CINCIN API INDONESIA: NEGERI DALAM BAYANG-BAYANG BENCANA
Indonesia akan selalu menjadi surga, bagi para penikmat eksotika alam khatulistiwa. Bentang alam yang memanjang dari Sabang sampai Merauke yang dapat melemahkan mata. Memanjakan hati mereka yang diiringi decak kagum.Belum lagi tanah yang subur, pesona kearifan lokal yang menjadi primadona.
Namun siapa yang tahu, orang awam seperi kita tentang Indonesia seutuhnya. Seutuhnya dibalik kecantikan Indonesia. Dalam sentuhan geologis, Indonesia merupakan negeri diatas bencana. Indonesia termasuk dalam lingkungan cincin api (ring of fire) yang memilki potensi bencana alam cukup tinggi, karena berada diantara wilayah lintasan dua jalur pegunungan yaitu pegunungan sirkum pasifik dan sirkum mediterania yang terdapat banyak gunung berapi dan aktivitasnya dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik. Posisi geologis Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng aktif yaitu lempeng Indo-Australia dibagian selatan, lempeng Euro-Asia dibagian utara dan lempeng pasifik dibagian timur. Dengan demikian, posisi Indonesia sangat rawan terhadap bencana. Baik dari aktivitas vulkanis maupun tektonik.
Para ilmuwan dunia menengarai Indonesia sebagai Laboratorium Bencana. Ancaman lain berasal dari kerusakan hutan yang menyebabkan longsor dan banjir. Bahkan Jawa maupun wilayah lainnya mengalami hal serupa yaitu ancaman bencana yang diakibatkan ulah manusia. Indonesia sangatlah rawan bencana dan merupakan salah satu pusat lokasi megabencana. Namun, ingatan manusia Indonesia tentang sejarah bencana itu bagaikan angin lalu.
Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi merupakan bencana kebumian yang terjadi semata-mata faktor alam. Ahli seismolog mengatakan, bahwa yang bisa diketahui hanyalah potensi gempa. Namun kapan dia akan melepaskan energinya kita tak pernah tahu, bisa bulan depan, bisa juga tahun depan atau lebih lama lagi. Yang bisa dilakukan hanyalah antisipasi berbekal pengetahuan potensi bencana.
“Kisah tentang negeri zamrud khatulistiwa yang diberkahi alam nan subur semestinya dilengkapi kisah tentang jalur gempa dan “Cincin Api” yang melingkari negeri. Kita harus membuka kembali pengetahuan lama yang dibangun leluhur negeri selama ribuan tahun, serta mencari inovasi baru untuk bersiasat hidup di tanah bencana ini.” Itulah kalimat yang tercantum dalam buku Ekspedisi Kompas “Hidup Mati di Negeri Cincin Api”