- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
ponpes atau pabrik panci???
TS
rembors
ponpes atau pabrik panci???
PEREKRUTAN TERORIS PAPUA OLEH DAKWAH ISLAM.
Pada awal Januari 2011. Ada 4 anak Papua yang lari daripesantren , 3 anak berasal dari kampung Warga Nusa II Babo Kab Bintuni, yang satunya lagi berasal dari kampung Kokoda Kabupaten Sorong.
Tiga anak yang berasal dariBabo bernama:
1. Basri Refideso (16thn) anak dari Bpk Ismael Refideso/Rahmawati Refideso
2. Hidayat Refideso ( 13 thn) anak dari Bpk Ismael Refideso/Rahmawati Refideso
3. Edi Manoama ( 14 thn) anak dari Basri Hidayat/SaidaManoama
Satu anak berasal dari Kokoda Sorong : Irianto Turay (14 thn) anak dari HasanTurai/Binti Kasirah
Menurut informasi atau kesaksian keempat anak ini bahwasetiap tahun ustad Ahmad Baihaki pergi ke Papua dengan mengunakan kapal KM LABOBAR untuk melalukan misi dakwahnya di beberapa daerah selatan Papua antara lain ; Sorong , Bintuni, Manokwari, Wasior dan Ransiki. Bahkan direncanakanpada tgl 2 Agustus 2011 Ustad Ahmad Baihaki ini akan pergi untuk dakwah di daerah Sorong.
Keempat anak ini diajak dan dijanjikan untuk bersekolah di daerah Bogor. Mereka dikumpulkan oleh Ustad Ahmad Baihaki bekerja sama dengan Mohamad Run asal dari Babo kampung Warga Nusa II.
Kronologis kejadiannya adalah sebagai berikut ;
Awalnya anak-anak ini diajak oleh Paman mereka yang bernama Mohamad Run yang sudah bekerja sama dengan seorang Ustad bernama Ahmad Baihaki ia adalah seorang pemimpin di Pesantren Darul Rasul Bogor Cibinong kampung Nanggewer.
Ketiga anak tersebut, Basri, Hidayat dan Edi dibawa dengan kapal kayu Getsemani dari Babo menuju Sorong, mereka dikumpulkan disebuah tempat di belakang Pasar Remu sedangkan Irianto dibawa dari Kampung Kokoda Sorong. Tanggal 6Januari 2011 mereka berangkat dari Sorong mengunakan KM Labobar dengan kurang lebih 20 orang anak-anak Papua baik laki- laki dan perempuan dari kabupaten lain di Papua dengan tujuan yang sama untuk bersekolah di Bogor. Dikawal langsung oleh Ustad Ahmad Baihaki mereka tiba di Jakarta hari Jumat tanggal 11 Januari 2011 kemudian dibawa dengan truk milik TNI sampai tiba tepat jam 12 malam di Pesantren Darul Rasul Kampung Nabaikr Cibinong Bogor Jawa Barat .
Keesokan harinya tepat hari Sabtu tanggal 12 Januari 2011 ternyata mereka baru menyadari bahwa sekolah yang dijanjikan tersebut belum ada sama sekali bahkan baru rencana akan dibangun. Banyak anak- anak yang sudah lama datang dari Papua di pesantren ini tidak bersekolah .
Sejak hari itu keempat anak Papua ini mulai menyesuaikan diri dengan program yang ada di Pesantren Darul Rasul. Menurut kesaksian mereka berempat , pada waktu di Sorong Ustad Baihaki mengatakan kepada mereka dan keluarga bahwa sekolah dan pesantren di Bogor tersebut sangat bagus padahal kenyataanya tidak demikian.
Menurut kesaksian Basri, Hidayat, Edi dan Irianto ternyata apa yang diajarkan oleh Ustad di Pesantren sangatlah tidak baik dan tidak sewajarnya. Akhirnya mereka tidak betah karena sering kali mereka dipukuli. Bila terjadi kesalahan tidak saja mereka dipukuli tetapi jatah makan mereka ditahan sehingga beberapa dari teman- teman mereka mengalami kondisi tubuh yangmenurun atau sakit.
Setiap pagi mereka dibangunkan dengan cara disiram dengan air lalu harus tidur diatas tehel tanpa ada alas kasur atau kain sehingga banyak diantara mereka yang mengalami sakit namun tidak mendapatkan perhatian dan pengobatan. Mereka dibiarkan saja sampai sembuh dengan sendirinya.
Padasaat mereka makan pagi, siang atau malam mereka diberi makan satu rantang untuk 5 orang dan dilarang minum dengan mengunakan mangkok atau gelas jadi kalau mereka mau minum harus mengunakan tangan dan air yang mereka minum adalah air kran yg mentah atau belum dimasak. Sering kali jatah makan mereka di tahan kalau ada yg melangar peraturan di Pesantren.
Sebenarnya ada beberapa keluarga mereka yang tidak setuju mereka masuk ke pesantren ini namun mereka dipaksa untuk ikut oleh Paman/seseorang yang bernama Mohamad Run ini .
Selama mereka ada di pesantren ternyata tenaga mereka dipakai sebagai tukang bangunan untuk membawa bahan-bahan bangunan seperti semen, batu dan pasir untuk membangun sekolah di lokasi pesantren tsb .
Jika salah satu dari antara mereka melanggar peraturan di dalam pesantren tersebut maka semua orang yang ada di dalam pesantren itu harus memukul anak itu, apabila ada kedapatan anak-anak sedang berkelahi maka Ustad menyuruh mereka untuk berkelahi hingga mereka berdarah.
Ternyata pesantren ini di khususkan untuk anak-anak asal Papua dan jumlah mereka yang ada di pesantren saat ini adalah 91 anak laki- laki dan kuranglebih 36 anak perempuan. 4 orang diantaranya sudah pergi yaitu Basri, Hidayat, Edi dan Irianto.
Mereka tidak kuat lagi dengan keadaandan situasi yang ada di pesantren. Hingga akhirnya pada tanggal 18 Maret 2011 jam 3.00 subuh mereka memutuskan untuk lari dan pergi dari pesantren tersebut. Mereka harus melewati parit tempat pembuangan air dan berjalan kaki sampai fajar, mereka tiba tepat berada di sebuah jalan Tol menuju Jakarta. Tujuan mereka pergi dari pesantren karena mereka sudah tidak tahan dengan keadaan di Persantren dan ingin menyampaikan pesan mereka kepada saudara mereka yang masih ada di Papua supaya jangan ikut pesantren di Bogor karena perlakuannya tidak wajar. Di pertengahan dekat jalan tol menuju Jakarta mereka bertemu dengan penjual bubur ayam yang akhirnya memberi mereka makan bubur ayam .Ketika mereka berbincang bincang dengan tukang bubur ayam tersebut, ada seorang ibu yang sedang membeli bubur ternyata ibu itu suaminya asalnya dari Papua. Lalu Ibu ini membawa keempat anak tersebut ke rumahnya dan memberikan uang sebesar Rp. 50.000 kemudian mereka naik bus yang menuju Tanjung Priok. Jam 12 siang mereka tiba di terminal Tanjung Priok dan berjalan kaki menuju pelabuhan kapal Tanjung Priok.
Selama 3 hari 2 malam mereka tidur diterminal penumpang dengan keadaan takut dan khawatir karena kalau Ustad sampai menemukan mereka pastinya mereka akan mendapat hukuman yang sangat berat. Setelah 3 hari 2 malam tepat tanggal 21 Maret 2011 di pelabuhan Tanjung Priok, akhirnya mereka bertemu dengan seseorang yang bernama MR. Lalu mereka dibawa dan dirawat oleh MR dikediamannya . sampai berita ini dibuat mereka telah berada selama 10 hari dan dirawat serta dilindungi oleh MR dalam keadaan sehat. Harapan dari empat anak ini mereka bisa kembali bertemu dengan keluarga di Papua dan supaya tidak ada lagi anak-anak Papua yang masuk Pesantren tersebut yang diajak Team Dakwah dari Jawa.
sumber: WPLN
Pada awal Januari 2011. Ada 4 anak Papua yang lari daripesantren , 3 anak berasal dari kampung Warga Nusa II Babo Kab Bintuni, yang satunya lagi berasal dari kampung Kokoda Kabupaten Sorong.
Tiga anak yang berasal dariBabo bernama:
1. Basri Refideso (16thn) anak dari Bpk Ismael Refideso/Rahmawati Refideso
2. Hidayat Refideso ( 13 thn) anak dari Bpk Ismael Refideso/Rahmawati Refideso
3. Edi Manoama ( 14 thn) anak dari Basri Hidayat/SaidaManoama
Satu anak berasal dari Kokoda Sorong : Irianto Turay (14 thn) anak dari HasanTurai/Binti Kasirah
Menurut informasi atau kesaksian keempat anak ini bahwasetiap tahun ustad Ahmad Baihaki pergi ke Papua dengan mengunakan kapal KM LABOBAR untuk melalukan misi dakwahnya di beberapa daerah selatan Papua antara lain ; Sorong , Bintuni, Manokwari, Wasior dan Ransiki. Bahkan direncanakanpada tgl 2 Agustus 2011 Ustad Ahmad Baihaki ini akan pergi untuk dakwah di daerah Sorong.
Keempat anak ini diajak dan dijanjikan untuk bersekolah di daerah Bogor. Mereka dikumpulkan oleh Ustad Ahmad Baihaki bekerja sama dengan Mohamad Run asal dari Babo kampung Warga Nusa II.
Kronologis kejadiannya adalah sebagai berikut ;
Awalnya anak-anak ini diajak oleh Paman mereka yang bernama Mohamad Run yang sudah bekerja sama dengan seorang Ustad bernama Ahmad Baihaki ia adalah seorang pemimpin di Pesantren Darul Rasul Bogor Cibinong kampung Nanggewer.
Ketiga anak tersebut, Basri, Hidayat dan Edi dibawa dengan kapal kayu Getsemani dari Babo menuju Sorong, mereka dikumpulkan disebuah tempat di belakang Pasar Remu sedangkan Irianto dibawa dari Kampung Kokoda Sorong. Tanggal 6Januari 2011 mereka berangkat dari Sorong mengunakan KM Labobar dengan kurang lebih 20 orang anak-anak Papua baik laki- laki dan perempuan dari kabupaten lain di Papua dengan tujuan yang sama untuk bersekolah di Bogor. Dikawal langsung oleh Ustad Ahmad Baihaki mereka tiba di Jakarta hari Jumat tanggal 11 Januari 2011 kemudian dibawa dengan truk milik TNI sampai tiba tepat jam 12 malam di Pesantren Darul Rasul Kampung Nabaikr Cibinong Bogor Jawa Barat .
Keesokan harinya tepat hari Sabtu tanggal 12 Januari 2011 ternyata mereka baru menyadari bahwa sekolah yang dijanjikan tersebut belum ada sama sekali bahkan baru rencana akan dibangun. Banyak anak- anak yang sudah lama datang dari Papua di pesantren ini tidak bersekolah .
Sejak hari itu keempat anak Papua ini mulai menyesuaikan diri dengan program yang ada di Pesantren Darul Rasul. Menurut kesaksian mereka berempat , pada waktu di Sorong Ustad Baihaki mengatakan kepada mereka dan keluarga bahwa sekolah dan pesantren di Bogor tersebut sangat bagus padahal kenyataanya tidak demikian.
Menurut kesaksian Basri, Hidayat, Edi dan Irianto ternyata apa yang diajarkan oleh Ustad di Pesantren sangatlah tidak baik dan tidak sewajarnya. Akhirnya mereka tidak betah karena sering kali mereka dipukuli. Bila terjadi kesalahan tidak saja mereka dipukuli tetapi jatah makan mereka ditahan sehingga beberapa dari teman- teman mereka mengalami kondisi tubuh yangmenurun atau sakit.
Setiap pagi mereka dibangunkan dengan cara disiram dengan air lalu harus tidur diatas tehel tanpa ada alas kasur atau kain sehingga banyak diantara mereka yang mengalami sakit namun tidak mendapatkan perhatian dan pengobatan. Mereka dibiarkan saja sampai sembuh dengan sendirinya.
Padasaat mereka makan pagi, siang atau malam mereka diberi makan satu rantang untuk 5 orang dan dilarang minum dengan mengunakan mangkok atau gelas jadi kalau mereka mau minum harus mengunakan tangan dan air yang mereka minum adalah air kran yg mentah atau belum dimasak. Sering kali jatah makan mereka di tahan kalau ada yg melangar peraturan di Pesantren.
Sebenarnya ada beberapa keluarga mereka yang tidak setuju mereka masuk ke pesantren ini namun mereka dipaksa untuk ikut oleh Paman/seseorang yang bernama Mohamad Run ini .
Selama mereka ada di pesantren ternyata tenaga mereka dipakai sebagai tukang bangunan untuk membawa bahan-bahan bangunan seperti semen, batu dan pasir untuk membangun sekolah di lokasi pesantren tsb .
Jika salah satu dari antara mereka melanggar peraturan di dalam pesantren tersebut maka semua orang yang ada di dalam pesantren itu harus memukul anak itu, apabila ada kedapatan anak-anak sedang berkelahi maka Ustad menyuruh mereka untuk berkelahi hingga mereka berdarah.
Ternyata pesantren ini di khususkan untuk anak-anak asal Papua dan jumlah mereka yang ada di pesantren saat ini adalah 91 anak laki- laki dan kuranglebih 36 anak perempuan. 4 orang diantaranya sudah pergi yaitu Basri, Hidayat, Edi dan Irianto.
Mereka tidak kuat lagi dengan keadaandan situasi yang ada di pesantren. Hingga akhirnya pada tanggal 18 Maret 2011 jam 3.00 subuh mereka memutuskan untuk lari dan pergi dari pesantren tersebut. Mereka harus melewati parit tempat pembuangan air dan berjalan kaki sampai fajar, mereka tiba tepat berada di sebuah jalan Tol menuju Jakarta. Tujuan mereka pergi dari pesantren karena mereka sudah tidak tahan dengan keadaan di Persantren dan ingin menyampaikan pesan mereka kepada saudara mereka yang masih ada di Papua supaya jangan ikut pesantren di Bogor karena perlakuannya tidak wajar. Di pertengahan dekat jalan tol menuju Jakarta mereka bertemu dengan penjual bubur ayam yang akhirnya memberi mereka makan bubur ayam .Ketika mereka berbincang bincang dengan tukang bubur ayam tersebut, ada seorang ibu yang sedang membeli bubur ternyata ibu itu suaminya asalnya dari Papua. Lalu Ibu ini membawa keempat anak tersebut ke rumahnya dan memberikan uang sebesar Rp. 50.000 kemudian mereka naik bus yang menuju Tanjung Priok. Jam 12 siang mereka tiba di terminal Tanjung Priok dan berjalan kaki menuju pelabuhan kapal Tanjung Priok.
Selama 3 hari 2 malam mereka tidur diterminal penumpang dengan keadaan takut dan khawatir karena kalau Ustad sampai menemukan mereka pastinya mereka akan mendapat hukuman yang sangat berat. Setelah 3 hari 2 malam tepat tanggal 21 Maret 2011 di pelabuhan Tanjung Priok, akhirnya mereka bertemu dengan seseorang yang bernama MR. Lalu mereka dibawa dan dirawat oleh MR dikediamannya . sampai berita ini dibuat mereka telah berada selama 10 hari dan dirawat serta dilindungi oleh MR dalam keadaan sehat. Harapan dari empat anak ini mereka bisa kembali bertemu dengan keluarga di Papua dan supaya tidak ada lagi anak-anak Papua yang masuk Pesantren tersebut yang diajak Team Dakwah dari Jawa.
sumber: WPLN
0
4.5K
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan