- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Music Indonesia Dulu dan Sekarang


TS
scehadz
Music Indonesia Dulu dan Sekarang
Spoiler for Baca Sampe Puyeng:
Perbedaan Musik Indonesia Dulu dan Sekarang
Belakangan ini ketika menonton acara-acara musik di TV swasta nasional ada
beberapa hal yang tampaknya masih merupakan ciri khas media Indonesia:
latah. Latah yang dulu biasanya diidap para orang yang lanjut usia di negeri-
negeri Asia Tenggara kini menjangkiti para pebisnis yang menguasai media
hiburan tanah air.
Saya kira dulu hanya sinetron Indonesia yang sangat jauh tertinggal mutunya
dibanding serial TV negara-negara seperti Amerika dan Asia Timur. Waktu saya
remaja pada akhir 90 an hingga awal 2000 an, saya sangat bersyukur akan
mutu musik Indonesia yang menurut saya gak malu-maluin waktu itu.
Perbedaannya dengan musik Amerika hanyalah selera dan bukan pada mutunya.
Bahkan lagu-lagu Indonesia banyak dialih-bahasakan di beberapa negara seperti
Taiwan dan India, bahkan Amerika. Namun hal itu berubah semenjak
menjamurnya band-band sekarang yang laris manis di penjualan RBT.
Musik Indonesia Dulu
Lagu-lagu Nasional
Musik Indonesia sedari awal sudah sangat bermutu. Komposer-komposer
Indonesia seperti sangat patut mendapat tempat di Musik kita. Sejak zaman pra
kemerdekaan, musisi-musisi Indonesia yang menulis lagu-lagu wajib nasional
menurut saya lebih unggul dibanding kebanyakan musisi di negara-negara
berkembang lainnya. Coba saja dengarkan lagu-lagu nasional kita seperti
Indonesia Raya dengan lagu-lagu nasional negara-negara lainnya, terdengar lebih
kan secara mutu.
Lagu Anak-anak
Lagu-lagu anak pada waktu kita kecil pun selain memiliki lirik yang mendidik
juga memiliki melodi yang baik. Pencipta lagu anak-anak seperti Ibu Sud, AT
Mahmud, Pak Kasur, dll. Coba bandingkan melodi lagu “Pergi Belajar” atau lebih
dikenal dengan liriknya “Oh Ibu dan ayah selamat pagi” ciptaan Ibu Sud dengan
lagu anak-anak berbahasa Inggris seperti “Twinkle-twinkle”, “Old McDonald”,
“BINGO”. Lagunya Ibu Sud mengajarkan moral, sementara lagu-lagu yang
tingkatnya lebih internasional hanya mengajarkan melodi.
Lagu-lagu anak-
Indonesia walaupun tidak semuanya, unggul di syair yang mengandung pesan
moral untuk anak dengan melodi yang relatif sama mutunya (kalau bukan lebih
baik) dengan lagu-lagu anak berbahasa Inggris.
Saat memasuki masa komersialisasi pun, saya kira Indonesia sangat maju untuk
lagu anak-anak komersil. Penyanyi-penyanyi anak seperti Melisa, Enno Lerian,
Bondan Prakoso, Agnes Monica, Trio Kwek-kwek, dll pada tahun 90an
tampaknya tidak memiliki rekan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat
yang unggul di Industri Musik secara keseluruhan. dan itu bahkan dimulai pada
dekade sebelum 90an. Seperti penyanyi anak Cica Koeswoyo dll yang saya
belum lahir pada masa mereka.
Lagu Dewasa
Saat mendengar lagunya Michael Jackson “I’ll Be There” saya langsung teringat
lagu yang jauh lebih lawas “Surat Undangan.” Adalah mustahil lagu Surat
Undangan yang dibawakan Rita Zaharah pada tahun 1958 menjiplak lagu “I’ll Be
There” yang baru dikeluarkan tahun 1970. Yang pasti sebaliknya.
Selain itu sebenarnya masih banyak lagu-lagu karya musisi Indonesia yang
sangat memiliki kelas. Musisi Indonesia seperti Almarhun Elfa Seciora dengan
paduan suara didikannya banyak memenangi festival di tingkat dunia. Penyanyi-
penyanyi sekelas Ruth Sahanaya, Trie Utami dan yang masih belia Gita Gutawa
bahkan mengungguli peserta-peserta negara lain pada festival-festival
internasional dengan skor yang jauh lebih tinggi.
Pernah gak dengar lagunya Monica - Angel of Mine? Tidak mungkin kebetulan
mirip lagunya Girlband Indonesia 90 an Bening dengan lagu mereka “Apa Yang
Kau Rasakan” yang dirilis kira-kira setahun sebelumnya. Bahkan sampai intro
musiknya sangat mirip. Namun, karena posisi mereka sebagai musisi negara
Super Power itu lebih internasional dibanding para musisi kita yang hanya
dikenal di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei. Ya, nggak ada yang peduli
kan?
tahun lalu
Musik Indonesia Sekarang
Menurunnya jumlah penjualan CD dan kaset dan meningkatnya nilai komersil
dari RBT adalah pukulan telak untuk mutu musik Indonesia. Musisi Indonesia
secara umum bersyukur dengan maraknya RBT. Karena untuk menutupi
kerugian dari penjualan album asli yang kalah dengan bajakan, RBT memberikan
kontribusi yang sangat baik bagi mereka.
Tapi sepertinya hal itu lebih berguna bagi para band yang lagunya dijadikan RBT
oleh para penikmat musik Indonesia yang mendownload bukan untuk
didengarkan sendiri namun untuk orang-orang yang menelpon mereka. Tentu
saya tidak akan menyebutkan nama-nama band tersebut. Yang jelas dari segi
melodi lagu dan musik selain banyak menjiplak band-band luar.
Yang paling tidak mendidik itu syairnya (lirik). Sangat tidak memperhatikan
estetika. Ide cerita dari lagu-lagu mereka beserta pilihan kata yang mereka
rangkai sangatlah tidak memiliki nilai seni. Band-band luar juga dominan
menggunakan syair yang vulgar, tapi ide cerita dari syair tersebut kreatif dan
pastinya secara seni bermusik mereka jauh lebih baik. Mereka benar-benar
musisi.
Prihatinnya tidak adanya lagu-lagu anak yang dinyanyikan anak-anak dan
bersyair yang pas untuk anak-anak pada masa kini. Yang ada, anak-anak
menyanyikan lagu dengan syair yang lebih pantas untuk remaja dan dewasa. To
make things worst, para penyanyi anak yang tidak memiliki suara yang sebaik
penyanyi anak zaman dulu itu turut tampil di acara musik anak muda. Ini yang
membuat saya semakin tidak bisa menikmati acara musik Indonesia kebanyakan
lagi.
Lalu pilihan musik pun saya jatuhkan pada musisi-musisi Indonesia 2008 ke
bawah seperti Yovie n Nuno, Peterpan, dan Sheila on 7 yang jauh lebih pantas
disebut musisi dibanding band-band sekarang yang lebih pantas disebut
pengamen.
Belakangan ini ketika menonton acara-acara musik di TV swasta nasional ada
beberapa hal yang tampaknya masih merupakan ciri khas media Indonesia:
latah. Latah yang dulu biasanya diidap para orang yang lanjut usia di negeri-
negeri Asia Tenggara kini menjangkiti para pebisnis yang menguasai media
hiburan tanah air.
Saya kira dulu hanya sinetron Indonesia yang sangat jauh tertinggal mutunya
dibanding serial TV negara-negara seperti Amerika dan Asia Timur. Waktu saya
remaja pada akhir 90 an hingga awal 2000 an, saya sangat bersyukur akan
mutu musik Indonesia yang menurut saya gak malu-maluin waktu itu.
Perbedaannya dengan musik Amerika hanyalah selera dan bukan pada mutunya.
Bahkan lagu-lagu Indonesia banyak dialih-bahasakan di beberapa negara seperti
Taiwan dan India, bahkan Amerika. Namun hal itu berubah semenjak
menjamurnya band-band sekarang yang laris manis di penjualan RBT.
Musik Indonesia Dulu
Lagu-lagu Nasional
Musik Indonesia sedari awal sudah sangat bermutu. Komposer-komposer
Indonesia seperti sangat patut mendapat tempat di Musik kita. Sejak zaman pra
kemerdekaan, musisi-musisi Indonesia yang menulis lagu-lagu wajib nasional
menurut saya lebih unggul dibanding kebanyakan musisi di negara-negara
berkembang lainnya. Coba saja dengarkan lagu-lagu nasional kita seperti
Indonesia Raya dengan lagu-lagu nasional negara-negara lainnya, terdengar lebih
kan secara mutu.
Lagu Anak-anak
Lagu-lagu anak pada waktu kita kecil pun selain memiliki lirik yang mendidik
juga memiliki melodi yang baik. Pencipta lagu anak-anak seperti Ibu Sud, AT
Mahmud, Pak Kasur, dll. Coba bandingkan melodi lagu “Pergi Belajar” atau lebih
dikenal dengan liriknya “Oh Ibu dan ayah selamat pagi” ciptaan Ibu Sud dengan
lagu anak-anak berbahasa Inggris seperti “Twinkle-twinkle”, “Old McDonald”,
“BINGO”. Lagunya Ibu Sud mengajarkan moral, sementara lagu-lagu yang
tingkatnya lebih internasional hanya mengajarkan melodi.
Lagu-lagu anak-
Indonesia walaupun tidak semuanya, unggul di syair yang mengandung pesan
moral untuk anak dengan melodi yang relatif sama mutunya (kalau bukan lebih
baik) dengan lagu-lagu anak berbahasa Inggris.
Saat memasuki masa komersialisasi pun, saya kira Indonesia sangat maju untuk
lagu anak-anak komersil. Penyanyi-penyanyi anak seperti Melisa, Enno Lerian,
Bondan Prakoso, Agnes Monica, Trio Kwek-kwek, dll pada tahun 90an
tampaknya tidak memiliki rekan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat
yang unggul di Industri Musik secara keseluruhan. dan itu bahkan dimulai pada
dekade sebelum 90an. Seperti penyanyi anak Cica Koeswoyo dll yang saya
belum lahir pada masa mereka.
Lagu Dewasa
Saat mendengar lagunya Michael Jackson “I’ll Be There” saya langsung teringat
lagu yang jauh lebih lawas “Surat Undangan.” Adalah mustahil lagu Surat
Undangan yang dibawakan Rita Zaharah pada tahun 1958 menjiplak lagu “I’ll Be
There” yang baru dikeluarkan tahun 1970. Yang pasti sebaliknya.
Selain itu sebenarnya masih banyak lagu-lagu karya musisi Indonesia yang
sangat memiliki kelas. Musisi Indonesia seperti Almarhun Elfa Seciora dengan
paduan suara didikannya banyak memenangi festival di tingkat dunia. Penyanyi-
penyanyi sekelas Ruth Sahanaya, Trie Utami dan yang masih belia Gita Gutawa
bahkan mengungguli peserta-peserta negara lain pada festival-festival
internasional dengan skor yang jauh lebih tinggi.
Pernah gak dengar lagunya Monica - Angel of Mine? Tidak mungkin kebetulan
mirip lagunya Girlband Indonesia 90 an Bening dengan lagu mereka “Apa Yang
Kau Rasakan” yang dirilis kira-kira setahun sebelumnya. Bahkan sampai intro
musiknya sangat mirip. Namun, karena posisi mereka sebagai musisi negara
Super Power itu lebih internasional dibanding para musisi kita yang hanya
dikenal di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei. Ya, nggak ada yang peduli
kan?
tahun lalu
Musik Indonesia Sekarang
Menurunnya jumlah penjualan CD dan kaset dan meningkatnya nilai komersil
dari RBT adalah pukulan telak untuk mutu musik Indonesia. Musisi Indonesia
secara umum bersyukur dengan maraknya RBT. Karena untuk menutupi
kerugian dari penjualan album asli yang kalah dengan bajakan, RBT memberikan
kontribusi yang sangat baik bagi mereka.
Tapi sepertinya hal itu lebih berguna bagi para band yang lagunya dijadikan RBT
oleh para penikmat musik Indonesia yang mendownload bukan untuk
didengarkan sendiri namun untuk orang-orang yang menelpon mereka. Tentu
saya tidak akan menyebutkan nama-nama band tersebut. Yang jelas dari segi
melodi lagu dan musik selain banyak menjiplak band-band luar.
Yang paling tidak mendidik itu syairnya (lirik). Sangat tidak memperhatikan
estetika. Ide cerita dari lagu-lagu mereka beserta pilihan kata yang mereka
rangkai sangatlah tidak memiliki nilai seni. Band-band luar juga dominan
menggunakan syair yang vulgar, tapi ide cerita dari syair tersebut kreatif dan
pastinya secara seni bermusik mereka jauh lebih baik. Mereka benar-benar
musisi.
Prihatinnya tidak adanya lagu-lagu anak yang dinyanyikan anak-anak dan
bersyair yang pas untuk anak-anak pada masa kini. Yang ada, anak-anak
menyanyikan lagu dengan syair yang lebih pantas untuk remaja dan dewasa. To
make things worst, para penyanyi anak yang tidak memiliki suara yang sebaik
penyanyi anak zaman dulu itu turut tampil di acara musik anak muda. Ini yang
membuat saya semakin tidak bisa menikmati acara musik Indonesia kebanyakan
lagi.
Lalu pilihan musik pun saya jatuhkan pada musisi-musisi Indonesia 2008 ke
bawah seperti Yovie n Nuno, Peterpan, dan Sheila on 7 yang jauh lebih pantas
disebut musisi dibanding band-band sekarang yang lebih pantas disebut
pengamen.
Spoiler for Penyayi Dulu:

Spoiler for Penyayi Sekarang:

Bandingin aja ya gan , Maaf deh kalo ada salah kata dari ane

Bisa Kritik dan Saran buat Trit ane

Diubah oleh scehadz 28-05-2013 21:14
0
4.6K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan