Kaskus

News

bgsgmlrAvatar border
TS
bgsgmlr
Saya Tahu Diri, Saya Tak Seganteng SBY!
Yakin gan ane kagak repost emoticon-Big Grin maaf ya kalau thread saya ini berantakan emoticon-Big Grin heheh

asatunews.com - Sejak menjadi orang bebas, Mahfud sudah berkeliling kota memenuhi undangan banyak pihak. Awal pekan lalu saja, dia menjadi pembicara di Sidoarjo, Jawa Timur, bersama sejumlah tokoh Nahdhatul Ulama.


MD di belakang namanya bukan gelar, namun singkatan dari nama ayahnya Mahmodin. MD itu sudah melekat sejak dia sekolah PGAN. Di kelas satu ada tiga murid bernama Mohamad Mahfud. Wali kelas akhirnya meminta tiap Mohamad Mahfud menambah nama bapak di belakang nama masing-masing.


Karena dianggap tidak keren, dia menyingkat nama ayahnya itu menjadi MD. Tapi lupa dia lupa menghapus singkata MD di belakang namanya saat meneken ijazah PGAN. Sehingga terbawa terus hingga kini.


berikut petikan wawancara Mahfud kepada Wartawan


Anda memutuskan tidak meneruskan jabatan di Mahkamah Konstitusi Apakah untuk persiapan menjadi calon presiden?


Mungkin akibat saja, bukan itu tujuannya. Saya sendiri merasa saya harus berhenti di terminal satu. Memang saya bisa melanjutkan kalau mau seperti Pak Akil (Akil Mochtar, ketua Mahkamah Konstitusi sekarang) bisa melanjutkan. Tetapi saya sejak awal mengatakan tidak akan melanjutkan karena puncak prestasi saya di MK sudah tercapai. Membuat MK baik, bersih. Lebih bagus yang lebih muda melanjutkan agar itu bisa bertahan.


Kedua, saya harus berterus terang ingin membuat hubungan MK dan DPR lebih harmonis. Selama saya memimpin, orang DPR tidak begitu suka dengan gebrakan-gebrakan saya. Kalau saya keluar akan lebih harmonis dan MK bakal tetap pada posisinya sebagai lembaga kredibel. Kalau diteruskan akan terjadi konflik politik, ini tidak bagus. Itu sebabnya saya menyatakan berhenti.


Kemudian sekarang muncul peluang untuk bicara lebih bebas soal pencalonan presiden, itu konsekuensi bukan tujuan.


Anda serius ingin jadi presiden?


Saya serius menyatakan saya bersedia. Saya tidak pernah menyatakan saya akan mencalonkan diri. Tetapi serius saya bersedia menjadi calon kalau prasyarat untuk menjadi menjadi calon itu memang sudah dipenuhi.


Menurut saya, prasyarat itu saat ini sudah dipenuhi karena prasyarat itu adalah dukungan rakyat. Dukungan rakyat ditandai oleh survei dan survei menunjukkan saya layak bukan dari satu lembaga survei. Lebih dari lima lembaga survei kredibel selalu memasukkan saya di elite lima besar. Pernah menjadi nomor satu, dua, lalu tiga, dan menjadi satu lagi, artinya selalu beredar di lima besar.


Kemudian, prasyarat berikutnya adalah dukungan para pengamat di media massa. Lebih banyak yang memberikan penilaian positif dan mendorong saya maju. Ketiga, pernyataan di luar survei. Dukungan-dukungan dari berbagai pondok pesantren, LSM, kampus-kampus. Semua prasyarat awal sudah terpenuhi.


Jadi Anda merasa pantas menjadi presiden?


Saya adalah orang tahu diri. Menurut saya, yang harus menjadi presiden Indonesia itu adalah orang hebat secara fisik, akademis, dan moral. Hebat secara fisik itu ada di Soekarno, Soeharto, dan SBY. Orangnya gagah, ganteng, pinter.


Saya juga mencoba mengaca juga. Saya tidak segagah Soekarno, tidak seganteng SBY dan Soeharto. Saya kira-kira tidak pantas. Tetapi ketika saya melihat calon lain, sama-sama tidak sehebat Soekarno, Soeharto, dan seganteng SBY. Sehingga kalau begitu nggak apa-apa (saya menjadi calon presiden) karena calon calon sekarang ini tidak ada yang meyakinkan, artinya kelasnya sama saja. Tinggal nanti rakyat menilai.


Apakah sudah ada partai mendukung?


Yang saya katakan itu prasyarat karena dukungan rakyat sudah nyata. Nyata itu dari survei, dukungan terbuka, dari pernyataan pengamat di media massa. Syaratnya secara formal memang harus lewat parpol. Sekarang terbuka pintu bagi saya masuk ke partai politik.


Misalnya, Partai Demokrat akan membuka primary election mengundang orang-orang untuk ikut. PPP yang akan membuat konvensi calon presiden. Saya lebih setuju primary election karena yang menentukan adalah rakyat melalui survei atau pemilihan elektoral menentukan. Yang menang di situ, menang di partai.


Tetapi kalau konvensi itu yang menentukan adalah pengurus cabang, pengurus wilayah. Itu rawan disuap. Seperti yang sudah-sudah. Rakernas saja dibeli agar cabang menyampaikan aspirasi. Apalagi kalau konvensi. Tetapi bagi saya, dua-duanya terbuka. Lalu ketiga, ada partai sejak awal mau mengusung saya asal saya bersama partai itu.


Biodata


Nama:
Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H. S.U.


Tempat dan Tanggal Lahir:
Sampang, Madura, 13 Mei 1957


Pendidikan:
Madrasah Ibtidaiyah di Pondok Pesantren Al Mardhiyyah, Waru, Pamekasan, Madura.
SD Negeri Waru Pamekasan, Madura.
Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN), Madura
Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), Yogyakarta.
S-1 Fakultas Hukum, Jurusan Hukum Tata Negara, Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.
S-1 Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Jurusan Sastra Arab, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
S-2 Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
S-3 Ilmu Hukum Tata Negara, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.


Karier:
Ketua Mahkamah Konstitusi (2008-2013)
Anggota DPR RI (2004-2008)
Menteri Pertahanan (2000-2001)
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Universitas Islam Indonesia (2010-sekarang)
Ketua Umum Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHM)

Sekian gan dari ane , Mahfud MD menurut ane Capres 2014 yang paling ideal , dari segi agama,sifat,dll , mantap deh! emoticon-Cool

SUMBER : http://www.asatunews.com/berita-1234-mahfud-md--saya-tahu-diri-saya-tak-seganteng-sby.html
0
3.9K
40
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan