MOSKOW - Beberapa pengamat militer Rusia mengkhawatirkan perkembangan ekonomi dan militer China. Mereka berasumsi, perkembangan itu justru bisa membendung pengaruh Rusia di wilayah timur jauh.

Setiap bulan Mei, Rusia memang mendemonstrasikan kekuatan militernya dari sisi pasukan, tank, dan pesawat tempurnya di Lapangan Merah. Hal itu bertepatan dengan perayaan kemenangan Rusia di Perang Dunia II.

Namun tanpa disadari, para pembuat kebijakan yang ada di Kremlin cukup menghkhawatirkan ancaman lain yang bukan berasal dari Barat. Ancaman itu dinilai muncul dari China yang tak lain adalah rekan Rusia.

"Saya tidak ingin mengatakan bahwa ancaman ini hanya akan menjadi ancaman serius di timur jauh. Ini jelas bisa mengancam seluruh wilayah Rusia," ujar pengamat militer Rusia Alexander Khramchikhin, seperti dikutip Radio Australia, Kamis (30/5/2013).

"Jelas sekali, China tidak bisa bertahan tanpa sebuah ekspansi. Tidak ada suka untuk membicarakan masalah itu. China tentunya lebih menyukai ekspansi dengan cara yang damai, namun bila mereka gagal melakukan hal itu, langkah militer bisa saja mereka ambil," imbuhnya.

Lebih dari 150 tahun yang lalu, Kerajaan Rusia memperluas kekuasaannya ke timur termasuk ke Laut Jepang. Kota Vladivostok seringkali disebut sebagai pusat kekuatan Rusia di Asia. Dan saat ini, jalanan di Vladivostok dinilai sudah disusupi oleh pengaruh China.

Pengamat lain dari Far Eastern Federal University, Mikhail Zharikov, juga mengingatkan Rusia akan bahaya dari China. Menurutnya, Negeri Beruang Merah sudah tidak lagi mampu mengontrol wilayah timur jauh.

Para pengamat pun yakin, ancaman potensial dari China yang dirasakan Rusia bukanlah berasalkan dari militer. Ancaman itu berasal dari sisi ekonomi dan populasi warga China yang sangat besar.

Source

Tidak ada teman abadi, yang ada kepentingan pribadi. Bangunnya Panda membuat Beruang dan Elang berhati-hati.