Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bullgaAvatar border
TS
bullga
Menanti Kisah Pengajuan Kuota Daging Terang Benderang

KOMPAS.com - "Dia tetangga Mentan (Menteri Pertanian), rumahnya di Bogor, satu almamater dengan Mentan, kadang-kadang dia bersama Menteri. Saya minta dia komunikasikan ke Menteri,” kata Luthfi Hasan Ishaaq ketika menggambarkan sosok Baran Wirawan, Sekretaris Mentan.

Pada Januari 2013, baik Luthfi maupun Baran di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta sama-sama memberi keterangan senada terkait pertemuan keduanya di DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Jaksa penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi, Suryanelly, sempat bertanya apakah kewenangan Luthfi selaku politikus dan Presiden PKS bisa memanggil Sesmentan.

”Saya bilang, ’Anda sudah pulang atau belum. Kalau belum mampir ke DPP’. Saya menegaskan kembali kepada dia soal krisis daging yang belum ada solusinya. Itu pas mau pulang,” jawab Luthfi.

Soal itu, Baran mengakui.

Hanya, majelis hakim yang diketuai Purwono Edi Santosa terheran-heran kenapa bisa seorang Sesmentan mau dipanggil oleh orang yang bukan atasannya. ”Beliau sebagai kolega Menteri. Kalau enggak nyambung telepon Menteri, beliau hubungi saya,” jawab Baran.

Ketika ditanya apakah Baran kader PKS, Luthfi menjawab ragu. ”Saya enggak tahu dia punya kartu anggota atau tidak,” jawabnya diplomatis.

Kesaksian Luthfi itu penting karena, menurut KPK, indikasi Luthfi ikut bermain dalam persoalan krisis daging ini cukup kuat karena sampai melobi Sesmentan untuk menyampaikan pesan kepada Mentan.

Namun, di persidangan, harus diakui betapa kuatnya ”pertahanan” kubu Mentan. Hingga sidang keempat pemeriksaan saksi-saksi, sosok Mentan terasa tangguh, tak mempan dengan lobi-lobi PT Indonesiauna Utama yang dimotori broker Ahmad Fathanah.

Tak bisa dimungkiri, Luthfi dan Mentan Suswono punya kegelisahan sama soal krisis daging. Mereka sama-sama malu tatkala Mentan dipegang kader partai Islam, justru daging sangat mahal, itu pun bercampur dengan celeng dan tikus.

Itulah yang memicu Luthfi ikut membantu menyelesaikan krisis daging. Berbagai lobi dan upaya memberi masukan, yang diistilahkan sebagai second opinion, dilakukan Luthfi. Celakanya, teman karib semasa kuliah di Arab Saudi, Fathanah, justru memberi bisikan yang membawa Luthfi menuju jurang terdalam selama karier hidupnya.

Di persidangan pekan lalu, Luthfi dan Fathanah sama-sama memberikan kesaksian di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta untuk terdakwa dari PT Indonesiauna, yaitu Arya Abdi Effendi dan Juard Effendi.

Fathanah secara tegas telah membentengi Luthfi dengan mengatakan, uang Rp 1 miliar yang ia terima dari PT Indonesiauna tak ada kaitannya dengan Luthfi. Uang itu akan digunakan untuk seminar uji publik soal krisis daging dan untuk keuntungan pribadi Fathanah.

Di persidangan, semua saksi menyatakan, tak pernah ada pengajuan kuota impor 2013 sebesar 8.000 ton yang sempat diajukan ke Kementan setelah dua kali pengajuan ditolak. Saksi Elda Devianne Adiningrat, komisaris PT Radina yang ikut membantu mengurus kuota, menyatakan, memang pernah mengajukan kuota itu kepada Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Suharyono, tetapi ditolak mentah-mentah.

Hanya, dalam dakwaan jaksa disebutkan, setelah pertemuan, Elda menyerahkan berkas permohonan itu kepada Fathanah untuk disampaikan kepada Luthfi. Keduanya mengakui soal dokumen yang akan diberikan kepada Mentan. Namun, Fathanah mengaku tak tahu dokumen itu berisi surat permohonan.

Agar kasus ini terang benderang, kita tunggu persidangan selanjutnya. (Amir Sodikin)
Spoiler for SUMBER:
0
468
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan