

TS
archie85
Apa Itu Shale Gas?
Baru-baru ini Pertamina melalui anak perusahaannya PT Pertamina Hulu Energi menandatangani kontrak kerjasama (KKS) migas untuk pengembangan shale gas di Sumatera bagian Utara. Menariknya, ini adalah KKS non-konvensional pertama di Indonesia dan menempatkan Pertamina sebagai perintis pengembangan shale gas di Tanah Air.
Lalu apa sih shale gas itu? Menurut geology.com, shale gas adalah gas alam yang terdapat di dalam batuan shale, yaitu sejenis batu lunak (serpih) yang kaya akan minyak ataupun gas.
Gas ini pertama kali diekstraksi di Fredonia, NY tahun 1821. Namun produksi gas shale untuk industri baru dimulai pada tahun 1970-an. Ketika itu Amerika Serikat mulai mengalami penurunan cadangan gas konvensional, yang memaksa negara itu untuk melakukan riset dan pengembangan baru. Tetapi dari serangkaian uji coba, pengeboran shale gas pada era 1980 tersebut masih kurang ekonomis. Baru pada tahun 1988, Mitchell Energy menemukan teknologi slick-water fracturing yang ekonomis.
Terdapat dua macam teknik pengeboran untuk shale gas, yakni melalui pengeboran horisontal dan hydraulic fracturing. Teknik ini juga yang membedakan shale gas dengan gas alam konvensional. Karena letak sumber cadangan gasnya yang berbeda, maka lain pula teknik pengeboran yang digunakan.
Konon, shale gas ini lebih ramah lingkungan, karena mampu mengurangi efek rumah kaca akibat emisi karbon yang dihasilkannya lebih sedikit dibandingkan gas alam konvensional. Hanya saja,biaya ekstraksi shale gas ini cukup mahal. Namun dengan kemajuan teknologi ke depan, diharapkan biaya ekstraksi dapat dikurangi. Baru-baru ini, sebuah lembaga di Amerika mengadakan kontes untuk mencari inovasi baru teknologi shalegas.http://www.bizjournals.com/pittsburgh/blog/morning-edition/2013/05/shale-gas-innovation-contest-expands.html
Saat ini,shale gas lebih banyak dikembangkan di Amerika Serikat ketimbang di Eropa dan Asia. Sejumlah perusahaan migas di Eropa masih ragu apakah shale gas akan berkembang pesat seperti di Amerika. http://www.reuters.com/article/2013/...E920H20130528. Selain itu, isu lingkungan terkait pengelolaan dan sumber air menjadi tantangan besar bagi pengembangan shale gas. Tak dipungkiri, dalam pengeboran shale gas diperlukan banyak air. Sebaliknya pengeboran shale gas menghasilkan limbah air (dan kimia) yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Cadangan shale gas banyak ditemukan di beberapa bagian dunia, seperti Afrika Selatan, Amerika Utara, Eropa, China, dan Asia termasuk Indonesia. Menurut data Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, cadangan shale gas Indonesia diperkirakan sebesar 574 trillion cubic feet (TCF) yang tersebar di pulau Sumatera (233 TCF), Jawa (48 TCF), Kalimantan (194 TCF) dan Papua (90 TCF). ***
Lalu apa sih shale gas itu? Menurut geology.com, shale gas adalah gas alam yang terdapat di dalam batuan shale, yaitu sejenis batu lunak (serpih) yang kaya akan minyak ataupun gas.
Gas ini pertama kali diekstraksi di Fredonia, NY tahun 1821. Namun produksi gas shale untuk industri baru dimulai pada tahun 1970-an. Ketika itu Amerika Serikat mulai mengalami penurunan cadangan gas konvensional, yang memaksa negara itu untuk melakukan riset dan pengembangan baru. Tetapi dari serangkaian uji coba, pengeboran shale gas pada era 1980 tersebut masih kurang ekonomis. Baru pada tahun 1988, Mitchell Energy menemukan teknologi slick-water fracturing yang ekonomis.
Terdapat dua macam teknik pengeboran untuk shale gas, yakni melalui pengeboran horisontal dan hydraulic fracturing. Teknik ini juga yang membedakan shale gas dengan gas alam konvensional. Karena letak sumber cadangan gasnya yang berbeda, maka lain pula teknik pengeboran yang digunakan.
Konon, shale gas ini lebih ramah lingkungan, karena mampu mengurangi efek rumah kaca akibat emisi karbon yang dihasilkannya lebih sedikit dibandingkan gas alam konvensional. Hanya saja,biaya ekstraksi shale gas ini cukup mahal. Namun dengan kemajuan teknologi ke depan, diharapkan biaya ekstraksi dapat dikurangi. Baru-baru ini, sebuah lembaga di Amerika mengadakan kontes untuk mencari inovasi baru teknologi shalegas.http://www.bizjournals.com/pittsburgh/blog/morning-edition/2013/05/shale-gas-innovation-contest-expands.html
Saat ini,shale gas lebih banyak dikembangkan di Amerika Serikat ketimbang di Eropa dan Asia. Sejumlah perusahaan migas di Eropa masih ragu apakah shale gas akan berkembang pesat seperti di Amerika. http://www.reuters.com/article/2013/...E920H20130528. Selain itu, isu lingkungan terkait pengelolaan dan sumber air menjadi tantangan besar bagi pengembangan shale gas. Tak dipungkiri, dalam pengeboran shale gas diperlukan banyak air. Sebaliknya pengeboran shale gas menghasilkan limbah air (dan kimia) yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Cadangan shale gas banyak ditemukan di beberapa bagian dunia, seperti Afrika Selatan, Amerika Utara, Eropa, China, dan Asia termasuk Indonesia. Menurut data Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, cadangan shale gas Indonesia diperkirakan sebesar 574 trillion cubic feet (TCF) yang tersebar di pulau Sumatera (233 TCF), Jawa (48 TCF), Kalimantan (194 TCF) dan Papua (90 TCF). ***
0
1.2K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan