipi tak perlu lagi pemerah, tapi sudah merah dengan sendirinya karena kedinginan yang sangat, dan telingapun merah, bisa semerah dadu, seperti kaku, kalau disentil seperti bisa copot, karena dingin yang membekukan di udara terbuka!
Coba itu, mereka enjoy saja antri dan Saya nyingkir saja dulu, ga tahan dinginnya… mending cari api unggun yang memang sengaja di letakan di pinggir jalan di taman Sokolniki, Ya api unggunnya tidak mati walau di guyur salju, karena ada semacam tempat khusus yang berbentuk seperti tong, nah di dalam tong tadi itulah kayu dibakar, dan hangatlah kalau kita mendekat ke tong tersebut, sambil menghirup teh atau kopi, jangan ditanya wedang jahe! He he he.
Dimana-mana antri, ini sedang antri untuk membeli tiket main ice sketing di taman Sokolniki, tak ada yang ingin saling mendahului, datang belakangan ya dibelakang, lihat itu walaupun membawa anak kecil.
Lagi-lagi yang mestinya menjadi contoh malahan banyak melanggar, Anda mungkin sering melihat ketika ada Polisi yang seenaknya saja melanggar larangan parkir atau belok sembarangan yang seharusnya tidak boleh belok, okelah, kalau Polisi tadi sedang mengejar penjahat atau atau sesuatu yang memang harus dikejar, tapi kalau tak ada-apa, lantas belok semaunya di jalan, karena Polisi berseragam, bukankah ini contoh yang tak baik? Atau ada yang bersegama militer, sambil tolak pinggang maju ke barisan paling depan untuk membeli tiket entah apa namanya, padahal datangnya belakangan!
Jadi budaya antri memang harus dilakukan sehari-hari, sekecil apapun namanya antrian tersebut, bisa antri menunggu taxi, bus kota, angkutan umum lainnya. Jadi kalau sudah membudaya, antri itu enak, walaupun lama berdiri dan antrian itu panjang sekali, tapi karena sudah terbiasa dan sudah membudaya, ya enjoy saja, tidak merasa berat sedikitpun. Inilah yang sering saya temukan di Rusia. Jadi budaya antri di Rusia benar-benar sudah mendarah daging dan tak kenal musim!
Anda bisa bayangkan antrian panjang bisa sampai sejam, dua jam berdiri di ruang terbuka di tengah-tengah suhu di bawah titik beku! Untuk antri main ice sketing, perosotan salju, masuk ke rumah iglo, naik motor salju dan lain sebagainya, semuanya serba antri dan semuanya sabar menunggu di tengah-tengah dingin yang membekukan ketika suhu berada di minus tujuh derajat celcius.
Bisa Anda bayangkan tangan yang sudah disarungkan dengan sarung tangan kulit yang berbulu, kaki yang sudah pakai sepatu kulit tinggi dengan kaos kaki wol, hawa dingin masih nembus badan yang juga sudah terbungkus rapat dengan jaket kulit atau wol, dan itu pipi tak perlu lagi pemerah, tapi sudah merah dengan sendirinya karena kedinginan yang sangat, dan telingapun merah, bisa semerah dadu, seperti kaku, kalau disentil seperti bisa copot, karena dingin yang membekukan di udara terbuka!
Coba itu, mereka enjoy saja antri dan Saya nyingkir saja dulu, ga tahan dinginnya… mending cari api unggun yang memang sengaja di letakan di pinggir jalan di taman Sokolniki, Ya api unggunnya tidak mati walau di guyur salju, karena ada semacam tempat khusus yang berbentuk seperti tong, nah di dalam tong tadi itulah kayu dibakar, dan hangatlah kalau kita mendekat ke tong tersebut, sambil menghirup teh atau kopi, jangan ditanya wedang jahe! He he he.
Dimana-mana antri, ini sedang antri untuk membeli tiket main ice sketing di taman Sokolniki, tak ada yang ingin saling mendahului, datang belakangan ya dibelakang, lihat itu walaupun membawa anak kecil.
Spoiler for :
Jadi kembali ke budaya antri ini, kalau sudah mendarah daging tak kenal musim, kapan musimya, sedingin apapun suhunya, mereka, orang Rusia, tetap antri dan tak ada istilah gontok-gontokan hanya karena antri, apa lagi sampai tewas karena antri. Dari mana di mulai budaya antri ini? Ya dari masing-masing individu, terutama para pemimpin, di manapun adanya pemimpin itu, di lembaga, intansi, organisasi atau apapun namanya, harus memberikan contoh antri, walau di lembaga atau instansi itu pemimpin tadi orang nomor satu! Apa sih susahnya mengalah dan menunjukkan, bahwa walaupun orang nomor satu tetap mau antri dan tidak mau didahulukan, kalau datangnya belakangan.
Wah itukan sudah aturan protokoler? Ah itu sih bisa dikarang-karang dan di buat-buat, atauran atau protas apapun namanya, juga buatan manusia. Masa gara-gara antri sang pejabat atau pemimpin menjadi rendah kedudukannya, Saya kira tidak! Bahkan lebih akan disayangi dan dicintai rakyatnya, kalau pemimpin yang nomor satu di instansi, lembaga, organisasati atau kantor apapun, tapi mau antri! Bukankah itu menunjukkan kerendahan hati seorang pemimpin? Jadi dalam persoalan antri yang kelihatannya sederhana, bisa menunjukkan karakter atau sipat orang, apakah orang itu egois, rendah hati atau sombong. Dan kalau Anda ingin mencari capres pada 2014 nanti, lihat saja bagaiman tokoh tadi saat antri! Kalau tak mau antri dan suka menyerobot antrian, wah sudah tanda-tanda keserakahan, loh antri saja sudah serakah, tak mau mengalah, apa lagi soal duit, bisa-bisa ketika menjabat, korupsi!.
Wah itukan sudah aturan protokoler? Ah itu sih bisa dikarang-karang dan di buat-buat, atauran atau protas apapun namanya, juga buatan manusia. Masa gara-gara antri sang pejabat atau pemimpin menjadi rendah kedudukannya, Saya kira tidak! Bahkan lebih akan disayangi dan dicintai rakyatnya, kalau pemimpin yang nomor satu di instansi, lembaga, organisasati atau kantor apapun, tapi mau antri! Bukankah itu menunjukkan kerendahan hati seorang pemimpin? Jadi dalam persoalan antri yang kelihatannya sederhana, bisa menunjukkan karakter atau sipat orang, apakah orang itu egois, rendah hati atau sombong. Dan kalau Anda ingin mencari capres pada 2014 nanti, lihat saja bagaiman tokoh tadi saat antri! Kalau tak mau antri dan suka menyerobot antrian, wah sudah tanda-tanda keserakahan, loh antri saja sudah serakah, tak mau mengalah, apa lagi soal duit, bisa-bisa ketika menjabat, korupsi!.
= boleh deh
=
sumber
0
1.2K
Kutip
5
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan