Jakarta - Saksi mata di sekitar lokasi kejadian penembakan adik kandung John Kei, Tito Kei, mendengar dua letupan pistol ketika orang tak dikenal yang mengenakan jaket dan helm mengarahkan senjatanya. Sejurus itu pula Tito dan seorang pemilik warung tersungkur diterjang timah panas. Pelaku terlatih dalam menggarahkan target pistolnya?
"Kita tidak tahu apakah pelaku terlatih atau tidak. Bisa saja mau nembak badan yang kena kepala," kata Kapolresta Bekasi, Kombes Pol Priyo Widhianto, saat dihubungi detikcom, Sabtu (1/6/2013).
"Terlatih atau tidak, kita tidak tahu," imbuh Yudho. Dia memperkirakan kedua korban ditembak dari jarak 3 meter.
Berdasarkan hasil penyisiran tim identifikasi kepolisian di lokasi kejadian, Jl Raya Titian Indah RT 03/011, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Medan Satria, Bekasi Kota, petugas menemukan satu proyektil dan satu selongsong peluru. Yudho berkesimpulan awal bila pelaku menggunakan pistol jenis FN.
Hasil dari autopsi jenazah Tito Kei, tim forensik menemukan dan berhasil mengangkat proyektil dari kepala korban. Proyektil-proyektil ini selanjutnya menjadi bahan analisa tim uji balistik Polri.
Pagi tadi tim identifikasi melanjutkan menyisir lokasi kejadian di depan warung rokok milik Ratim, Jl Raya Titian Indah RT 03/011, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Medan Satria, Bekasi Kota.
Dari hasil penelusuran tim identifikasi pihaknya tidak menemukan bukti baru terkait dengan insiden Jumat malam kemarin.
JAKARTA, KOMPAS.com — Pembunuhan Fransiskus Refra atau yang akrab disapa Tito Refra Kei mengejutkan para kerabat. Mereka tidak percaya adik kandung John Refra Kei tersebut tewas dibunuh di dekat kediamannya sendiri.
"Ini kan rumah kami, berani betul dia (pelaku) bisa datang ke sini," ujar salah seorang pria, kerabat Tito yang enggan menyebutkan namanya, kepada wartawan di lokasi, Sabtu (1/6/2013) dini hari. Menurutnya, pelaku pembunuh Tito bukanlah pelaku kriminal sembarangan. Bahkan, pelaku yang mengenakan helm dan jaket tertutup itu diduga terlatih.
Hal itu dilihat dari beberapa informasi yang diperolehnya saat pelaku membunuh Tito. Dikatakannya, pelaku memahami kondisi tempat kejadian perkara dengan baik. Hal itu terlihat dari waktu pembunuhan yang tepat karena saat itu Tito dalam kondisi lengah tanpa kawalan. Terlebih, pelaku mengetahui Tito tengah bermain kartu. Padahal, tidak tiap malam Tito main kartu.
Hal senada diungkapkan Cosmas Refra, pengacara sekaligus adik sepupu Tito. Menurut dia, pembunuhan tersebut diduga direncanakan dengan baik. Pasalnya, pelaku hanya melepaskan satu kali tembakan untuk melumpuhkan Tito dan satu tembakan untuk Ratim (70), pemilik warung tempat Tito bermain kartu.
"Saya menduga pelaku sudah observasi terlebih dahulu, tidak bisa sembarangan orang itu. Kalau tidak ada orang dalam yang memberi info, tidak mungkin orang luar bisa tahu," tambah Cosmas. Meski demikian, kerabat serta keluarga besar Tito Refra mengaku menyerahkan sepenuhnya kasus pembunuhan tersebut kepada kepolisian. Cosmas berharap polisi bisa segera mengungkap pelaku pembunuhan ini.
Tito Refra dibunuh dengan cara ditembak di bagian kepala pada Jumat sekitar pukul 20.00 WIB di warung milik Ratim di Jalan Titian Raya Indah, RT 03 RW 11, Kalibaru, Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat. Pelaku diduga berjumlah satu orang.
Selain Tito, pelaku juga menembak hingga tewas pemilik warung berama Ratim (70). Tito tewas dengan peluru menembus bawah mata kanan keluar di rahang kanan. Sementara itu, Ratim tewas dengan luka tembak di dadanya. Jenazah Tito dan Ratim kemudian dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk diotopsi, setelah sempat dilarikan ke RS Ananda di Bekasi.
Spoiler for TKP:
UPDATE
Spoiler for QUOTE:
Liputan6.com, Jakarta : Pagi yang sibuk sekaligus mencekam di Kompleks Titian Indah, Blok I, Bekasi, Jawa Barat. Warga terlihat membersihkan tumpahan darah di sebuah warung kopi, menyusul insiden penembakan yang menewaskan Tito Refra Key dan Ratim alias Aki.
Pantauan Liputan6.com, sekitar 100 aparat dari Sabhara Mapolda Metro Jaya juga tengah berjaga-jaga. Sedangkan Tim DVI Inafis yang melakukan olah TKP belum terlihat.
Salah satu warga, Yuli mengaku kerap melihat Tito dan istrinya. Keduanya dikenal baik di lingkungan tetangganya.
"Dia orangnya baik, makanya dia mau bergaul disini. Mana ada orang kaya sekarang mau berkumpul dengan warga," kata dia, Sabtu (1/6/2013).
Setiap Minggu, Tito juga kerap main bola di lapangan bola. Suatu hari, ia bahkan mengajak pemain bola Diego. "Kadang dia (Tito) ngajak Diego, pacar Nikita Willy. Kadang dia (Tito) yang rapiin lapangan."
Sebelumnya, terjangan timah panas tepat mengenai mata kanan bagian bawah hingga menembus belakang telinga kanan Tito Refra Kei. Juga menembus dada pemilik warung bernama Ratim (70).
Diduga pelakunya profesional. Sebab, peluru yang mengenai keduanya hanya berasal dari 2 letusan peluru yaitu pertama pada Tito dan yang kedua pada Ratim. Berdasarkan olah TKP, penembakan tersebut tidak diwarnai dengan tembakan yang diberondong bertubi-tubi.
Mengenai dugaan tersebut, polisi belum mau memastikan lebih lanjut. "Kita belum tahu. Apakah penembak jitu, apakah dia mau tembak mata, apakah mau tembak kepala," kata Kapolres Kota Bekasi, Kombes Pol Priyo Widhianto di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (1/6/2013) dini hari.
Selain mencari pelaku, polisi juga tengah mendalami motif terbunuhnya pengacara, Tito Refra Kei, tersebut. Sebab, menjadi pertanyaan besar apakah ada penyebab lain sehingga pemilik warung turut ditembak pelaku. (Ein)
Spoiler for QUOTE:
Liputan6.com, Jakarta : Tito Refra Kei ditembak orang tak dikenal di Bekasi, Jawa Barat. Tito tewas terkena timah panas dari arah belakang kepala hingga tembus ke depan. Kematian tragis adik John Kei sempat menimbulkan kekhawatiran akan memicu konflik.
Walau demikian, Polri masih belum akan meningkatkan status Bekasi menjadi Siaga I meski disinyalir akan ada aksi balas dendam dari kubu keluarga Kei.
"Belum ada. Prinsipnya setiap ada pelanggaran akan kita usut dan kita tindak tuntas," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Lapangan Mabes Polri, Jakarta Selatan, Sabtu (1/6/2013).
Polri, kata Boy, akan mengusut kasus kematian Tito Kei tanpa peduli latar belakangnya. "Akan diusut, polisi sedang bekerja," tuturnya.
Tito tewas saat sedang bermain kartu bersama 3 rekannya di Jalan Raya Titian Indah, Kalibaru, Medan Satria, Bekasi.
Tiba-tiba datang pengendara motor dan langsung menembak ke arah kerumunan Tito. "Menurut saksi Popon, anak dari Ratim, ada 2 kali letusan tembakan," ujar Kabid Humas Polda Metro Kombes Pol Rikwanto.
Pantauan Liputan6.com , belum terlihat olah TKP yang dilakukan polisi, namun sudah aparat berjaga-jaga di lokasi kejadian.
Tito Kei merupakan bakal calon anggota Legislatif dari Partai Amanat Nasional (PAN). Mendiang meninggalkan seorang istri dan 4 anak. Dua di antaranya adalah Ela dan Franklin. Anak yang paling besar duduk di bangku SD, sedangkan anak terkecilnya masih bayi. (Ein/Ary)
Warga: Sebelum Ditembak Tito Terlihat Senang dan Tertawa
Liputan6.com, Jakarta : Polisi menjaga ketat lokasi penembakan Tito Refra Kei di sebuah warung kopi di Jalan Titian Indah, Bekasi, Jawa Barat. Olah tempat kejadian perkara (TKP) ulang akan dilakukan di sana.
Sementara, warga berkerumun di sekitar lokasi, di kompleks yang didirikan sekitar tahun 1985 itu. Mereka juga mengumpulkan sumbangan untuk korban tewas lain, Ratim atau Aki, kakek pemilik warung kopi yang berada di dekat Tito pada malam kejadian.
Salah satu warga, Ipeh (33), penjual bensin eceran, mengatakan, sekitar waktu kejadian pukul 20.15 WIB, jalanan sedang ramai. Waktunya sebagian warga kembali dari tempat kerja.
"Saya kira suara ban motor meledak, dua kali. Saat itu sedang lagi ada orang isi bensin,"kata dia di lokasi kejadian, Sabtu (1/6/2013).
Suara letusan datang dari warung kopi. "Ada orang menyebut 'tembakan-tembakan'. Saya langsung ngumpet di dalam gang, saya lari. Suaranya kencang banget kayek suara petasan," ucap Ipeh .
Ipeh mengaku mendapat informasi dari anak Aki, pelaku diduga dua orang. Satu tetap berada di atas motor, lainnya berjalan kaki ke arah Tito dan menembaknya.
"Sebelum ditembak, Tito masih senang-senang dan ketawa-ketawa di warung rokok (milik Aki), tapi saat dengar tembakan itu, saya nggak tahu lagi, karena langsung ngumpet. Tito sendiri orangnya baik. Dia sering beli bensin," pungkas dia.
Pantauan Liputan6.com, belum terlihat olah TKP yang dilakukan polisi, namun sudah aparat berjaga-jaga di lokasi kejadian.
Seperti diketahui Tito Kei, yang juga pengacara sang kakak John Kei, diduga tewas seketika di lokasi kejadian. Calon anggota Legislatif dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu ditembak orang tak dikenal.
Tito meninggalkan seorang istri dan 4 anak. Dua di antaranya adalah Ela dan Franklin. Anak yang paling besar duduk di bangku sekolah SD, sedangkan anak terkecilnya masih bayi. (Ein)
SRIPOKU.COM, BEKASI - John Kennedy Kei Refra sudah mengetahui Tito Kei Refra, adik bungsunya, meninggal. Tito tewas ditembak orang tak dikenal, Jumat (31/5/2013) malam.
"John sudah tahu adiknya meninggal tertembak," ujar Paulinus Kei Refra (80), saat berbincang dengan Tribunnews.com di rumah duka, Kompleks Titian Indah, Medan Satria, Bekasi, Sabtu (1/6/2013).
"Saya sudah tanya tadi malam pengacaranya waktu di rumah sakit. Kata Taufik, pengacaranya, sudah dikasih tahu ke John. Jadi, John sudah tahu," ujar Paulinus. Pengacara John Kei dimaksud adalah Taufik Candra.
"Bagaimana reaksi John Kei, mengetahui adiknya meninggal," tanya Tribun.
Paulinus menjawab, "John tentu sedih. Tetapi dia tidak marah, sebab semua orang pasti punya ajal. Kalau Tito meninggal akan masuk surga, sedangkan penembaknya pasti masuk neraka," ujar Paulinus, kakek 24 cucuk, dan seorang buyut.
Dia belum mendapat kabar apakah John akan memperoleh izin keluar dari Rutan untuk melayat adiknya. "Saya belum tahu, itu biarlah pengacara yang urus," kata kakek yang masih kekar dan tampak masih kuat.
Paulinus ayah dari enam anak. Tito anak bungsu, adik dari John Kennedy Kei Refra. John kini mendekam di Rutan Salemba Jakarta. Ia divonis 12 tahun penjara atas kasus pembunuhan bos PT Sanex Steel, Tan Harry Tantono alias Ayung.
Sebelum Tito, Walterus Kei Juga Tewas Dibunuh
TEMPO.CO, Jakarta - Tito Refra Kei tewas ditembak orang tak dikenal pada Jumat, 31 Mei 2013, sekitar pukul 20.00 WIB. Kematian adik kandung John Kei ini menambah panjang daftar Kei bersaudara yang tewas dibunuh.
Ditulis majalah Tempo edisi 24 Oktober 2004 dalam rubrik Kriminalitas berjudul "Jejak Darah di Kebayoran Inn", pada Juni 2004, nyawa Walterus Refra, kakak kandung John Kei, juga melayang.
Peristiwa itu berawal dari bentrokan antara kelompok pemuda pimpinan Basri Sangaji dan kelompok John Kei di Diskotek Stadium, Jakarta Barat, pada Selasa, 2 Maret 2004. Dalam peristiwa itu, dua petugas keamanan diskotek tewas.
Rupanya dendam kedua kelompok yang kerap berseteru itu berlanjut. Pada Selasa, 8 Juni 2004, bentrokan antara kelompok John Kei dan Basri Sangaji terjadi lagi di depan Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Dalam perkelahian itulah, Walterus tewas terbunuh.
Kini, pada 2013, kematian tragis terjadi pada Tito. Dia ditembak saat sedang bermain kartu bersama tiga tetangganya. Polisi masih menyelidiki kasus ini dan belum bisa memastikan siapa dan apa motif pelaku. "Namun kami menduga pelaku sudah lama mengincar korban," ujar Kepala Polresta Bekasi Kota, Komisaris Besar Priyo Widyanto, Sabtu, 1 Juni 2013.
Polisi menduga aksi pembunuhan ini berencana. Sebab, saat beraksi, pelaku seperti mengetahui seluk-beluk lokasi kediaman adik kandung John Kei tersebut, di Jalan Raya Titian Indah RT 3 RW 11, Kelurahan Kalibaru, Medansatria, Kota Bekasi.
Tito Kei Pernah Potong Jari Saudara Sepupunya
TEMPO.CO, Jakarta - Tito Refra Kei dikenal mempunyai watak keras. Bahkan, adik kandung John Kei ini tak segan memotong jari saudara sepupunya.
Dalam tulisan "Tukang Kelahi di Kandang Macam" yang dimuat majalah Tempo edisi 4 Maret 2012, disebutkan bahwa Kepolisian Daerah Maluku pernah merekam kesadisan Kei bersaudara ini dalam sebuah insiden di Tual. Pada 2008, John ditangkap dengan tuduhan penganiayaan Jemry Refra dan Charles Refra, yang terhitung keponakannya sendiri. Jemry dan Charles terluka parah dengan jari tangan kanan buntung.
Jemry dan Charles mengatakan, jari mereka dipotong John dan Tito setelah memaki ibu keduanya. Setelah jari mereka dipotong di atas meja batu, keduanya disekap di sebuah hotel, lalu dibiarkan mengerang bersimbah darah di depan rumahnya. Polisi yang datang ke sana kemudian melarikan Jemry dan Charles ke rumah sakit. John dan Tito ditahan.
Sidang John kemudian dipindahkan ke Surabaya. Charles dan Jemry mengulang kesaksian mereka di hadapan hakim. Tapi John, yang menjadi terdakwa, menyangkal menebas jari-jari keponakannya sendiri. Menurut dia, tangan mereka tak sengaja tertebas karena berkelahi dan ia membela diri. John dinilai bersalah dan divonis 8 bulan penjara.
Ibarat siklus yang berulang, aksi kekerasan pula yang membuat nyawa Tito melayang. Pada Jumat malam, 31 Mei 2013, dia tewas seketika saat ditembak orang tak dikenal sekitar pukul 20.00 WIB. Saat itu Tito tengah asyik bermain kartu dengan tiga tetangganya.
Polisi masih menyelidiki kasus ini dan belum bisa memastikan siapa dan apa motif pelaku. Yang jelas, polisi menduga aksi pembunuhan ini berencana. Sebab, saat beraksi, pelaku seperti mengetahui seluk-beluk lokasi kediaman Tito di Jalan Raya Titian Indah RT 3 RW 11 Kelurahan Kalibaru, Medansatria, Kota Bekasi. Dugaan sementara itu ditelusuri dari keterangan saksi di lapangan. SUMBER