- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Share] Tentang Pagi
TS
tumosempak
[Share] Tentang Pagi
‘Pagi bukanlah pagi jika kau tak mengharapkannya.’
Hoah.
Ku buka mata sayuku ini di pukul yang aku sendiri tak tau. Dengan segala kekuatan yang sedikit telah terkumpul, ku-unlock HP yang setia menemani malam-malam sunyiku itu.
‘ah, ternyata masih jam setengah lima.’ Kataku.
Sekitar 5-7an detik ngulet dengan atletisnya, aku baru sadar ternyata aku bangun gara-gara adzan shubuh yang jarang-jarang mampu menggugah jiwa-jiwa lelah ini. Ingin hati untuk sejenak tidur kembali mengingat matahari saja masih molor, tapi suara pujian sehabis adzan shubuh bapak tua penunggu masjid samping kosku itu terdegar benar-benar gak jelas. Apa daya aku tak mampu kembali terlelap mengingat suara pujian berpengeras suara itu masih saja didendangkan oleh bapak tua. Aku bersumpah, selama hidup di kosan ini, aku masih saja belum paham apa lafadz yang diucapkan bapak tua itu. Tapi aku tersadar, hingga pada saatnya nanti aku akan merindukan pujian gak jelas samping kosku itu. :’)
‘argh, ini mah namanya pagi yang kepagian.’ Ocehku gusar.
Sambil nggrundel gak jelas gara-gara bangun kepagian, aku hipnotis diri ini untuk sejenak mencuci muka dan mengambil air wudhu. Lalu aku layangkan kaki ini ke arah masijd, tempat si bapak-dengan-pujian-gak-jelas yang setelah aku selidiki juga menjadi imam sholat shubuh waktu itu. Sebelum masuk ke dalam masjid aku berpikir kapan terkahir aku sholat shubuh berjamaah, ya.? aku kira hidupku itu alim-alim aja, tapi sholat shubuh berjamaah saja enggak pernah. Ah yaudahsih, bukankah orang beribadah dulu baru jadi alim, bukan orang dikatakan alim lalu dia baru mulai beribadah.
‘assalamualaikum warahmatullah ... assalamualaikum warahmatullah’
Ah, dua salam itu menutup dua rokaat yang –insya Allah- berpahala 27 . Dua rokaat yang jarang-jarang (baca: hampir tidak pernah) aku lakukan secara berjamaah ini entah kenapa terasa sangat indah. Tapi sejenak aku merasa malu, karena di jamaah masjid yang ber-shof sebaris saja itu didominasi dengan wajah tua-tua keriput yang aku yakin tak paham apa itu twitter. Malah, ketika aku layangkan pandangan ke luas masjid, terdapat seorang anak kecil yang aku taksir berumur 7 tahun ikut dalam hening jamaah. Entah dia ikut bapak atau kakeknya aku tak tau, entah dia paham bacaan sholat aku juga tak tau. Tapi yang aku tau, aku merasa ciut seketika itu juga.
Kemana pemuda-pemuda yang harusnya ikut meramaikan masjid dalam riuh jamaah. Atau mereka terlalu sibuk dengan deadline ngetwit yang mereka rasa lebih fardhu-ain daripada sholat shubuh berjamaah itu sendiri.
[cont] http://tumosempak.blogspot.com/2013/...tang-pagi.html
Hoah.
Ku buka mata sayuku ini di pukul yang aku sendiri tak tau. Dengan segala kekuatan yang sedikit telah terkumpul, ku-unlock HP yang setia menemani malam-malam sunyiku itu.
‘ah, ternyata masih jam setengah lima.’ Kataku.
Sekitar 5-7an detik ngulet dengan atletisnya, aku baru sadar ternyata aku bangun gara-gara adzan shubuh yang jarang-jarang mampu menggugah jiwa-jiwa lelah ini. Ingin hati untuk sejenak tidur kembali mengingat matahari saja masih molor, tapi suara pujian sehabis adzan shubuh bapak tua penunggu masjid samping kosku itu terdegar benar-benar gak jelas. Apa daya aku tak mampu kembali terlelap mengingat suara pujian berpengeras suara itu masih saja didendangkan oleh bapak tua. Aku bersumpah, selama hidup di kosan ini, aku masih saja belum paham apa lafadz yang diucapkan bapak tua itu. Tapi aku tersadar, hingga pada saatnya nanti aku akan merindukan pujian gak jelas samping kosku itu. :’)
‘argh, ini mah namanya pagi yang kepagian.’ Ocehku gusar.
Sambil nggrundel gak jelas gara-gara bangun kepagian, aku hipnotis diri ini untuk sejenak mencuci muka dan mengambil air wudhu. Lalu aku layangkan kaki ini ke arah masijd, tempat si bapak-dengan-pujian-gak-jelas yang setelah aku selidiki juga menjadi imam sholat shubuh waktu itu. Sebelum masuk ke dalam masjid aku berpikir kapan terkahir aku sholat shubuh berjamaah, ya.? aku kira hidupku itu alim-alim aja, tapi sholat shubuh berjamaah saja enggak pernah. Ah yaudahsih, bukankah orang beribadah dulu baru jadi alim, bukan orang dikatakan alim lalu dia baru mulai beribadah.
‘assalamualaikum warahmatullah ... assalamualaikum warahmatullah’
Ah, dua salam itu menutup dua rokaat yang –insya Allah- berpahala 27 . Dua rokaat yang jarang-jarang (baca: hampir tidak pernah) aku lakukan secara berjamaah ini entah kenapa terasa sangat indah. Tapi sejenak aku merasa malu, karena di jamaah masjid yang ber-shof sebaris saja itu didominasi dengan wajah tua-tua keriput yang aku yakin tak paham apa itu twitter. Malah, ketika aku layangkan pandangan ke luas masjid, terdapat seorang anak kecil yang aku taksir berumur 7 tahun ikut dalam hening jamaah. Entah dia ikut bapak atau kakeknya aku tak tau, entah dia paham bacaan sholat aku juga tak tau. Tapi yang aku tau, aku merasa ciut seketika itu juga.
Kemana pemuda-pemuda yang harusnya ikut meramaikan masjid dalam riuh jamaah. Atau mereka terlalu sibuk dengan deadline ngetwit yang mereka rasa lebih fardhu-ain daripada sholat shubuh berjamaah itu sendiri.
[cont] http://tumosempak.blogspot.com/2013/...tang-pagi.html
0
774
7
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan