Kaskus

News

taht4ternod4Avatar border
TS
taht4ternod4
Dari Pohon, Barisan Sakit Hati Coba Gulingkan Erdogan
Selasa, 04/06/2013 | 13:27 WIB
Kerusuhan di Istanbul mulai mereda
ANKARA - Demonstrasi damai menentang penebangan pepohonan di taman Gezi, Istanbul, berubah menjadipertempuran berdarah antara kubu demonstran dan aparat keamanan. Teriakan penentangan penebangan pohon berubah menjadi tuntutan mundur Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan.

Namun, aksi unjuk rasa anti pemerintahan di Istanbul, Turki tersebut mulai mereda. Hal itu dikatakan oleh Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan disela kunjungannya ke Maroko.

Seperti dilansir AFP, Selasa (4/6), kondisi keamanan pasca aksi unjuk rasa menentang pemerintah Turki telah kembali kondusif. "Sekarang sudah mulai mereda," ujar Erdogan. Erdogan mengatakan aksi unjuk rasa penentangan pemerintahan Turki telah mulai dapat direndam.

Ia berjanji akan membereskan masalah tersebut setelah kembali dari Maroko. "Situasi di negara saya sekarang mulai tenang . Saat kembali dari kunjungan ini, masalah akan diselesaikan," kata Erdogan dalam konferensi pers di Rabat, Maroko.

Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan yang memimpin sejak 20013 ini berulang kali menegaskan, para demonstran telah dimanipulasi oleh kelompok-kelompok ekstrem. Erdogan pun menyerukan warga untuk segera mengakhiri aksi-aksi unjuk rasa tersebut.

Para demonstran di Istanbul, Ankara dan kota-kota lainnya awalnya menolak penebangan puluhan pohon di Alun-alun Taksim, termasuk Taman Gezi untuk dibangun mall. Pemerintahan Erdogan juga mengatakan di tempat itu akan dibangun masjid megah dan replika barak militer era Kekhalifahan Ottoman.

Bentrokan pecah, dan teriakan anti penebangan pohon berubah menjadi "Erdogan mundur! Pemerintah Mundur!" Sekelompok pemuda yang diwawancarai Zaman mengaku diberi kaus dan masker oleh bosnya di sebuah perusahaan periklanan.

"Awalnya kami bergabung dengan demonstrasi untuk melindungi pohon-pohon, tidak ada yang politis," kata pemuda bernama Selin Bayraktar seperti dituturkan Zaman. Namun, situasi berubah saat Erdogan mengatakan tetap akan menebang pohon kendati diprotes warga. "Kami tidak menentang partai politik tertentu, tapi kami menentang kediktatoran, Erdogan adalah diktator, tulis ini jika kamu berani," kata dia lagi.

Puncak kemarahan para demonstran itu karena mereka khawatir Turki akan kembali menjadi negara Islam karena baru-baru ini pemerintah Endorgan juga membatasi penjualan minuman beralkohol.

Para demonstran umumnya muda-mudi dan berasal dari warga kelas menengah perkotaan. PM Erdogan menyebut para pengunjuk rasa tidak demokratis dan terinspirasi oleh partai-partai oposisi.

Dalam demonstrasi selama empat hari berturut-turut di Istanbul itu, satu orang demonstran dilaporkan tewas. Sekelompok dokter Turki 'mengatakan pada aksi demo kali ini, seorang pengunjuk rasa tewas karena luka setelah sebuah kendaraan menabrak kerumunan.

Menyebar ke Eropa

Bukan hanya di Turki saja, bahkan demonstrasi meluas ke Eropa. Komunitas Turki di Eropa menggelar aksi solidaritas untuk para pendemo di negara asalnya. Mereka mengecam tindakan aparat Turki yang bersikap represif.

Aksi solidaritas digelar di depan Kedutaan Turki di Jerman. Acara serupa juga diadakan di Belanda dan Inggris. “Polisi bersikap terlalu keras pada para pendemo,” ujar warga Jerman keturunan Turki, Hakan Tas, seperti dikutip Euronews, Senin (3/6).

“Ada laporan ribuan pendemo terluka, bahkan ada yang tewas. Kami di sini ingin menunjukan solidaritas kepada mereka,” lanjutnya.

Di Belanda, warga keturunan Turki turun ke jalan sembari mengibarkan bendera Turki. Mereka juga menyanyikan lagu-lagu Turki bertema nasionalisme. “Warga di Turki selama ini merasa tertekan dipimpin Erdogan. Rezim erdogan bertentangan dengan prinsip sekuler Turki,” ujar salah satu warga keturunan Turki di Belanda, Murat Bahtir.

Bukan Arab Spring

Beberapa orang mengatakan bahwa Turki akan menderita Arab Spring berikutnya. Arab Spring adalah sebutan untuk revolusi di Timur Tengah yang berhasil menggulingkan para diktator seperti Hosni Mubarak dan Moammar Khadafi.

Ini dibantah oleh pengamat politik di Turki Ceylan Ozbudak kepada Al-Arabiya. Dia mengatakan, Arab Spring diawali penentangan oleh rezim Baath yang diktator dan otoriter. Sementara Turki tidak dipimpin diktator atau junta, melainkan pemimpin yang dipilih secara demokratis.

"Turki dipimpin oleh pemerintahan demokratis yang terpilih tiga kali, menjalankan negara ini berdasarkan sekulerisme, seperti negara-negara Eropa. Jika memang rakyat tidak senang dengan pemerintah, mereka bisa menggelar referendum. Tapi tidak ada tanda ke arah situ," kata pengamat politik cantik ini.

Demonstrasi beberapa ribu orang di Turki, kata dia, jelas tidak mewakili pendapat sekitar 75 juta populasi negara tersebut. Menurut dia, pada pemerintahan Erdogan, Turki justru maju pesat dibanding ketika dipimpin CHP. Tercatat, saat ini Turki adalah negara dengan perkembangan paling cepat di Eropa.

Ozbudak menjabarkan, tahun 2002, GDP per kapita hanya US$3.500, tahun ini dibawah kepemimpinan Erdogan, GDP Turki mencapai US$10.000. Ekspor meningkat menjadi US$114 miliar dari hanya US$36 miliar tahun 2002, dan diprediksi akan menembus angka US$500 miliar pada 2023.
"Sebanyak 206 bendungan baru dibangun, setiap kota kini punya universitas, dan wisatawan bertambah. Pendemo hanya meributkan beberapa pohon, sementara pemerintahan Erdogan telah menciptakan 900.000 hektar hutan baru di Turki," ujarnya.


Hal serupa disampaikan Zaman. Dia mengatakan bahwa Turki tidak berada sejengkal pun di ambang revolusi. "Erdogan bukan diktator. Dia adalah pemimpin yang terpilih secara demokratis yang mulai memimpin dengan tidak demokratis. Erdogan sendiri sadar, nasibnya akan ditentukan di kotak suara, bukan di jalanan," tegas Zaman. viv, dtc
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=b...067f89cc14862c
prestasi Erdogan luar biasa , semoga masalah cepat mereda
Diubah oleh taht4ternod4 04-06-2013 20:00
0
1.2K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan