- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Thread Sepi] Orang Samin Ikut Nyoblos


TS
sopir.truk
[Thread Sepi] Orang Samin Ikut Nyoblos
Sedulur Sikep Taat Aturan
KUDUS - Hajat Pilgub Jateng dan Pilbup Kudus, Minggu (26/5), digunakan sebaik-baiknya oleh warga Sedulur Sikep di Kabupaten Kudus.
Penganut ajaran Samin Surosentiko di Kota Keretek ini menyalurkan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) masing-masing. ’’Memilih pemimpin ini sesuai dengan cita-cita Samin Surosentiko memerdekakan Indonesia. Setelah Indonesia, harus taat aturan, termasuk ikut memilih dalam Pilgub dan Pilbup,’’ ujar Budi Santoso, tokoh Sedulur Sikep di Desa Larikrejo, Kecamatan Undaan.
Dia mengutarakan, di Kudus ada beberapa desa yang masyarakatnya menganut ajaran Sikep. Yaitu di Desa Larikrejo sendiri, lalu Desa Kuthuk (Undaan), Kaliyoso (Undaan), dukuh Goleng, Desa Jati Wetan (Jati), dan Dukuh Mijen, Desa Bulungcangkring (Jekulo). ’’Ada sekitar 252 sedulur Sikep yang memiliki hak pemilih dalam Pilgub Jawa Tengah dan Pilbup Kudus tahun ini,’’ jelasnya.
Menurut Budi Santoso, ada beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan tersendiri oleh sedulur Sikep dalam memilih pemimpinnya. ’’Kriteria kepemimpinan yang menjadi pertimbangan, yaitu calon hubungannya baik dengan sedulur Sikep dan masyarakat secara umum, tindak tanduk (sopan-santun)-nya baik, dan juga mau melayani masyarakat,’’ tuturnya.
Moh Rosyid, dosen STAIN Kudus yang banyak melakukan penelitian mengenai ajaran Sikep menjelaskan, partisipasi sedulur Sikep dalam Pemilu ini merupakan bukti untuk membantah pandangan khalayak yang menganggap mereka sebagai kelompok pemberontak.
Jelas Rosyid, penerus ajaran Samin saat ini juga sudah menerima perubahan budaya dengan tetap berpegang teguh etik-moral yang digariskan leluhurnya.
Bagaimana dengan politik uang? Budi Santoso mengakui ada penganut ajaran Samin yang menerima uang dari salah satu calon tertentu. ’’Hanya, kalau amplop yang diberikan dari calon yang tidak cocok dengan pilihannya, maka tidak akan menerima. Amplop dari salah satu calon akan diterima jika sesuai dengan pilihannya,’’ ungkapnya.
Soal Politik
Di lain tempat, puluhan pengikut perhitungan Aboge di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, juga tak ketinggalan untuk ikut Pilgub Jateng.
”Aboge itu hitungan, jadi tidak ada kaitannya dengan politik. Kalau pilihan politik itu ya masing-masing. Terserah, dikembalikan ke diri masing-masing. Tidak boleh ada paksaan,” jelas Subagyo, juru kunci duwur Makam Kiai Toleh.
Bagi mereka, Pilgub Jateng sama dengan pemilihan kepala desa. Mereka punya kriteria dan alasan memilih calon untuk menjadi pemimpin mereka. Namun dibandingkan dengan pilkades, Pilgub di wilayah Banyumas di pinggiran ini terbilang biasa saja.
Warga setempat yang juga pengikut perhitungan Aboge, Narsim (56) mengatakan, warga masyarakat hanya berpikir sederhana saja.
”Pengikut Aboge itu tetap saja ikut peraturan pemerintah dan turut serta menyukseskan pemilu. Memang kami mempunyai perhitungan sendiri dalam menentukan waktu Ramadan dan Syawal. Cuma itu saja, kalau politik dan hukum kita manut sama pemerintah,” jelasnya.
Ketua KPPS, Marsono mengatakan, di TPS 3 Desa Cikakak, animo masyarakat untuk ikut dalam Pilgub cukup bagus. Dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 581 turut hadir dalam TPS adalah sebanyak 60 prosen. (H61,K37-90)
Sumber
Komentar TS:
Oran Samin ini kalo bilang A ya A, B ya B.
Namanya memilih pemimpin, harus bebas dari money politic atau 'serangan fajar'. Kalo suara/vote sdh bisa dibeli, maka pemimpin tsb 'membeli' suara Anda, dan Anda tidak berhak apa-apa lagi, karena toh 'sudah dibeli'.
Jangan pilih pemimpin karena uangnya.
KUDUS - Hajat Pilgub Jateng dan Pilbup Kudus, Minggu (26/5), digunakan sebaik-baiknya oleh warga Sedulur Sikep di Kabupaten Kudus.
Penganut ajaran Samin Surosentiko di Kota Keretek ini menyalurkan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) masing-masing. ’’Memilih pemimpin ini sesuai dengan cita-cita Samin Surosentiko memerdekakan Indonesia. Setelah Indonesia, harus taat aturan, termasuk ikut memilih dalam Pilgub dan Pilbup,’’ ujar Budi Santoso, tokoh Sedulur Sikep di Desa Larikrejo, Kecamatan Undaan.
Dia mengutarakan, di Kudus ada beberapa desa yang masyarakatnya menganut ajaran Sikep. Yaitu di Desa Larikrejo sendiri, lalu Desa Kuthuk (Undaan), Kaliyoso (Undaan), dukuh Goleng, Desa Jati Wetan (Jati), dan Dukuh Mijen, Desa Bulungcangkring (Jekulo). ’’Ada sekitar 252 sedulur Sikep yang memiliki hak pemilih dalam Pilgub Jawa Tengah dan Pilbup Kudus tahun ini,’’ jelasnya.
Menurut Budi Santoso, ada beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan tersendiri oleh sedulur Sikep dalam memilih pemimpinnya. ’’Kriteria kepemimpinan yang menjadi pertimbangan, yaitu calon hubungannya baik dengan sedulur Sikep dan masyarakat secara umum, tindak tanduk (sopan-santun)-nya baik, dan juga mau melayani masyarakat,’’ tuturnya.
Moh Rosyid, dosen STAIN Kudus yang banyak melakukan penelitian mengenai ajaran Sikep menjelaskan, partisipasi sedulur Sikep dalam Pemilu ini merupakan bukti untuk membantah pandangan khalayak yang menganggap mereka sebagai kelompok pemberontak.
Jelas Rosyid, penerus ajaran Samin saat ini juga sudah menerima perubahan budaya dengan tetap berpegang teguh etik-moral yang digariskan leluhurnya.
Bagaimana dengan politik uang? Budi Santoso mengakui ada penganut ajaran Samin yang menerima uang dari salah satu calon tertentu. ’’Hanya, kalau amplop yang diberikan dari calon yang tidak cocok dengan pilihannya, maka tidak akan menerima. Amplop dari salah satu calon akan diterima jika sesuai dengan pilihannya,’’ ungkapnya.
Soal Politik
Di lain tempat, puluhan pengikut perhitungan Aboge di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, juga tak ketinggalan untuk ikut Pilgub Jateng.
”Aboge itu hitungan, jadi tidak ada kaitannya dengan politik. Kalau pilihan politik itu ya masing-masing. Terserah, dikembalikan ke diri masing-masing. Tidak boleh ada paksaan,” jelas Subagyo, juru kunci duwur Makam Kiai Toleh.
Bagi mereka, Pilgub Jateng sama dengan pemilihan kepala desa. Mereka punya kriteria dan alasan memilih calon untuk menjadi pemimpin mereka. Namun dibandingkan dengan pilkades, Pilgub di wilayah Banyumas di pinggiran ini terbilang biasa saja.
Warga setempat yang juga pengikut perhitungan Aboge, Narsim (56) mengatakan, warga masyarakat hanya berpikir sederhana saja.
”Pengikut Aboge itu tetap saja ikut peraturan pemerintah dan turut serta menyukseskan pemilu. Memang kami mempunyai perhitungan sendiri dalam menentukan waktu Ramadan dan Syawal. Cuma itu saja, kalau politik dan hukum kita manut sama pemerintah,” jelasnya.
Ketua KPPS, Marsono mengatakan, di TPS 3 Desa Cikakak, animo masyarakat untuk ikut dalam Pilgub cukup bagus. Dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 581 turut hadir dalam TPS adalah sebanyak 60 prosen. (H61,K37-90)
Sumber
Komentar TS:
Oran Samin ini kalo bilang A ya A, B ya B.
Namanya memilih pemimpin, harus bebas dari money politic atau 'serangan fajar'. Kalo suara/vote sdh bisa dibeli, maka pemimpin tsb 'membeli' suara Anda, dan Anda tidak berhak apa-apa lagi, karena toh 'sudah dibeli'.
Jangan pilih pemimpin karena uangnya.
0
872
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan