- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Menyeramkan Bersama Teman


TS
berandalan.3d
Kisah Menyeramkan Bersama Teman
Ini cerita asli ane sama temen ane, Gan. tepatnya 4 tahun yang lalu.
Gak tau serem atau enggak. Ane mohon, siapapun yang udah membacanya untuk meninggalkan komennya. Kalo mau ngasi cendol juga gak apa-apa kok, kebetulan kulkas ane lagi kosong
Oh iya, cerita ini dulu pernah ane post di fans page ane, juga di beberapa FP lainnya.
Langsung baca aja ceritanya dibawah, Gan/sis!

Ceritannya kala itu, aku dan kedua temanku yang bernama Hary dan Anto sedang asik nongkrong bermain gitar dipos ronda kampung kami. Hal ini memang sering kami lakuan tiap malam karna memang letak rumah kami tak terlalu jauh dengan pos ronda.
kulihat Hary dan Anto sedang sibuk mengangkat pion dan menaruh keatas papan kotak berwarna hitam putih itu, termenung dan berfikir bidak mana yang akan dijalankan, sesekali berkata 'skak' dan kemudian menggeser sang ratu ke tempat teraman.
sementara aku, masih focus dengan petikan-petikan gitar yang 'ku mainkan, bersenandung diantara nada gitar.
Malam memang sudah hampir larut, ku lihat jam yang bergelayut didinding pos ronda menunjukan pukul 23.15.
Tak seperti hari-hari sebelumnya, malam ini terasa sepi sekali, yang biasanya ada satu atau dua kendaraan melintas tiap sepuluh menit, tapi tidak untuk malam ini. Hanya ada angin yang sesekali menggoyangkan pohon-pohon sekitar.
Kampungku memang masih banyak pepohonan yang menjulang diantara kebun-kebun milik para petua kampung ini.
Disela lamunanku dalam memetik gitar, ku lihat dari kejauhan ada sesosok bayangan yang sedang menuju ke arah kami. Mungkin karna banyak kebun dikampungku ini, sehingga penerangan jalan disini itu masih sangat minim. Setelah memandang beberapa lama, tampak sosok itu adalah seorang laki-laki.
Ia semakin dekat menuju ke arah kami, hingga kira-kira radius jaraknya sekitar 50 meter dari pos. Perlahan aku bisa melihat seseorang berpakaian ala karyawan kantor. Siluet tubuh itu tak asing bagiku, sepertinya aku mengenalnya.
Yah dia Jojo, teman tongkrongan kami yang ahir-ahir ini sibuk dengan pekerjaannya. Jika dibandingkan, Jojo memang lebih sukses daripada teman-teman brengseknya yang berada dipos ini.
“Misi, Om!?” candanya saat melintas didepan pos
“Woy, Jo. Nongkrong dulu lah! Udah lama lu gak nongkrong,” sahut Anto dibelakangku
“Tau nih, sombong banget udah jadi pegawai” tambah Hary sejadinya.
Jojo hanya membalas dengan senyum, kemudian bergabung bersama kami.
“Tumben gak pake motor, Om?” tanyaku sedikit heran.
Aku memang sering melihat Jojo pergi menggunakan Satria Fu kesayangannya.
“Emang lagi pengen jalan aja ni Raf, sekali-kali olahraga buat diri sendiri” jawabnya datar
“Gaya lu, Nyet! Gue bayarin gope boleh?” Timpal Anto seenaknya.
Kami tertawa..
kata-kata kotor semacam ini sudah tak asing ditongkrongan kami, justru inilah yang membuat kami jadi semakin akrab.
“Har, temanin gue ke warung yuk beli rokok. Gak enak ada tamu baru kalo gak dijamu!” ajak Anto
Hary melirik Jojo, kemudian tersenyum
“Oh iya, Sory gue lupa. Fa elu tunggu disini aja sama si tamu baru ini” ejek Hary
“Heummm” jawabku enteng disela permainan gitar.
Kemudian Hary dan Anto pergi.
Lima menit berlalu selepas kepergian Hary dan Anto, aku dan Jojo hanya terdiam. Aku masih sibuk berinstrumen dengan gitarku, sementara Jojo hanya termenung. Entah karna menikmati permainan gitarku, atau sedang memikirkan sesuatu, aku tidak tahu. Aku hanya focus pada senar-senar gitar ini.
“Capek banget kelihatanya om, sampe pucet gitu tuh muka!” candaku memulai perbincangan. Sebenernya merasa gak enak juga melihat teman kecilku ini dari tadi termenung.
“Hehe, iya nih” sahutnya
“Lagi ada masalah dikantor?” tanyaku. mungkin dengan sharing dan memberi masukan, Jojo bisa sedikit lega pikirku dalam hati.
“Namanya juga hidup, Fa, pasti ada masalah. Kalo gak ada mah mati namanya!”
“Gini nih, kalo kebanyakan pacaran sama komputer kantor, omonganya beda banget”
Jojo hanya membalas senyuman khas dari bibirnya, terlihat sedikit lesu.
Sepertinya ia memang sedang ada masalah dikantor, jadi agak terlihat beda. Tapi aku tak mau ambil pusing, toh aku pikir 'setiap masalah teman gak semuanya berhak aku ketahui'
Angin malam kian menjadi, kini dinginnya semakin berani menusuk masuk ketulang. Ku keraskan sedikit petikan gitarku agar memecah sunyi diantara bulu leherku yang sedari tadi berdiri.
Sementara disudut lain, terdengar suara ribut dari mulut Hary dan Anto saling ejek satu sama lain. Dua mahluk itu memang tak kenal waktu saat bercanda, mereka selalu berisik meriuh.
Memang letak warung tak begitu jauh, hanya memakan waktu lima menit saja. Tapi jika mereka yang jalan jadi agak lama, mungkin karna mereka bercanda dulu dengan si mbak pemilik warung.
“Nih, Bro. Rokoknya udah ada, kopinyapun juga udah ada. Tinggal ceweknya aja ni yang belum ada!” celetuk Anto saat datang
“Tuh, Dia mah kalo nongkrong bawa-bawa status jomblonya mulu” selak Hary
“Gue lagi ngomong sama Jojo, Nyet” cetus Anto sedikit kesal.
Kemudian tertawa bersama lagi.
“Sory, Gue udah gak ngerokok,” jawab Jojo yang membuat semua terdiam
“Sejak kapan lu berhenti ngerokok, Om?” tanyaku
“Sejak gue mulai memutuskan untuk hidup sehat!”
“Tuh kan eror lagi nih anak, dari tadi omongannya ngaco mulu” Jawabku sambil noyor pelan kepala Jojo.
kami kembali tertawa bersama..
“Masbro semua, gue pulang duluan ya, belum setor muka nih sama nyokap!?” ucap Jojo ditengah tertawa kami.
“Ya udah. Tapi elu kesini lagi ya, Kita nongkrong bareng!” seru Hary
“Tenang Om.. Gue bakal balik lagi buat elu semua!” candanya
Hary dan Anto tak henti-henti menoyor kepala Jojo, mereka tertawa saat mendengar ucapannya. Aku malah sedikit bingung mendengarnya.
'Ah sudahlah, tongkrongan ini memang dipenuhi orang-orang ngaco.' seruku dalam hati
* * *
Sepuluh menit berlalu, Hary dan Anto kembali meneruskan permainan caturnya. Kini secangkir kopi susu yang masih mengepul menemani mereka untuk diminumnya bersama. Kalo bahasa gaul ditempatku namanya 'Joinan'. Sementara tangan mereka berdua menyalipkan sebatang tembakau dengan ujung yang telah berasap. Sesekali mereka menghisapnya. Aku masih sibuk dengan dawai gitar yang ku petik.
Dari kejauhan sebuah mobil melaju mendekat kearah pos, cahaya lampunya sempat membuat kelopak mataku mengkerut. Mobil itu berhenti tepat didepan pos. Ku lihat sebuah mobil ambulance berwarna putih. Aku sempat mengkerutkan dahi, memikirkan sesuatu.
'Ah! gitar ini selalu bisa membuatku untuk tidak memikirkannya' benakku
“Maaf mas, numpang tanya?”
“Ya?” jawabku tanpa menoleh supir yang masih dimobilnya itu. Ku pikir tak sopan jika seorang sopir ingin menanyakan sebuah jalan tanpa keluar dari kendaraan roda besinya. Mematikan mobilnyapun terasa begitu sulit untuk supir ini.
“Kalo rumah Bu Warsih dimana ya?”
“Ouh. Bapak terus aja. Nanti mentok dipertigaan, bapak belok kiri. Patokan rumahnya telepon umum coin!"
sahut Hary dari belakang
“Ouh, makasih ya mas!?”
kemudian sopir itu pergi dengan mobilnya.
“Eh, Om, Ngapain ya tuh mobil ambulace ke rumah bu Warsih, itu kan rumahnya Jojo!?” tanya Anto
“Emang elu gak tau, To? bokapnya si Jojo kan sakit udah sebulan!” jawab Hary
“Kesono yuk! Gue takut kenapa-kenapa sama keluarga Jojo. Dia kan teman kita juga” ajak Anto
“Ah, besok juga kita denger dari mulut warga. Kaya gak tau mulut warga sini aja luh,” ucapku tak setuju
“Iya lu, To. Lagian 'kan nanti juga Jojo kesini. Tar dia juga bakal ngasih tahu kita,” tambah Hary meyakinkan
“Udah ayo ikut, gak ada salahnya kalo kita tahu duluan!” seru Anto tak mau kalah dan menarik tangan kami berdua.
Dengan terpaksa aku dan Hary mengikuti Anto.
Aku tinggalkan gitar di pos. Bahkan ku lihat Hary dan Anto tak sempat membereskan anak-anak caturnya.
“Kita lewat gang asem aja ya! Biar deket jalannya” ucap Anto saat diperjalanan
“Ogah ah. Lu gak tau ini tengah malem? Disono ada pemakaman. Mana ada yang baru meninggal lagi 3 hari yang lalu” tolak Hary
“Ah.. udah hayo!” hasut Anto.
Dengan terpaksa lagi aku dan Hary menuruti Anto untuk melewati gang asem.
Disana memang ada tanah pemakaman, mungkin namanya diambil karna adanya pohon asam(asem.red) cukup besar didekat pemakaman, kurasa usianya jauh lebih tua jika dibanding dengan umurku.
Sepanjang jalan setapak yang kami lewati ini, memang membuat bulu kudukku berdiri terus. Tak henti-hentinya aku mengusap telungkup leherku.
Pohon asam itu sudah terlihat. Kesan seram memang nampak sekali disana. Ditambah lagi rumor warga tentang adanya sosok perempuan yang sering menampakan diri diatas dahan.
Aku tak mau ambil pusing memikirkan itu, aku hanya sibuk menertawakan Hary dan Anto. Mereka tak lagi berisik seperti biasanya. Kulihat mereka serius sekali hingga jalannya seperti sepasang kekasih yang sedang berangkulan.
B R U U U K K K!
Sesuatu terjatuh dari atas pohon asem ketika kami melewati tanah pemakaman itu. Benturannya begitu keras terdengar olehku. Sontak kami bertiga lari tak karuan secepat-cepatnya. Tanpa komando, tanpa aba-aba, kami segera mengambil langkah seribu. Aku sendiri tak berani melihat kearah belakang, yang penting kami semua bisa menjauh dari tempat sialan ini.
Hingga ahirnya kami berhasil tiba dirumah Jojo. Suara berisik langkah lari kami bertiga membuat orang-orang dirumah Jojo memperhatikan dengan sinis, aku Anto dan Hary tak mempedulikan itu. Kami hanya sibuk mengatur nafas yang masih membuat dada turun naik.
Disela menyeimbangkan nafasku, aku sempat melihat ekor mobil ambulance yang tadi sempat bertanya, menghilang disudut pertigaan saat aku berdiri didepan rumah Jojo.
Semua orang disana masih hening melihat kami, Anto dan Hary sibuk tertawa setiba dirumah Jojo. Menertawakan ketika kami lari compang-camping tak karuan.
Hingga ahirnya kakaknya Jojo yang berama Ahmad mendekat
”Ada apa?”
Lalu Anto dan Hary menceritakan sesuatu yang terjadi sebelumnya, saat kami melewati pohon sialan yang ada dipemakaman itu.
Ahmad hanya termenung..
“Jojo meninggal,” ucapnya ditengah canda kami.
Aku melirik sinis kearahnya, “Bercanda aja lu, Bang!” tambahku dibarengi tawa
“Jojo kecelakaan waktu pulang kerja saat mengendarai motornya” ucapnya disertai isak tertahan. Kami terdiam serentak. Orang-orang disana menyaksikan kami dengan pandangan tak menyenangkan.
Mata mereka seperti elang, begitu sinis seakan ingin menerkam kami.
“Gak mungkin!” seru Anto
“Kalian lihat sendiri aja kedalam!” seru Ahmad sembari mengusap airmatanya
Kami bertiga sempat bertukar pandangan. Anto menganggukan kepalanya.
Aku Hary dan Anto kemudian masuk kerumah Jojo. Didalam, aku melihat Bu Warsih menangis sambil menyebut-nyebut nama Jojo. Disampingnya terbaring tubuh seseorang yang ditutupi kain. 'Kenapa tiba-tiba perasaanku jadi gak enak begini?' batinku.
kami mendekat untuk melihat wajah orang yang tertutup kain. Hary memberanikan diri untuk membuka kain penutup kepala orang itu.
Kami bertiga terkejut,
Terutama aku, dadaku terasa diserang sesuatu. Sakit sekali rasanya. Begitu sesak dan menyakitkan. Bahkan aku bisa merasakan jantungku yang bertetak pelan.
Disana ku lihat wajah Jojo yang begitu pucat, tertidur pulas dalam senyumnya.
Aku, Hari dan Anto saling pandang tak percaya,
'apa ini? Mustahil! Bagaimana bisa?' kata-kata itu terus terlontar dalam benakku, dadaku semakin sesak memikirkan bahwa sebelum ini kami telah bercanda bersama. Terlebih aku, yang berbincang dengan Jojo saat Hary dan Anto pergi ke warung. Ternyata 10 menit itu 'kulalui dengan.. Dengan..
Ah sudahlah..
Tak terasa mataku membulirkan tetesan perasaan ini, tanpa diundang, tanpa ada persiapan. Ia terus menetes seakan tak tahu, harus bicara apa?
Sedih,
sakit,
dan tak percaya.
Perasaan itu penuh menyumbat dadaku saat ini.
“Apa maksud semua ini, Jo?”
* * *
Semenjak kejadadian itu aku, Hary, dan Anto selama 3 bulan gak pernah nongkrong malem lagi.
Apa lagi mengingat ucapan terahir yang pernah Jojo lontarkan
“Gue bakal balik lagi buat elu semua!”
TAMAT
Maaf kalo ceritannya kepanjangan dan berantakan. ane masih belajar buat thread.
Please, jadilah kaskuser yang menghormati TS dengan meninggalkan komen!
Gak tau serem atau enggak. Ane mohon, siapapun yang udah membacanya untuk meninggalkan komennya. Kalo mau ngasi cendol juga gak apa-apa kok, kebetulan kulkas ane lagi kosong

Oh iya, cerita ini dulu pernah ane post di fans page ane, juga di beberapa FP lainnya.
Langsung baca aja ceritanya dibawah, Gan/sis!
Spoiler for Kisah Misteri:
10 Menit Berharga
Ceritannya kala itu, aku dan kedua temanku yang bernama Hary dan Anto sedang asik nongkrong bermain gitar dipos ronda kampung kami. Hal ini memang sering kami lakuan tiap malam karna memang letak rumah kami tak terlalu jauh dengan pos ronda.
kulihat Hary dan Anto sedang sibuk mengangkat pion dan menaruh keatas papan kotak berwarna hitam putih itu, termenung dan berfikir bidak mana yang akan dijalankan, sesekali berkata 'skak' dan kemudian menggeser sang ratu ke tempat teraman.
sementara aku, masih focus dengan petikan-petikan gitar yang 'ku mainkan, bersenandung diantara nada gitar.
Malam memang sudah hampir larut, ku lihat jam yang bergelayut didinding pos ronda menunjukan pukul 23.15.
Tak seperti hari-hari sebelumnya, malam ini terasa sepi sekali, yang biasanya ada satu atau dua kendaraan melintas tiap sepuluh menit, tapi tidak untuk malam ini. Hanya ada angin yang sesekali menggoyangkan pohon-pohon sekitar.
Kampungku memang masih banyak pepohonan yang menjulang diantara kebun-kebun milik para petua kampung ini.
Disela lamunanku dalam memetik gitar, ku lihat dari kejauhan ada sesosok bayangan yang sedang menuju ke arah kami. Mungkin karna banyak kebun dikampungku ini, sehingga penerangan jalan disini itu masih sangat minim. Setelah memandang beberapa lama, tampak sosok itu adalah seorang laki-laki.
Ia semakin dekat menuju ke arah kami, hingga kira-kira radius jaraknya sekitar 50 meter dari pos. Perlahan aku bisa melihat seseorang berpakaian ala karyawan kantor. Siluet tubuh itu tak asing bagiku, sepertinya aku mengenalnya.
Yah dia Jojo, teman tongkrongan kami yang ahir-ahir ini sibuk dengan pekerjaannya. Jika dibandingkan, Jojo memang lebih sukses daripada teman-teman brengseknya yang berada dipos ini.
“Misi, Om!?” candanya saat melintas didepan pos
“Woy, Jo. Nongkrong dulu lah! Udah lama lu gak nongkrong,” sahut Anto dibelakangku
“Tau nih, sombong banget udah jadi pegawai” tambah Hary sejadinya.
Jojo hanya membalas dengan senyum, kemudian bergabung bersama kami.
“Tumben gak pake motor, Om?” tanyaku sedikit heran.
Aku memang sering melihat Jojo pergi menggunakan Satria Fu kesayangannya.
“Emang lagi pengen jalan aja ni Raf, sekali-kali olahraga buat diri sendiri” jawabnya datar
“Gaya lu, Nyet! Gue bayarin gope boleh?” Timpal Anto seenaknya.
Kami tertawa..
kata-kata kotor semacam ini sudah tak asing ditongkrongan kami, justru inilah yang membuat kami jadi semakin akrab.
“Har, temanin gue ke warung yuk beli rokok. Gak enak ada tamu baru kalo gak dijamu!” ajak Anto
Hary melirik Jojo, kemudian tersenyum
“Oh iya, Sory gue lupa. Fa elu tunggu disini aja sama si tamu baru ini” ejek Hary
“Heummm” jawabku enteng disela permainan gitar.
Kemudian Hary dan Anto pergi.
Lima menit berlalu selepas kepergian Hary dan Anto, aku dan Jojo hanya terdiam. Aku masih sibuk berinstrumen dengan gitarku, sementara Jojo hanya termenung. Entah karna menikmati permainan gitarku, atau sedang memikirkan sesuatu, aku tidak tahu. Aku hanya focus pada senar-senar gitar ini.
“Capek banget kelihatanya om, sampe pucet gitu tuh muka!” candaku memulai perbincangan. Sebenernya merasa gak enak juga melihat teman kecilku ini dari tadi termenung.
“Hehe, iya nih” sahutnya
“Lagi ada masalah dikantor?” tanyaku. mungkin dengan sharing dan memberi masukan, Jojo bisa sedikit lega pikirku dalam hati.
“Namanya juga hidup, Fa, pasti ada masalah. Kalo gak ada mah mati namanya!”
“Gini nih, kalo kebanyakan pacaran sama komputer kantor, omonganya beda banget”
Jojo hanya membalas senyuman khas dari bibirnya, terlihat sedikit lesu.
Sepertinya ia memang sedang ada masalah dikantor, jadi agak terlihat beda. Tapi aku tak mau ambil pusing, toh aku pikir 'setiap masalah teman gak semuanya berhak aku ketahui'
Angin malam kian menjadi, kini dinginnya semakin berani menusuk masuk ketulang. Ku keraskan sedikit petikan gitarku agar memecah sunyi diantara bulu leherku yang sedari tadi berdiri.
Sementara disudut lain, terdengar suara ribut dari mulut Hary dan Anto saling ejek satu sama lain. Dua mahluk itu memang tak kenal waktu saat bercanda, mereka selalu berisik meriuh.
Memang letak warung tak begitu jauh, hanya memakan waktu lima menit saja. Tapi jika mereka yang jalan jadi agak lama, mungkin karna mereka bercanda dulu dengan si mbak pemilik warung.
“Nih, Bro. Rokoknya udah ada, kopinyapun juga udah ada. Tinggal ceweknya aja ni yang belum ada!” celetuk Anto saat datang
“Tuh, Dia mah kalo nongkrong bawa-bawa status jomblonya mulu” selak Hary
“Gue lagi ngomong sama Jojo, Nyet” cetus Anto sedikit kesal.
Kemudian tertawa bersama lagi.
“Sory, Gue udah gak ngerokok,” jawab Jojo yang membuat semua terdiam
“Sejak kapan lu berhenti ngerokok, Om?” tanyaku
“Sejak gue mulai memutuskan untuk hidup sehat!”
“Tuh kan eror lagi nih anak, dari tadi omongannya ngaco mulu” Jawabku sambil noyor pelan kepala Jojo.
kami kembali tertawa bersama..
“Masbro semua, gue pulang duluan ya, belum setor muka nih sama nyokap!?” ucap Jojo ditengah tertawa kami.
“Ya udah. Tapi elu kesini lagi ya, Kita nongkrong bareng!” seru Hary
“Tenang Om.. Gue bakal balik lagi buat elu semua!” candanya
Hary dan Anto tak henti-henti menoyor kepala Jojo, mereka tertawa saat mendengar ucapannya. Aku malah sedikit bingung mendengarnya.
'Ah sudahlah, tongkrongan ini memang dipenuhi orang-orang ngaco.' seruku dalam hati
* * *
Sepuluh menit berlalu, Hary dan Anto kembali meneruskan permainan caturnya. Kini secangkir kopi susu yang masih mengepul menemani mereka untuk diminumnya bersama. Kalo bahasa gaul ditempatku namanya 'Joinan'. Sementara tangan mereka berdua menyalipkan sebatang tembakau dengan ujung yang telah berasap. Sesekali mereka menghisapnya. Aku masih sibuk dengan dawai gitar yang ku petik.
Dari kejauhan sebuah mobil melaju mendekat kearah pos, cahaya lampunya sempat membuat kelopak mataku mengkerut. Mobil itu berhenti tepat didepan pos. Ku lihat sebuah mobil ambulance berwarna putih. Aku sempat mengkerutkan dahi, memikirkan sesuatu.
'Ah! gitar ini selalu bisa membuatku untuk tidak memikirkannya' benakku
“Maaf mas, numpang tanya?”
“Ya?” jawabku tanpa menoleh supir yang masih dimobilnya itu. Ku pikir tak sopan jika seorang sopir ingin menanyakan sebuah jalan tanpa keluar dari kendaraan roda besinya. Mematikan mobilnyapun terasa begitu sulit untuk supir ini.
“Kalo rumah Bu Warsih dimana ya?”
“Ouh. Bapak terus aja. Nanti mentok dipertigaan, bapak belok kiri. Patokan rumahnya telepon umum coin!"
sahut Hary dari belakang
“Ouh, makasih ya mas!?”
kemudian sopir itu pergi dengan mobilnya.
“Eh, Om, Ngapain ya tuh mobil ambulace ke rumah bu Warsih, itu kan rumahnya Jojo!?” tanya Anto
“Emang elu gak tau, To? bokapnya si Jojo kan sakit udah sebulan!” jawab Hary
“Kesono yuk! Gue takut kenapa-kenapa sama keluarga Jojo. Dia kan teman kita juga” ajak Anto
“Ah, besok juga kita denger dari mulut warga. Kaya gak tau mulut warga sini aja luh,” ucapku tak setuju
“Iya lu, To. Lagian 'kan nanti juga Jojo kesini. Tar dia juga bakal ngasih tahu kita,” tambah Hary meyakinkan
“Udah ayo ikut, gak ada salahnya kalo kita tahu duluan!” seru Anto tak mau kalah dan menarik tangan kami berdua.
Dengan terpaksa aku dan Hary mengikuti Anto.
Aku tinggalkan gitar di pos. Bahkan ku lihat Hary dan Anto tak sempat membereskan anak-anak caturnya.
“Kita lewat gang asem aja ya! Biar deket jalannya” ucap Anto saat diperjalanan
“Ogah ah. Lu gak tau ini tengah malem? Disono ada pemakaman. Mana ada yang baru meninggal lagi 3 hari yang lalu” tolak Hary
“Ah.. udah hayo!” hasut Anto.
Dengan terpaksa lagi aku dan Hary menuruti Anto untuk melewati gang asem.
Disana memang ada tanah pemakaman, mungkin namanya diambil karna adanya pohon asam(asem.red) cukup besar didekat pemakaman, kurasa usianya jauh lebih tua jika dibanding dengan umurku.
Sepanjang jalan setapak yang kami lewati ini, memang membuat bulu kudukku berdiri terus. Tak henti-hentinya aku mengusap telungkup leherku.
Pohon asam itu sudah terlihat. Kesan seram memang nampak sekali disana. Ditambah lagi rumor warga tentang adanya sosok perempuan yang sering menampakan diri diatas dahan.
Aku tak mau ambil pusing memikirkan itu, aku hanya sibuk menertawakan Hary dan Anto. Mereka tak lagi berisik seperti biasanya. Kulihat mereka serius sekali hingga jalannya seperti sepasang kekasih yang sedang berangkulan.
B R U U U K K K!
Sesuatu terjatuh dari atas pohon asem ketika kami melewati tanah pemakaman itu. Benturannya begitu keras terdengar olehku. Sontak kami bertiga lari tak karuan secepat-cepatnya. Tanpa komando, tanpa aba-aba, kami segera mengambil langkah seribu. Aku sendiri tak berani melihat kearah belakang, yang penting kami semua bisa menjauh dari tempat sialan ini.
Hingga ahirnya kami berhasil tiba dirumah Jojo. Suara berisik langkah lari kami bertiga membuat orang-orang dirumah Jojo memperhatikan dengan sinis, aku Anto dan Hary tak mempedulikan itu. Kami hanya sibuk mengatur nafas yang masih membuat dada turun naik.
Disela menyeimbangkan nafasku, aku sempat melihat ekor mobil ambulance yang tadi sempat bertanya, menghilang disudut pertigaan saat aku berdiri didepan rumah Jojo.
Semua orang disana masih hening melihat kami, Anto dan Hary sibuk tertawa setiba dirumah Jojo. Menertawakan ketika kami lari compang-camping tak karuan.
Hingga ahirnya kakaknya Jojo yang berama Ahmad mendekat
”Ada apa?”
Lalu Anto dan Hary menceritakan sesuatu yang terjadi sebelumnya, saat kami melewati pohon sialan yang ada dipemakaman itu.
Ahmad hanya termenung..
“Jojo meninggal,” ucapnya ditengah canda kami.
Aku melirik sinis kearahnya, “Bercanda aja lu, Bang!” tambahku dibarengi tawa
“Jojo kecelakaan waktu pulang kerja saat mengendarai motornya” ucapnya disertai isak tertahan. Kami terdiam serentak. Orang-orang disana menyaksikan kami dengan pandangan tak menyenangkan.
Mata mereka seperti elang, begitu sinis seakan ingin menerkam kami.
“Gak mungkin!” seru Anto
“Kalian lihat sendiri aja kedalam!” seru Ahmad sembari mengusap airmatanya
Kami bertiga sempat bertukar pandangan. Anto menganggukan kepalanya.
Aku Hary dan Anto kemudian masuk kerumah Jojo. Didalam, aku melihat Bu Warsih menangis sambil menyebut-nyebut nama Jojo. Disampingnya terbaring tubuh seseorang yang ditutupi kain. 'Kenapa tiba-tiba perasaanku jadi gak enak begini?' batinku.
kami mendekat untuk melihat wajah orang yang tertutup kain. Hary memberanikan diri untuk membuka kain penutup kepala orang itu.
Kami bertiga terkejut,
Terutama aku, dadaku terasa diserang sesuatu. Sakit sekali rasanya. Begitu sesak dan menyakitkan. Bahkan aku bisa merasakan jantungku yang bertetak pelan.
Disana ku lihat wajah Jojo yang begitu pucat, tertidur pulas dalam senyumnya.
Aku, Hari dan Anto saling pandang tak percaya,
'apa ini? Mustahil! Bagaimana bisa?' kata-kata itu terus terlontar dalam benakku, dadaku semakin sesak memikirkan bahwa sebelum ini kami telah bercanda bersama. Terlebih aku, yang berbincang dengan Jojo saat Hary dan Anto pergi ke warung. Ternyata 10 menit itu 'kulalui dengan.. Dengan..
Ah sudahlah..
Tak terasa mataku membulirkan tetesan perasaan ini, tanpa diundang, tanpa ada persiapan. Ia terus menetes seakan tak tahu, harus bicara apa?
Sedih,
sakit,
dan tak percaya.
Perasaan itu penuh menyumbat dadaku saat ini.
“Apa maksud semua ini, Jo?”
* * *
Semenjak kejadadian itu aku, Hary, dan Anto selama 3 bulan gak pernah nongkrong malem lagi.
Apa lagi mengingat ucapan terahir yang pernah Jojo lontarkan
“Gue bakal balik lagi buat elu semua!”
TAMAT
Maaf kalo ceritannya kepanjangan dan berantakan. ane masih belajar buat thread.
Please, jadilah kaskuser yang menghormati TS dengan meninggalkan komen!

Spoiler for tambahan:
Biar gak membuat penasaran, ane tambahin sketsa wajah yang mukanya mirip sama si Jojo di atas(kemiripannya sekitar 80% lah). Sekali lagi ane jelasin, ini bener2 kisah ane sama temen ane. Jadi terserah agan/sista untuk mempercayainya.
Dan perlu diketahui, cerita ini sampai sekarang menjadi rahasia ane sama temen2 ane untuk tidak memberitahukan kepada orang lain di kampung ane. Alesannya karna ane gak enak sama keluarganya Almarhum kalo dia tahu cerita ini.
Dan perlu diketahui, cerita ini sampai sekarang menjadi rahasia ane sama temen2 ane untuk tidak memberitahukan kepada orang lain di kampung ane. Alesannya karna ane gak enak sama keluarganya Almarhum kalo dia tahu cerita ini.
Diubah oleh berandalan.3d 22-05-2014 02:40
0
9.2K
Kutip
147
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan