arimansonAvatar border
TS
arimanson
Fenomena Klub Degradasi dan Promosi di Inggris
Selamat kepada Cardiff City untuk
promosi mereka ke Premier League
dan tentu untuk menjadi juara
nPower Championship. Sepertinya
Hull City akan kembali ke Premier
League dengan memenangi satu
dari dua pertandingan tersisa. Ini
akan menjadi kedua kalinya untuk
The Tigers berada di divisi teratas
setelah absen dua tahun.
Bagi Cardiff ini akan menjadi yang
pertama kali merasakan Premier
League dan akan menjadi tim yang
ke-46 setidaknya untuk satu musim.
The Blue Birds memiliki sejarah
besar di Old First Division yaitu
pada 1920-an, 1950-an, dan awal
1960-1n.
Akan tetapi apa yang diperlukan
klub untuk bisa promosi? Apa yang
diperlukan tim untuk bertahan di
divisi teratas? Bagaimana bisa tim
terdegradasi dan kembali lagi?
Yang lebih luar biasa untuk Cardiff
adalah lima tahun silam mereka
menjadi finalis yang dikalahkan di
FA Cup oleh gol Nwanko Kanu untuk
Portsmouth. Kubu The Welsh saat
itu bermain di Championship,
sementara Portsmouth menjadi
lawan yang memiliki nama,
menikmati masa di Premier League
di bawah asuhan Harry Redknapp.
Sekarang ini, Pompey degradasi ke
League 2, yang berarti tiga kali
degradasi dalam empat musim.
Bayangkan ramalam masa depan
dengan prediksi tersebut lima
tahun lalu.
Mengapa beberapa klub mengalami
degradasi dalam beberapa tahun?
Leeds United, Southampton,
Norwich, Charlton, Coventry, dan
Nottingham Forest adalah tim-tim
yang langsung muncul di benak.
Lalu juga ada mantan klub Premier
League yang berjuang di
Championship. Barnsley berada di
zona degradasi, sama seperti
Wolves. Sementara itu Blackburn
dua poin dari posisi aman.
Dari 45 klub yang pernah bermain
di Premier League, 18 darinya
sekarang di Championship, lima di
League One, satu di League Two,
dan satu tim ditutup. Ada beberapa
klub yang merasakan Premier
league hanya untuk satu musim:
Barnsley, Blackpool, Burnley, dan
Swindon. Smenetara itu Crystal
Palace merasakan empat musim di
divisi teratas.
Apakah tim yang kemudian
degradasi setelah berada di Premier
League memiliki persamaan?
Portsmouth memiliki masalah
keuangan, ini berarti mereka harus
menjual pemain terbaiknya dan
yang memiliki gaji tertinggi. Pemain
seperti Peter Crouch, Sylvain Distin,
dan Glen Johnson tidak lagi dalam
genggaman. Ketika Pompey berada
di divisi teratas mereka tidak
mampu membayar tagihan gaji dan
menerima penalti sembilan poin.
Setelah degradasi ada masalah
keuangan yang lebih. Ini berarti
mencakup ke administrasi dan
kejatuhan dimulai.
Norwich City adalah tim lain yang
pernah berada di Premier League
dan beberapa musim kemudian
berada di League One. Musim
pertama The Canaries di
Championship, mereka berharap
dapat kembali ke divisi teratas
dengan cepat. Pada musim panas
terjadi beberapa transfer dan
mereka hanya dapat berada di
posisi kedelapan. Pemain-pemain
kunci meninggalkan klub termasuk
Robert Green dan meski memiliki
awal musim yang solid, Manajer
Nigel Worthington dipecat.
Inkonsistensi membuat mereka finis
di posisi 16 pada 2006/07 dan
kembali mereka menjual pemain
terbaiknya untuk membuat
keuangan seimbang. Musim
berikutnya berada di posisi 17 dan
dengan dewan direksi yang baru,
klub membeli beberapa pemain
bernama cukup besar dalam upaya
kembali ke Premier League.
Bagaimana pun finis di posisi 22
berarti ke League One untuk
pertama kalinya selama 49 tahun.
Muncul pergantian manajer-manajer
dan tim dengan sedikit persatuan
menyebabkan degradasi satu demi
satu.
Degradasi Southampton terjadi
karena masalah di luar lapagan
yang mempengaruhi performa tim.
Perselisihan di tingkat dewan
direksi untuk beberapa musim dan
perubahan kepemilikan tidak dapat
membantu permasalahan. Lalu
mereka menjual pemain bertalenta
macam Gareth Bale, Theo Walcott,
dan Kenwyne Jones. Kegagalan
menjual pemain-pemain ini
membuat klub bermasalah dan
mendapatkan penalti 10 poin lalu
degradasi ke League One. Masalah
keuangan dan kekacauan di dewan
klub yang menyebabkan kejatuhan
Southampton.
Charlton mengalami hal serupa
dengan rumor pengambil alihan
sepanjang musim setelah mereka
degradasi. Charlton memiliki
hutang dan sekali lagi terpaksa
harus menjual pemain-pemain
terbaiknya. The Addicks kemudian
mengalami degradasi yang kedua
kalinya dalam dua tahun setelah
pada awal musim mereka
berinvestasi untuk memperkuat
skuad tim.
Sheffield Wednesday adalah klub
lain yang mengalami
ketidakberuntungan untuk kembali
ke Premier League menyusul
penurunan karena utang dan
serangkainan manajer yang
menangani tim.
Sheffield United mengikuti jejak
yang sama. Degradasi dari BPL
(Saga Carlos Tevez dan lainnya), ada
serangkaian manajer yang melihat
kenaikan tagihan gaji berkaitan
dengan kualitas di lapangan,
menguabah arah tim. Lima tahun
setelah promosi ke Premier League,
pada 2011/12 Blades bermain di
League One.
Jadi tim mana yang degradasi
musim lalu dari Premier league dan
yang berjuang di Championship
sekarang? Masalah Blackburn
sepertiya mudah terdeteksi.
Perubahan manajerial dan
ketidakpastian dewan klub
berpengaruh ke pemain. Gaji Rovers
keluar kendali karena mereka
memiliki skuad dengan gaji
tertinggi di Championship. Pemilik
klub berharap investasi yang besar
di skuad dapat membuat mereka
kembali tetapi ternyata tidak
berfungsi demikian.
Wolverhampton Wanderers sekarang
ini berjuang dan menunjuk Dean
Saunders tahun ini. Kita dapat
melihat perubahan manajer bukan
sesuatu yang bagus dilakukan.
Saunders merupakan pelatih
keempat dalam 12 bulan. Wolves
juga belanja besar pada musim
panas tetapi ini diimbangi
penjualan dua pemain terbaik
mereka, Steven Fletcher dan Matt
Jarvis.
Tampak ada pola di sini yang semua
menunjuk kepada kesederhanaan
sifat manusia.
Kekacauan di dewan klub
mempengaruhi performa di
lapangan. Coba bayangkan bila
manajer atau pemilik tidak tahu
masa depannya, mengapa harus
bekerja? Ini sifat manusia.
Serangkain manajer tidak dapat
membantu membangkitkan tim.
Terkadang seorang bos baru
menjadi katalis untuk memperbaiki
hasil. Contohnya Paolo Di Canio di
Sunderland. Akan tetapi tren
sebuah tim jatuh dari satu divisi ke
yang berikutnya adalah karena
mereka memiliki serangkaian
manajer.
Pemecahan masalah dengan
membeli pemain tidak dapat
bekerja dengan baik. Pola yang
dapat kita lihat adalah tim yang
mengeluarkan banyak uang untuk
kembali ke Premier League justru
akan menderita. Bayangkan Anda
berada di perusahaan untuk
beberapa tahun dan bekerja keras,
mungkin hasil yang diinginkan
tidak datang. Lalu perusahaan
Anda membawa beberapa orang
penting, yang dibayar lebih dari
Anda, untuk membantu masalah
yang terjadi. Terlalu banyak tokoh
penting dan udara kekesalan yang
terjadi di antara pekerja yang
memiliki bayaran tinggi ini bisa
membuat masalah semakin
menumpuk.
Apa yang tampaknya bekerja di
dalam sepak bola adalah ketahanan
dan manajemen yang baik. untuk
mendapatkan yang terbaik dari
sekelompok pemain, skuad harus
mampu untuk menyatu dan
memiliki tujuan yang sama. Pemilik,
anggota dewan dan staf harus
berpikir seperti jam dan setiap
perbedaan pendapat dari jajaran
harus secepatnya ditangani.
Jadi jangan khawatir tim Anda
degradasi. Kehidupan di
Championship bisa menyenangkan.
Kehidupan di Championship dapat
melihat banyak W. Kehidupan di
Championship dapat semudah
mengandalkan sifat manusia untuk
kembali ke divisi teratas dengan
kebutuhan belanja yang besar.
Ketika berada di Premier League, itu
teka-teki yang berbeda sama sekali.
0
1.3K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan