- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
[PINDAHAN CATPER]Gunung Penanggungan via Jolotundo, Wisata Situs Kuno


TS
newbiekask
[PINDAHAN CATPER]Gunung Penanggungan via Jolotundo, Wisata Situs Kuno


Silahken Mapir Sejenak Dimari
Catatan Perjalanan ke Gunung Penanggungan via Jolotundo
Sebuah Wisata Situs Kuno
Sebuah Wisata Situs Kuno
Ini Thread Kedua dari kaskold - Semoga Gak Berantakan
Spoiler for HARAPAN:
- Berkenan membaca thread ini
- Jangan
ya kalo ada yg gk berkenan di thread ini
Quote:
Quote:
Sejenak Tentang Gunung Penanggungan
![[PINDAHAN CATPER]Gunung Penanggungan via Jolotundo, Wisata Situs Kuno](https://dl.kaskus.id/i554.photobucket.com/albums/jj402/canbud/penanggungan/6267077069_9474f6de3f_z.jpg)
![[PINDAHAN CATPER]Gunung Penanggungan via Jolotundo, Wisata Situs Kuno](https://dl.kaskus.id/i554.photobucket.com/albums/jj402/canbud/penanggungan/6267077069_9474f6de3f_z.jpg)
Sebuah gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan. Dahulu gunung ini merupakan gunung berapi dengan ketinggian 1653 meter DPL dan mempunyai bentuk yang unik karena puncaknya dikelilingi oleh delapan anak gunung. Kedelapan anak gunung tersebut terletak berselang-seling yang terdiri dari empat anak gunung yang lebih tinggi seperti Gunung Kemuncup (1238 m), Gunung Sarahklapa (1235 m), Gunung Bekel (1260 m) dan Gunung Gajah Mungkur (1089 m), dan empat anak gunung yang lebih rendah seperti Gunung Wangi (987 m), Gunung Bende (1015 m), Gunung Jambe (745 m), dan Gunung Gambir (588 m).
Pada tahun 1936, 1937, dan 1940, Dinas Purbakala melakukan penelitian di daerah Penanggungan dan menemukan bangunan kuno berbentuk candi, punden yang jumlahnya tidak kurang dari 80 buah. Pada tahun 1972, A.S. Wibowo melakukan penelitian di daerah tersebut dan mengemukakan bahwa bangunan kuno di Gunung Penanggungan berjumlah kurang lebih 81 buah. Pada tahun 1975, Tjokro Sudjono dari Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Cabang II Mojokerto nmengadakan inventarisasi kembali daerah Gunung Gajah Mungkur, Gunung Bekel, dan lereng barat laut Gunung Penanggungan. Hasilnya ditemukan kurang lebih 30 candi, arca-arca, keramik lokal dan asing, serta fragmen bangungan candi fdan fragmen arca.
Dari berbagai penelitian di Gunung Penanggungan dapat diketahui bahwa bangunan purbakala yang ada di sana didirikan antara tahun 977 sampai dengan tahun 1511. Berdasarkan pertanggalannya, maka secara umum kepurbakalaan di Penanggungan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang dibangun sekitar abad ke X dan kelompok bangunan yang dibangun antara abad XIII M sampai dengan akhir masa Majapahit.
Banyaknya peninggalan purbakala di gunung Penanggungan mengindikasikan bahwa Gunung Penanggungan pada masa lalu merupakan tempat suci bagi masyarakat Jawa Timur. Dalam kitab Tantu Panggelaran disebutkan bahwa Gunung Penanggungan dikenal dengan nama Pawitra yang merupakan pindahan Gunung Mahameru di India. Pemindahan Gunung Mahameru ke Jawa bertujuan untuk memperkuat dan memperkokoh pulau, sebab ketika itu Pulau Jawa masih labil. Ketika dipindahkan bagian Gunung Mahameru banyak yang tercecer. Bagian puncaknya jatuh menjadi Pawitra yaitu Gunung Penanggungan. Selain itu Gunung Penanggungan dianggap suci karena merupakan tempat arwah bersemayam
Spoiler for PROLOG:
Quote:
Warna merah menghiasi kalender bulan Mei kali ini. 17 Mei 2012, hari Kamis.Hari libur!. Wah long week end nih, Jum’at pasti cuti bersama, pikirku senang. Liburan. Dan memang sebelumnya sudah ada rencana untuk liburan, mendaki gunung pastinya. Sayang kalau liburan panjang tanpa berlabuh ke pundak gundukan tanah besar seperti itu. Semeru pilihan yang ada saat ini. Ajakan dari seorang teman satu nguli (kerja, red).
Tapi rencana tinggal lah rencana. Kali ini gagal lagi. Gara-gara hari nguli ditambah lagi!! Disuruh pak bos masuk nguli tanggal 17 Mei. Menyelesaikan pekerjaan yang sungguh berarti. Kamis, Jum’at, dan Sabtu rencana untuk lembur. Mengisyaratkan keputusasaan untuk saya yang ingin pergi ke gunung.
Dan beruntung untuk hari Sabtu jadwal nguli dibatalkan (ku ketahui saat perjalanan ke kantor). Yes! Aku berasa terbang. Sang Penguasa Alam masih mendengarkan rintihan hambanya yang tersiksa ini. Huhuhu (terharu).
Tak banyak cincau tapi mengucap syukur dulu, aku langsung mengirim pesan teks ke Ayu dan Sugik, perihal pendakian ke gunung Penanggungan yang mana pada hari Jum’at sudah aku rencanakan. Ini rencana mendadak, aku sadari itu. Tapi mereka tidak keberatan.
Berangkat!! Dengan satu personil tambahan yang tidak pernah aku suka, Ubet!
Tapi rencana tinggal lah rencana. Kali ini gagal lagi. Gara-gara hari nguli ditambah lagi!! Disuruh pak bos masuk nguli tanggal 17 Mei. Menyelesaikan pekerjaan yang sungguh berarti. Kamis, Jum’at, dan Sabtu rencana untuk lembur. Mengisyaratkan keputusasaan untuk saya yang ingin pergi ke gunung.
Dan beruntung untuk hari Sabtu jadwal nguli dibatalkan (ku ketahui saat perjalanan ke kantor). Yes! Aku berasa terbang. Sang Penguasa Alam masih mendengarkan rintihan hambanya yang tersiksa ini. Huhuhu (terharu).
Tak banyak cincau tapi mengucap syukur dulu, aku langsung mengirim pesan teks ke Ayu dan Sugik, perihal pendakian ke gunung Penanggungan yang mana pada hari Jum’at sudah aku rencanakan. Ini rencana mendadak, aku sadari itu. Tapi mereka tidak keberatan.
Berangkat!! Dengan satu personil tambahan yang tidak pernah aku suka, Ubet!
Quote:
Sabtu, 19 Mei 2012
Kurang lebih pukul 14.30 WIB. Kami start dari rumah Sugik, desa Randegan yang berada di kecamatan Tanggulangin-Sidoarjo. Packing ala mendadak dangdut pun sudah kami lakukan. Bawa krengsengan tempe, jerigen dengan kapasitas 5 liter, senter, baju ganti, perlengkapan hangat, tenda, dan peralatan lenong lainnya. Semua sudah masuk dalam ransel, kecuali tenda, lentera, dan jerigen.
Melewati kecamatan Tulangan, Krembung, lalu sampailah di kabupaten Mojokerto. Adalah di desa Jolotundo tujuan kami berada.
Kurang lebih pukul 14.30 WIB. Kami start dari rumah Sugik, desa Randegan yang berada di kecamatan Tanggulangin-Sidoarjo. Packing ala mendadak dangdut pun sudah kami lakukan. Bawa krengsengan tempe, jerigen dengan kapasitas 5 liter, senter, baju ganti, perlengkapan hangat, tenda, dan peralatan lenong lainnya. Semua sudah masuk dalam ransel, kecuali tenda, lentera, dan jerigen.


Quote:
Akses ke desa ini cukup mudah. Kalau dari arah Malang dan/atau Jalan Raya Pandaan-Surabaya belok kiri saat menjumpai perempatan Kejapanan yang sering bikin macet dari Appolo. Mengarah ke Barat, ikuti jalan raya sejauh kira-kira +5 km. Anda akan melewati daerah Watukosek. Hingga menemui pertigaan, lurus saja. Persimpangan itu berada saat anda mencapai Ngoro Industrial Park (NIP), sebuah kawasan industri di kecamatan Ngoro. Kalau belok kanan ke Mojosari. Lurus kira-kira sejauh 2 km hingga ada persimpangan lagi, pilihlah belok kiri. Kalau sudah sampai di langkah ini sesungguhnya perkara gampang untuk ke objek wisata petirtaan Jolotundo. Tinggal lurus saja mengikuti jalan dan bertanya kalau bertemu persimpangan agar tidak tersesat. 

Quote:
Petirtaan Jolotundo. Sebuah objek wisata spiritual yang berada di desa Jolotundo, kecamatan Jetis, Mojokerto, Jawa Timur. Lokasinya di bawah lereng gunung Penanggungan. Banyak sekali masyarakat yang datang untuk berwisata menikmati alam sambil berkemah atau bahkan untuk sekedar mandi di pancuran dan mengambil air bergalon-galon dari pancuran petirtaan Jolotundo. 
Kami sampai di lokasi kira-kira pukul 16.00 WIB. Melewati tanjakan yang cukup curam, dan kumpulan pepohonan yang rindang. Di sana kami langsung dikerumuni oleh orang sekitar, kelihatannya pihak pengelola objek wisata. Pertanyaan demi pertanyaan kami dapatkan mengingat penampilan kami seperti orang gembel yang mupeng naik gunung. Hahaha.

Kami sampai di lokasi kira-kira pukul 16.00 WIB. Melewati tanjakan yang cukup curam, dan kumpulan pepohonan yang rindang. Di sana kami langsung dikerumuni oleh orang sekitar, kelihatannya pihak pengelola objek wisata. Pertanyaan demi pertanyaan kami dapatkan mengingat penampilan kami seperti orang gembel yang mupeng naik gunung. Hahaha.

Quote:
“Mau kemana dek? Mau mendaki yah?” tanya seorang petugas keamanan. “Sudah pernah lewat jalur ini?” tanya lagi dari orang paruh baya. Kami utarakan saja maksud dan tujuan kami ini. “Lho, belum pernah lewat sini?! Hati-hati lho, mending ngajak temen yang tahu medan di sini aja” ujar salah seorang sedikit memudarkan asa kami.
“Iyo, apa lagi udah jam segini”sambil melirik jam tangan kuno. “Pasti nyampe sana gelap, kok nggak pagi-pagi ae se?” Kami dengarkan saja omelan demi omelan dari bapak-bapak ini.
Yang medannya begini lah, ngelewati candi itulah, nyemplang ke kananlah, ke kiri juga, banyak cabang dan masih banyak tetek bengek lainnya. 
Kami dengarkan baik-baik. “Kalian akan melewati candi Bayi, Putri, Pura, Gentong dan Shinta yang terakhir”ujar seorang bapak yang mengaku juru kunci saat ku tanya.
“Jalanne juga banyak cabangnya mas, kadang itu bukan jalan pendaki tapi wong ngarit, wong nggolek kayu biasane. Jadi rawan tersesat kalau orang yang nggak pernah lewat sini”imbuhnya
. Kami hanya saling berpandangan sambil mendengarkan dengan sesekali bertanya. “Nggak ono sing munggah ta pak sebelum kami-kami ini?” Sugi penasaran. “Lho yo ono, tapi wes budal awan maeng” ujarnya. “Wes gini ae, njaluk anterin temenku ini aja biar dianter sampai candi bayi, setelah candi itu sudah jelas kok jalannya”sambil menunjuk om-om yang lagi duduk santai merokok. “Hah!?” agak kaget. “Piro?”ujarnya lirih sambil mendongak ke temannya, tapi masih bisa kami dengar
.



Kami dengarkan baik-baik. “Kalian akan melewati candi Bayi, Putri, Pura, Gentong dan Shinta yang terakhir”ujar seorang bapak yang mengaku juru kunci saat ku tanya.



Quote:
“Yo mbuh, rundingan kono lho ben podo enake..”jawabnya. “Iyo mas, biar sama-sama enak”sahut pak petugas keamanan
.
Kami berempat berdiskusi secepat mungkin, mengingat hari sudah makin sore. Takut kemaleman naiknya dan masalah keselamatan juga (safety first) kami setuju dengan catatan harga porter harus bisa dinego
. Setelah ibadah, kami mulai negonya. Cukup alot, tapi kami lagi-lagi memandang langit sore. Dan kami melunak lagi
. Akhirnya kesepakatan kami dapat setelah dirasa cukup adil.Dengan harga kesepakatan kami diantar sampai candi bayi saja
. Berangkatt..! 


Kami berempat berdiskusi secepat mungkin, mengingat hari sudah makin sore. Takut kemaleman naiknya dan masalah keselamatan juga (safety first) kami setuju dengan catatan harga porter harus bisa dinego







Quote:
Jalur didominasi oleh tanjakan (yaiyalah namanya juga gunung!). Pepohonannya berbeda dengan yang ada di gunung pada umumnya. Agak gundul dan tidak rapat-rapat. Suhu juga tidak begitu dingin, belum terasa menggigil. Ilalang-ilalang juga padang rumput ikut menemani sepanjang perjalanan.
Mulai ngos-ngos an. Mulai terdengar suara-suara “Aduhh, capekk..” “Hufftt, pegeljuga yah” Bahkan Ayu yang lebih parah, minta turun aja
. “Aku mudun ae wes gak kuat aku Budddd” keluhnya padaku. “Halah, ojok ta.. belum apa-apa udah mau turun aja”sahut Sugik. “Iyo iki, iku Cuma sugesti mu ae bonn..” ujarku meyakinkan. “Enggak..enggak.. dudu sugesti iki bud, tapi ancen aku gak kuat.. wes wes aku mudun ae, biar kalian aja yang naek
” ujarnya putus asa. “Udah pelan-pelan aja bonn..”Ubet menambahi. “Iyo iki, kalau capek yo mandek.” Tambah Sugik. Dengan cukup lama berhenti sambil memandang matahari sore akhirnya Ayu mau melanjutkan perjalanan yang belum sampai separuh ini.
Mulai ngos-ngos an. Mulai terdengar suara-suara “Aduhh, capekk..” “Hufftt, pegeljuga yah” Bahkan Ayu yang lebih parah, minta turun aja




0
20.4K
Kutip
51
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan