Langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita mobil yang diduga terkait mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan penerapan pasal pencucian uang membuat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berang. KPK pun dinilai arogan dan tebang pilih dalam pemberantasan korupsi.

Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi mengatakan, terkait tudingan bahwa KPK digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyudutkan PKS sebagai hal yang lumrah di dunia politik. Penilaian-penilaian miring yang dilontarkan terhadap KPK dipandang sebagai dinamika politik.

"Dalam politik kan biasa ada penumpang gelap, siapa memanfaatkan siapa. Dua hal tersebut bagian dari dinamika politik tiap negara. Lantas apakah ini bagian dari masalah hukum atau by designed dengan menggunakan tangan lain. Memang jadi rumit penjelasan hingga PKS bisa membuktikan tuduhan tersebut," ujarnya kepada Sindonews, Rabu (15/5/2013).

Sebaliknya, lanjut Muradi, KPK juga harus keluar dari "ketiak publik" dan bersembunyi atas nama dukungan publik dengan cara melakukan penyidikan pada sejumlah kasus yang melibatkan elit politik partai.

"Khususnya yang melibatkan lingkaran terdekat kekuasaan. Sehingga bisa membantah rumor dan tuduhan PKS dan sejumlah opini miring lainnya," tegasnya.

Kendati demikian, dirinya mengapresiasi langkah KPK untuk menuntaskan kasus pencucian uang dan suap di PKS. Langkah tersebut dipandang bisa menjadi pelajaran berharga bagi partai politik ke depan agar tak lagi bermain api.

"Karena PKS dianggap sebagai barometer partai bersih bersama Partai Demokrat. Publik kan bisa melihat sejauh mana kebersihannya sekarang," pungkasnya.
sumber http://m.sindonews.com/read/2013/05/...-ketiak-publik
koment TS= jangan lama2 di dalam ketiak , nanti KPK bisa bau asem