Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bebek.gulingAvatar border
TS
bebek.guling
Masih ingat tendangan melengkung Roberto Carlos????
Masih belum lepas dari ingatan sebagian besar pencinta sepak bola bagaimana seorang pemain mungil asal Brasil mampu mencengangkan dunia dengan golnya. Adalah Roberto Carlos, yang berhasil menciptakan gol spektakuler pada sebuah turnamen mini persahabatan di Prancis, bernama Tournoi de France. Nah hari ini tepat 16 tahun yang lalu moment spektakuler itu terjadi. emoticon-Matabelo

Tournoi de France digelar dalam rangka menyambut Piala Dunia 1998 di Prancis. Sesuai namanya, pada ajang ini Prancis betindak sebagai tuan rumah dengan mengundang tiga negara kuat, Italia, Brasil dan Inggris.

Ketimbang turnamen sesungguhnya, yakni Piala Dunia, Tournoi de France pun tak kalah populer. Tentunya berkat sebuah gol kelas dunia yang dilesakkan Carlos pada laga pertama, saat Brasil bersua tuan rumah, Les Bleus di hadapan 28,193 penonton di Stade de Gerland, (3/6/97).

Sampai pertengahan babak pertama, laga masih belum menghadirkan gol, sebelum Brasil mendapat hadiah tendangan bebas sekitar 35 meter di depan kotak penalti Prancis. Carlos, yang dikenal dengan tendangan superkeras, maju sebagai algojo. Posisinya pun cukup ideal bagi bek kiri asal klub Real Madrid itu.

Seperti kebiasaan, Carlos menendang bola dengan sekuat tenaga menggunakan kaki kiri bagian luar. Bola, yang secara visual meluncur deras ke arah kiri gawang Fabian Barthez, berhasil menghindari pagar betis para pemain Prancis. Istimewanya lagi, bola menunjukkan tingkat lengkungan yang sangat tinggi, sehingga yang seharusnya mengarah keluar, justru bisa masuk ke gawang. Bahkan, anak gawang yang berada 10 meter di sisi gawang sudah bersiap melindungi kepala, mengantisipasi datangnya bola. Tapi pada momen terakhir, bola berubah arah dan masuk ke gawang. Barthez pun cuma bisa bengong melihat bola.

Tak sedikit orang yang kemudian mengira gol tersebut hanya sebuah kebetulan. Tapi peneliti menyatakan gol tersebut bisa dijelaskan secara ilmiah oleh David Quere, seorang fisikawan dari ESPCI dan Ecole Politeknik di Paris.

Bersama koleganya, dia telah mengembangkan penelitian untuk menjelaskan keanehan lintasan peluru dari tendangan tersebut. Dengan menggunakan pistol kecil untuk menembakkan peluru ke air dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam, kecepatan yang diperkirakan merupakan kecepatan bola hasil tendangan Roberto Carlos, mereka mengetahui bahwa lintasan yang dilalui ketika peluru itu berputar faktanya adalah spiral.

Quere menyatakan penelitiannya, yang sudah dipublikasikan pada New Journal of Physics , memastikan adanya 'Magnus Effect', tapi juga menjelaskan apa yang menurut para peneliti 'perputaran bola spiral'. Ketika bola menurun kecepatannya, 'Magnus Effects' menjadi meningkat, yang pada akhirnya menciptakan lingkaran spiral.

"Yang terpenting adalah ketika bola menurun kecepatannya, rotasinya tetap sama. Lintasan peluru dari bola membuatnya semakin melengkung, dan karena itulah membuat bentul spiral. Ketika Michel Platini atau David Beckham menendang bola dari jarak 20 yards, mereka membelokkan bola dengan sengaja. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan Roberto Carlos. Dia bisa memunculkan efek ini karena menendang bola dari jarak jauh," jelas Quere kepada Associated Press.

Ditambahkannya, pemain lain bisa memunculkan lagi efek semacam ini, dengan kondisi bola ditendang sangat keras, dan tendangan dilakukan dari jarak kurang lebih 40 meter dan pemain bisa memberikan efek yang sama.

"Sulit bagi saya menyebut gol tersebut sebagai keberuntungan. Saya menyebutnya nyaris mendekati kesempurnaan pada lintasan peluru yang membuat saya berpikir Roberto Carlos mungkin selalu mengambil tendangan semacam ini dari jarak jauh, dan dia harusnya menyadari dia bisa mengambil keuntungan dari hal ini," tandasnya.

Prancis sendiri pada akhirnya bisa menyamakan kedudukan melalui gol Marc Keller dan laga pun berakhir imbang 1-1. Pada turnamen itu, Pranics hanya menempati peringkat ketiga, di bawah Brasil dan Inggris. Namun, pada gelaran sesungguhnya, yakni PIala Dunia, mereka berhasil menjadi juara di kandang sendiri dengan menang 3-0 atas Brasil pada laga puncak.

Diubah oleh bebek.guling 03-06-2013 02:53
0
1.4K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan