Terlahir di sebuah desa di pedalaman tanah papua, aloy adalah anak terakhir dari delapan bersaudara, pada suatu hari mereka mendapat undangan pesta perayaan natal di sebuah gereja, mereka melipat gandakan buruan dan hasil tani 3x lipat untuk sumbangan pesta perayaan natal. Sesampainya di sana mereka menyerahkan hasil buruan dan hasil tani mereka, namun di tolak karena tidak membawa mie instan dan sarden yang saat itu menjadi makanan favorite s

kata aloy "jangankan bawa sarden dan mie instan, nama mie instan dan sarden aja baru saat itu kita dengar"
Lalu mereka kembali kehutan dan bikin masakan tradisonal dari hasil buruan yang tertolak. Semua warga berkumpul dan bikin perapian untuk memasak, saat api sudah mulai naik "bapa aloy berdoa agar kelak anak2nya dan anak2 yang lain bisa melihat mie instan dan sarden" s
Dan bapanya berfikir kalau mau tau apa itu mie instan dan sarden harus naik pesawat dan kalau mau naik pesawat harus bisa bahasa atau belanda pada waktu itu dan jalan satu2nya harus sekolah.

Dari situ awal mulai perubahan berlangsung, bapanya bangun jam 3 pagi untuk siapkan bekal anakn2nya sekolah dan pada jam 04.30 mereka berangkat sekolah yang jaraknya +/- 5 km melewati hutan belantara untuk sampai tujuan, kalau ada yang terlambat atau bolos sekolah bapanya tidak segan2 memanah kaki anaknya, dan aloy pun pernah kena sekali di kakinya. "ha...ha...ha..." ketawanya.

Pendidikan aloy terus berlanjut dan kuliah di UNAIR Surabaya dan lulus menjadi dokter gigi di Surabaya lalu menjabat sebagai pegawai negri rumah sakit di papua. Dan dalam waktu 5 tahun karna kedisiplinan dan ketekuanan dalam bekerja aloy diangkat untuk menjabat sebagai direktur utama di sebuah rumah sakit di papua.



yang ini juga gak kalah hebat