Mengenal Lebih dekat Photographer Dunia Kevin Carter

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
Mengenal Lebih dekat Photographer Dunia Kevin Carter

yudapermana

30-05-2013 07:57

Mengenal Lebih dekat Photographer Dunia Kevin Carter

BUKTI NO REPOST emoticon-Blue Repost

Quote:

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Andai Anda memilih mengambil foto, seperti foto di atas itulah kira-kira hasil jepretan Anda. Luar biasa bukan? Sebuah foto jurnalistik yang hebat. Tetapi, tahukah Anda bahwa foto inilah yang membuat seorang fotografer bunuh diri?
Foto di atas diambil oleh seorang fotografer Amerika bernama Kevin Carter. Datang ke Sudan untuk meliput perang saudara pada 1993, Kevin mendapati sebuah momen foto jurnalistik yang luar biasa itu.
Seorang anak kurus-hitam-ceking-kerempeng terjatuh di depan seekor burung pemakan bangkai (vulture). Seolah-olah, burung itu sedang menunggu sang bocah dekil-miskin-menderita itu mati, lalu memakannya. Saat itu, sebenarnya sang anak hendak menuju kamp PBB untuk mendapatkan makanan yang jaraknya sekitar 1 kilometer.
Pada 1994, foto yang dimuat di The New York Times ini memenangkan Pulitzer Prize. Tetapi protes membanjiri Kevin. Banyak orang, para pembaca koran, mempertanyakan kenapa Kevin tidak menolong sang bocah dengan mengusir burung itu atau mengangkat bocah itu menuju ke kamp PBB.
Kevin sempat memberikan jawaban. Katanya, dia mengusir burung tersebut setelah mengambil foto. Namun, Kevin tak bisa memastikan apakah sang bocah kurus-kering-kerempeng-hitam itu selamat atau tidak.
Berita-berita mengabarkan, karena rasa bersalah plus masalah lain (terlibat utang?), Kevin depresi dan bunuh diri di Johannesburg, Afrika Selatan, dua bulan setelah fotonya itu memenangkan Pulitzer Prize.

Spoiler for Awal Hidup:

Kevin Carter lahir di apartheid Afrika Selatan dan dibesarkan di sebuah kelas menengah, kulit putih-satunya lingkungan. Sebagai seorang anak, ia kadang-kadang melihat razia polisi untuk menangkap orang kulit hitam yang secara ilegal tinggal di daerah. Dia kemudian mengatakan bahwa dia mempertanyakan bagaimana orang tuanya, seorang Katolik, keluarga yang liberal, bisa menjadi apa yang ia sebut sebagai 'lackadaisical' tentang pertempuran melawan apartheid.

Setelah SMA, Carter keluar dari studinya untuk menjadi seorang apoteker dan direkrut menjadi Angkatan Darat. Untuk melarikan diri dari infanteri, dia terdaftar di Angkatan Udara, yang mengurungnya dalam empat tahun pelayanan. Pada tahun 1980, ia menyaksikan seorang pelayan mess-lorong hitam dihina. Carter membela pria itu, sehingga keberadaannya dipukuli oleh prajurit lainnya. Dia kemudian pergi, mencoba untuk memulai hidup baru sebagai radio disk jockey bernama "David".
Bagaimanapun, terbukti lebih sulit daripada yang telah diantisipasi. Segera setelah itu, ia memutuskan untuk menjalani sisa layanan yang diperlukan militer. Setelah menyaksikan Street pemboman Gereja di Pretoria pada tahun 1983, ia memutuskan untuk menjadi seorang fotografer berita (Jurnalis Fotografer)

Spoiler for Awal Bekerja:

Carter telah mulai bekerja sebagai fotografer pekan olahraga pada tahun 1983. Pada tahun 1984, ia pindah bekerja untuk Johannesburg Star, bertekad mengekspos kebrutalan apartheid.
Carter adalah orang pertama yang memotret eksekusi publik "necklacing" oleh kulit hitam Afrika di Afrika Selatan pada pertengahan 1980-an. Korbannya adalah Maki Skosana, yang telah dituduh memiliki hubungan dengan seorang polisi.
Carter kemudian berbicara tentang fotonya:... "Aku terkejut melihat apa yang mereka lakukan aku terkejut melihat apa yang saya lakukan, Tapi kemudian orang-orang mulai berbicara tentang foto-foto ... maka saya merasa bahwa mungkin tindakan saya tidak pernah sama sekali tidak buruk. menjadi saksi untuk sesuatu yang mengerikan ini tidak selalu hal yang buruk untuk dilakukan

Spoiler for Foto Pemenang Pulitzer (saat di SUDAN):

Carter adalah pemenang hadiah Pulitzer foto.
Pada bulan Maret tahun 1993, ketika di perjalanan ke Sudan, Carter mendapatkan tempat yang pas, waktu yang pas ketika ada balita kelaparan yang berusaha untuk mencapai pusat makan. itu dilakukan pas carter mendarat di dekatnya menggunakan mobilnya. Carter dilaporkan mengambil foto anak tersebut lalu pergi. carter tidak membantu balita tersebut, karena ada sebuah aturan yang menyebutkan bahwa photographer jurnalis tidak boleh ikut campur terhadap semua kejadian disekitarnya.

Foto tersebut dijual ke New York Times, foto itu pertama kali muncul pada tanggal 26 Maret 1993 dan disebar di banyak surat kabar lain di seluruh dunia. Ratusan orang yang menghubungi Times untuk menanyakan nasib anak itu. tapi hal itu tidak diketahui apakah dia berhasil mencapai pusat makan atau meninggal. Pada tahun 1994, foto itu memenangkan Hadiah Pulitzer untuk Fotografi Fitur.

Kevin sempat memberikan jawaban. Katanya, dia mengusir burung tersebut setelah mengambil foto. Namun, Kevin tak bisa memastikan apakah sang bocah kurus-kering-kerempeng-hitam itu selamat atau tidak.
Berita-berita mengabarkan, karena rasa bersalah plus masalah lain (terlibat utang?), Kevin depresi dan bunuh diri di Johannesburg, Afrika Selatan, dua bulan setelah fotonya itu memenangkan Pulitzer Prize.
Rekannya bercerita bahwa Kevin pernah mengaku merasa begitu bersalah karena terlalu mementingkan pekerjaan ketimbang kemanusiaan. Ia mencemaskan nasib anak itu. Jangan-jangan memang mati dilahap burung pemakan bangkai.
Ironisnya, anak yang dibiarkan Kevin itu ternyata tidak menjadi santapan vulture. Dia ditemukan dalam keadaan sehat di sebuah kamp pengungsian.
Kisah Kevin Carter difilmkan dengan judul The Death of Kevin Carter.

Spoiler for ini fotonya :