- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Gadget Canggih Bukan Jaminan Tidak "Gaptek" setuju gan?
TS
original.store
Gadget Canggih Bukan Jaminan Tidak "Gaptek" setuju gan?
ada ga sih kaskuser yg ga punya gadget? saya yakin 99,9 % punya.. kcuali yg lagi ilang :sedih
Selasa, 28 Mei 2013 | 10:55 WIB
Oleh: Merry Magdalena
“Ibu itu keren ya, ponselnya selalu yang terbaru, smartphone. Ke mana-mana juga sering bawa iPad. Pokoknya ngga gaptek, deh,” demikian komentar seseorang atas teman wanitanya. Gaptek alias gagap teknologi, kerap menjadi julukan bagi mereka yang kurang mengikuti perkembangan teknologi. Namun, apa sesungguhnya definisi dari melek teknologi?
Apakah mereka yang selalu memiliki gadget terkini saja sudah cukup mewakili definisi “melek teknologi”? “Ah, mama payah, ngga beliin aku iPhone. Kan nanti aku malu, dikatain gaptek sama teman-
teman.” Rengekan seperti ini kerap jadi senjata ampuh anak pra remaja saat meminta dibelikan gadget canggih ke orang tuanya. Bagi orang tua yang salah kaprah mengartikan kata “gaptek”, akan dengan mudah membelikan anak gadget idamannya. Lalu menganggap
masalah sudah selesai.
Padahal, mereka yang asal beli gadget, asal memakai teknologi, tanpa memahami dampaknya, justru masuk dalam kategori gaptek. Setidaknya ini menurut saya. Mengapa?
Seorang anak yang diberi gadget, dengan akses internet begitu tak terbatas, aneka aplikasi penuh godaan, tanpa dibekali pengetahuan
tentang bagaimana menggunakannya dengan tepat, akan menjadi korban teknologi itu sendiri. Sebab dia gaptek, dan terlahir dari
orang tua gaptek juga. Banyak orang tua yang merasa hebat dan melek teknologi, jika sudah memiliki aneka gadget canggih nan mahal.
Mereka juga membelikan gadget-gadget itu ke anak-anaknya, tanpa pandang usia dan kebutuhan. Kemudian mengaggap semua sudah beres, dan kembali asyik dengan dunianya. “Anak masa kini kan pintar, sudah bisa langsung belajar teknologi. Anak saya yang masih TK saja sudah langsung jago main Android, lho,” celetukan bangga seorang ayah
macam ini sering kita dengar. Ia tak paham bahwa “bermain” teknologi pun ada aturannya.
Apalagi buat anak-anak. Godaan gadget canggih bukan hanya melanda
orang dewasa, tapi juga remaja dan anak- anak. Pernah dengar berita tentang seorang remaja asal China yang rela menjual ginjalnya
demi memiliki iPad? Atau tentang remaja putri asal Jakarta yang tertipu teman Facebook akibat diiming-imingi BlackBerry? Atau kasusremaja yang mencuri uang orang tua demi bisa punya ponsel canggih? Semua membuat mereka nekad. Hanya karena tak ingin dicap gaptek atau ketinggalan zaman, segala cara dilakukan.
Kembali ke soal definisi gaptek. Jika gaptek diasosiasikan dengan ketinggalan zaman akibat tak punya gadget canggih, alangkah naifnya. Sebab mereka yang punya beragam gadget canggih sekalipun, kerap kali bersikap gagap. Tidak tahu bagaimana mengontrol diri agar tak kecanduan internet, tidak paham bagaimana mencegah gadget-nya terinfeksi virus, tidak bisa membedakan mana aplikasi yang penting atau justru jadi penyebar spam.
Biasanya mereka akan belajar, namun dalam waktu lama. Setelah beberapa kali jadi korban penipuan, penyusupan spam, jadi target pesan-pesan berisi virus, atau bahkan pembobolan
kartu kredit.
Tentu Anda tak ingin menjadi bagian dari orang-orang gaptek macam ini, bukan? Punya segudang gadget canggih, selalu update aplikasi terbaru, namun hanya menjadi target virus, spam, penipuan, pencurian, dan
seterusnya. Lebih parah lagi apabila targetnya adalah anak-anak Anda yang masih sangat polos dan apa adanya.
Bagi para pengguna tablet, smartphone, ultrabook, atau apapun gadget canggih lainnya, sudahkah Anda membekali diri dengan wawasan bagaimana menggunakan semua gadget itu dengan tepat? Bukan asal instal aplikasi terbaru, yang ternyata mengandung virus. Atau bukan asal ikut mengklik link yang dikirim melalui DM Twitter, padahal itu membuat Anda terinfeksi Trojan. Atau tidak asal membelikan anak-anak gadget canggih, tanpa memberi bekal cukup soal keamanan dan privasi mereka.
Di artikel berikutnya saya akan lebih banyak membahas soal keamanan dan privasi di dunia maya, yang sangat lekat dengan keseharian kita. Terutama untuk orang tua dan anak-anak yang masih kerap salah mendefinisikan kata “gaptek”.
* Tentang Penulis: Merry Magdalena, pengamat
social media, founder Netsains.Net, penulis
buku Situs Gaul Gak Cuma buat Ngibul
(Gramedia Pustaka Utama), Melindungi Anak
dari Seks Bebas (Grasindo), UU ITE, Don’be The Next Victim (Gramedia Pustaka Utama), dan empat buku lain.
pendapat agan2
Nitip lapaknya ts ah
Powerbank Sony Original
http://www.kaskus.co.id/thread/51a45...owerbank-murah
eraphone/headset original 100% samsung g note
http://www.kaskus.co.id/thread/515d6...y-note-garansi
power bank aego, cross, golf, hippo
http://www.kaskus.co.id/thread/51678...seller-welcome
http://www.kaskus.co.id/thread/5170b...urah-powerbank
baterai hi-capacity double power transformer n hippo for samsung n blackberry
http://www.kaskus.co.id/thread/51725...-andromaxi-dll
http://www.kaskus.co.id/thread/51638...urah-rekber-ok
Quote:
Selasa, 28 Mei 2013 | 10:55 WIB
Oleh: Merry Magdalena
“Ibu itu keren ya, ponselnya selalu yang terbaru, smartphone. Ke mana-mana juga sering bawa iPad. Pokoknya ngga gaptek, deh,” demikian komentar seseorang atas teman wanitanya. Gaptek alias gagap teknologi, kerap menjadi julukan bagi mereka yang kurang mengikuti perkembangan teknologi. Namun, apa sesungguhnya definisi dari melek teknologi?
Apakah mereka yang selalu memiliki gadget terkini saja sudah cukup mewakili definisi “melek teknologi”? “Ah, mama payah, ngga beliin aku iPhone. Kan nanti aku malu, dikatain gaptek sama teman-
teman.” Rengekan seperti ini kerap jadi senjata ampuh anak pra remaja saat meminta dibelikan gadget canggih ke orang tuanya. Bagi orang tua yang salah kaprah mengartikan kata “gaptek”, akan dengan mudah membelikan anak gadget idamannya. Lalu menganggap
masalah sudah selesai.
Padahal, mereka yang asal beli gadget, asal memakai teknologi, tanpa memahami dampaknya, justru masuk dalam kategori gaptek. Setidaknya ini menurut saya. Mengapa?
Seorang anak yang diberi gadget, dengan akses internet begitu tak terbatas, aneka aplikasi penuh godaan, tanpa dibekali pengetahuan
tentang bagaimana menggunakannya dengan tepat, akan menjadi korban teknologi itu sendiri. Sebab dia gaptek, dan terlahir dari
orang tua gaptek juga. Banyak orang tua yang merasa hebat dan melek teknologi, jika sudah memiliki aneka gadget canggih nan mahal.
Mereka juga membelikan gadget-gadget itu ke anak-anaknya, tanpa pandang usia dan kebutuhan. Kemudian mengaggap semua sudah beres, dan kembali asyik dengan dunianya. “Anak masa kini kan pintar, sudah bisa langsung belajar teknologi. Anak saya yang masih TK saja sudah langsung jago main Android, lho,” celetukan bangga seorang ayah
macam ini sering kita dengar. Ia tak paham bahwa “bermain” teknologi pun ada aturannya.
Apalagi buat anak-anak. Godaan gadget canggih bukan hanya melanda
orang dewasa, tapi juga remaja dan anak- anak. Pernah dengar berita tentang seorang remaja asal China yang rela menjual ginjalnya
demi memiliki iPad? Atau tentang remaja putri asal Jakarta yang tertipu teman Facebook akibat diiming-imingi BlackBerry? Atau kasusremaja yang mencuri uang orang tua demi bisa punya ponsel canggih? Semua membuat mereka nekad. Hanya karena tak ingin dicap gaptek atau ketinggalan zaman, segala cara dilakukan.
Kembali ke soal definisi gaptek. Jika gaptek diasosiasikan dengan ketinggalan zaman akibat tak punya gadget canggih, alangkah naifnya. Sebab mereka yang punya beragam gadget canggih sekalipun, kerap kali bersikap gagap. Tidak tahu bagaimana mengontrol diri agar tak kecanduan internet, tidak paham bagaimana mencegah gadget-nya terinfeksi virus, tidak bisa membedakan mana aplikasi yang penting atau justru jadi penyebar spam.
Biasanya mereka akan belajar, namun dalam waktu lama. Setelah beberapa kali jadi korban penipuan, penyusupan spam, jadi target pesan-pesan berisi virus, atau bahkan pembobolan
kartu kredit.
Tentu Anda tak ingin menjadi bagian dari orang-orang gaptek macam ini, bukan? Punya segudang gadget canggih, selalu update aplikasi terbaru, namun hanya menjadi target virus, spam, penipuan, pencurian, dan
seterusnya. Lebih parah lagi apabila targetnya adalah anak-anak Anda yang masih sangat polos dan apa adanya.
Bagi para pengguna tablet, smartphone, ultrabook, atau apapun gadget canggih lainnya, sudahkah Anda membekali diri dengan wawasan bagaimana menggunakan semua gadget itu dengan tepat? Bukan asal instal aplikasi terbaru, yang ternyata mengandung virus. Atau bukan asal ikut mengklik link yang dikirim melalui DM Twitter, padahal itu membuat Anda terinfeksi Trojan. Atau tidak asal membelikan anak-anak gadget canggih, tanpa memberi bekal cukup soal keamanan dan privasi mereka.
Di artikel berikutnya saya akan lebih banyak membahas soal keamanan dan privasi di dunia maya, yang sangat lekat dengan keseharian kita. Terutama untuk orang tua dan anak-anak yang masih kerap salah mendefinisikan kata “gaptek”.
* Tentang Penulis: Merry Magdalena, pengamat
social media, founder Netsains.Net, penulis
buku Situs Gaul Gak Cuma buat Ngibul
(Gramedia Pustaka Utama), Melindungi Anak
dari Seks Bebas (Grasindo), UU ITE, Don’be The Next Victim (Gramedia Pustaka Utama), dan empat buku lain.
pendapat agan2
Quote:
Original Posted By Thamtham►Ane mau lurusin definisi gaptek. Supaya ga dibilang gaptek, orang harus mutlak punya gadget yang dibutuhkan. Semisal iOS, android, symbian dll. Kalo ga punya gadget, gimana praktiknya untuk oprek tuh barang? Kan ga mungkin baca di buku atau teori doang? Langkah pertama biar orang ga gaptek itu adalah dengan mempunyai barang yang dimaksud. Nah disini pengertian gaptek itu dimulai. orang yang gaptek itu adalah orang yang sudah punya teknologi yang dimaksud tapi malas belajar fitur2 canggih yang dibenamkan di gadget tersebut. Setiap kali pasti nanya dan ulang2 kesalahan yang sama. Tidak bisa menyesuaikan diri dengan gadget. Inilah yang dimaksud gaptek.
Mengenalkan anak secara dini ke dunia teknologi tidaklah salah. Asal si anak tersebut dibimbing untuk memahami teknologi tersebut bukan asal membelikan dia teknologi dan digunakan secara salah. Ini jaman teknologi dan kita tidak mau anak2 kita tertinggal pengetahuan nya di era modern. Jangan samakan dengan kita yang sewaktu smp/sma baru mulai dikenalkan dengan komputer.
Mengenalkan anak secara dini ke dunia teknologi tidaklah salah. Asal si anak tersebut dibimbing untuk memahami teknologi tersebut bukan asal membelikan dia teknologi dan digunakan secara salah. Ini jaman teknologi dan kita tidak mau anak2 kita tertinggal pengetahuan nya di era modern. Jangan samakan dengan kita yang sewaktu smp/sma baru mulai dikenalkan dengan komputer.
KALO bermanfaat TS mengharapkan
- Rate 5 (gampang gan, tinggal klik
- Mohon dengan keikhlasannya cendolin ane gan
- Rate 5 (gampang gan, tinggal klik
- Mohon dengan keikhlasannya cendolin ane gan
Nitip lapaknya ts ah
Spoiler for Baterai original, double power, samsung, blackberry, powerbank, earphone/headset:
Quote:
Powerbank Sony Original
http://www.kaskus.co.id/thread/51a45...owerbank-murah
eraphone/headset original 100% samsung g note
http://www.kaskus.co.id/thread/515d6...y-note-garansi
power bank aego, cross, golf, hippo
http://www.kaskus.co.id/thread/51678...seller-welcome
http://www.kaskus.co.id/thread/5170b...urah-powerbank
baterai hi-capacity double power transformer n hippo for samsung n blackberry
http://www.kaskus.co.id/thread/51725...-andromaxi-dll
http://www.kaskus.co.id/thread/51638...urah-rekber-ok
0
4.4K
Kutip
22
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan