- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bengkulu adalah salah satu Provinsi Jajahan Inggris ( Dan pernah diklaim Malaysia)
TS
belman
Bengkulu adalah salah satu Provinsi Jajahan Inggris ( Dan pernah diklaim Malaysia)
Sekedar Sekilas Info aja gan
Mengutip dari Presiden Pertama kita, Bung Karno pernah mengatakan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah Melupakan Sejarahnya."
Mungkin kita hanya tahu bahwa yang menjajah negara (nusantara) kita dulunya adalah Portugis, Belanda, dan Jepang aja, sama seperti saya dulunya. Tetapi pada kenyataannya Inggris juga ikut menjajah sebagian dari bangsa ini.
(Dari Berbagai Sumber)
Jangan LUpa ma nya
sampaikan Info ini ke yang lain juga
Spoiler for Bukti tidak repsol:
Mengutip dari Presiden Pertama kita, Bung Karno pernah mengatakan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah Melupakan Sejarahnya."
Mungkin kita hanya tahu bahwa yang menjajah negara (nusantara) kita dulunya adalah Portugis, Belanda, dan Jepang aja, sama seperti saya dulunya. Tetapi pada kenyataannya Inggris juga ikut menjajah sebagian dari bangsa ini.
Spoiler for Berikut Liputannya:
MEDAN - Artikel Sumatra itu milik Malaysia yang di-posting oleh Mohd Am di Malaysia Forum pada 12 Desember 2010 hangat diperbincangkan. Bahkan, hingga Kamis (27/1/2011) pukul 20.00 WIB, sebanyak 11.441 komentar muncul di-posting-an tersebut.
Pada jaman dulu di Bengkulu tidak pernah ada kerajaan setempat yang kuat, sehingga bergantung pada kerajaan tetangganya untuk memperlancar penjualan hasil alamnya, antara lain dengan kesultanan Banten. Pada masa kolonialisme Bengkulu berada dibawah pendudukan Inggris, karena Inggris ( East India Company ) tersisih dengan monopoli dagang Belanda ( VOC ) di Banten tahun 1659. Maka itu Inggris mulai mencari daerah jajahan lain di pantai Barat Sumatera yang merupakan penghasil rempah-rempah ( lada, cengkeh, dll ) yaitu Bengkulu.
Awal Kekuasaan Inggris di Bengkulu
Inggris tiba di Muara Sungai Bengkulu pada tanggal 24 Juni 1865. Setelah bernegosiasi dengan penguasa kerajaan lokal di Bengkulu pada saat itu, Inggris ( EIC ) diijinkan bermukim di daerah Muara Sungai Bengkulu dan mendirikan Fort York pada tahun 1865 itu juga. Inggris ( EIC ) sendiri menyebut wilayah Bengkulu dengan nama “Bencoolen”.
Sejumlah ahli sejarah turut berkomentar. Pasalnya, dalam postingan tersebut disebutkan bahwa sejumlah kawasan Sumatera yang dulunya merupakan jajahan Kerajaan Johor, termasuk wilayah pantai timur Sumatera, harus kembali ke asalnya, yakni masuk Malaysia.
Menanggapi hal ini, sejarawan Sumatera Utara Phil Ichwan Azhari mengatakan setelah kolonial masuk ke Semenanjung Malaka, Belanda berhasil mengalahkan Portugis dibantu Kerajaan Johor. Mereka pun berhasil menduduki wilayah tersebut, namun bukan menyerahkan kepada Kerajaan Johor.
Sedangkan Inggris mendapatkan sebagian wilayah Semenanjung Melayu tersebut. Kemudian, mereka Inggris melakukan ekspansi di sebagian wilayah Sumatera, terutama di Bengkulu, hingga kemudian mendirikan Benteng Marlborough.
“Dulu wilayah Sumatera seperti Bengkulu termasuk daerah jajahan Inggris. Sedangkan Malaka masuk daerah jajahan Belanda yang jadi milik Indonesia,” ungkap sejarawan dari Universitas Negeri Medan (Unimed) ini kepada okezone, Kamis (27/1/2011).
Namun, kemudian kedua wilayah tersebut ditukar Inggris dan Belanda melalui Traktat London 1824. Dalam perjanjian tersebut, dijelaskan bahwa Belanda menyerahkan Malaka dan Semenanjung Melayu termasuk Penang dan sebuah pulau kecil tidak bertuan, Singapura kepada Inggris.
Sedangkan, Inggris (Britania) menyerahkan pabriknya di Bengkulu dan seluruh kepemilikannya pada pulau Sumatera kepada Belanda. Pertukaran kekuasaan ini juga termasuk dalam Kepulauan Karimun, Batam, dan pulau-pulau lain yang terletak sebelah selatan dari Selat Singapura.
Perjanjian tersebut dilakukan pada 17 Maret 1824 di London, dimana Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Inggris diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Ini dilakukan untuk mengatasi konflik yang bermunculan akibat pemberlakuan Perjanjian Britania-Belanda 1814.
“Jadi, berdasarkan perjanjian itu, Bengkulu jadi milik Belanda, dan Malaka jadi milik Inggris. Itu mereka lakukan agar mudah mengontrol wilayahnya masing-masing, karena jajahan Inggris berada di Semenanjung Melayu dan jajahan Belanda di Indonesia,” jelas lulusan doktoral dari Jerman itu.
Hal ini sebenarnya juga telah diungkap oleh Mohd Am dalam postingannya di Forum Malaysia. Di situ ditulis, "Tetapi penjanjian inggeris-belanda telah memecahkan kawasan jajahan Johor iaitu Riau-Lingga dan sebahagian besar Sumatera.”
Dilanjutkan Ichwan lagi, di zaman sekarang ini seharusnya setiap orang harus bisa memahami nilai historis dari suatu peristiwa tersebut. "Negara modern sekarang, kan warisan kolonial. Bisa saja kita saling klaim. Bahkan, Indonesia bisa mengklaim Malaka adalah milik Indonesia,” sebutnya.
Namun, tentu saja itu harus dilakukan berdasarkan sejarah yang membangunnya. "Tapi, pengklaiman itu sudah ada alasan historisnya belum? Kalau tidak ada, saya juga tidak tertarik untuk meladeninya," tandas dosen yang juga menjabat sebagai Ketua Pusat Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Sejarah (PUSSIS) Unimed itu lagi.
Bengkulu adalah propinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Di sebelah Utara berbatasan dengan Sumatera Barat, sebelah Timur dengan Jambi dan Sumatera Selatan, dan sebelah Selatan dengan Lampung.
Nama Bengkulu berasal dari bahasa Melayu-Jawi kata bang yang berarti pesisir kemudian terjadi pegeseran pengucapan berubah menjadi beng dan kulon berarti barat menjadi kulu. tetapi tidak ada fakta sejarah menyebutkan bengkulu berasal dari bahasa melayu, Namun menurut Yoza Erawan, S.Sos. ME. seorang putra Bengkulu yang bekerja di Kementerian Sosial RI dan alumni dari Universitas Bengkulu, bahwa nama Bengkulu berasal dari Bahasa Inggris "Bencoolen/Coolen" dari kata "Bend Cut Land" yang berarti Tanah terpatah/Tanah yang menjadi patah, fakta sejarah ini disebabkan karena kondisi tanah Bengkulu yang merupakan wilayah gempa bumi yang paling aktif di dunia dan pristiwa gempa bumi itu telah terjadi sejak zaman behula sampai akhir zaman, pada zaman Inggris berada di bengkulu terjadi pristiwa gempa bumi besar yang diiringi Tsunami yang membuat wilayah geograpis Bengkulu berubah hal itu terjadi pada sekitar tahun 1700-1800 kejadian itu sampai membuat Benteng Malbourough selama beberapa tahun dikosongkan.
Benteng yang dibangun pada masa kolonial Inggris tahun 1914 ini juga membuat Bengkulu banyak dikenal hingga ke mancanegara. Benteng Marlborough merupakan bangunan pertahanan terbesar di Indonesia dan salah satu benteng terbesar di Asia. Bahkan beberapa sumber menyebut benteng Marlborought merupakan benteng terbesar di Dunia.
Benteng ini dibangun oleh salah satu perusahaan India Timur dibawah kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. Benteng ini memiliki luas 44.100 meter persegi. Benteng ini sengaja didesain menyerupai kura-kura jika dilihat dari ketinggian.
Di wilayah Bengkulu sekarang pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal.
Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada dibawah kekuasaan Kerajaan Inderapura semenjak abad ke-17.
British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada Bencoolen/Coolen yang berasal dari bahasa inggris "Cut Land" yang berarti tanah patah wilayah ini adalah wilayah patahan gempa bumi yang paling aktif di dunia dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut.
Sejak 1713, dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun demikian, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi.
Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.
Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung kemerdekaan, termasuk Sukarno. Di masa inilah Sukarno berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi isterinya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bengkulu menjadi keresidenan dalam provinsi Sumatera Selatan. Baru sejak tanggal 18 November 1968 ditingkatkan statusnya menjadi provinsi ke-26.
Berikut Peninggal tu Penjajah
Pada jaman dulu di Bengkulu tidak pernah ada kerajaan setempat yang kuat, sehingga bergantung pada kerajaan tetangganya untuk memperlancar penjualan hasil alamnya, antara lain dengan kesultanan Banten. Pada masa kolonialisme Bengkulu berada dibawah pendudukan Inggris, karena Inggris ( East India Company ) tersisih dengan monopoli dagang Belanda ( VOC ) di Banten tahun 1659. Maka itu Inggris mulai mencari daerah jajahan lain di pantai Barat Sumatera yang merupakan penghasil rempah-rempah ( lada, cengkeh, dll ) yaitu Bengkulu.
Awal Kekuasaan Inggris di Bengkulu
Inggris tiba di Muara Sungai Bengkulu pada tanggal 24 Juni 1865. Setelah bernegosiasi dengan penguasa kerajaan lokal di Bengkulu pada saat itu, Inggris ( EIC ) diijinkan bermukim di daerah Muara Sungai Bengkulu dan mendirikan Fort York pada tahun 1865 itu juga. Inggris ( EIC ) sendiri menyebut wilayah Bengkulu dengan nama “Bencoolen”.
Sejumlah ahli sejarah turut berkomentar. Pasalnya, dalam postingan tersebut disebutkan bahwa sejumlah kawasan Sumatera yang dulunya merupakan jajahan Kerajaan Johor, termasuk wilayah pantai timur Sumatera, harus kembali ke asalnya, yakni masuk Malaysia.
Menanggapi hal ini, sejarawan Sumatera Utara Phil Ichwan Azhari mengatakan setelah kolonial masuk ke Semenanjung Malaka, Belanda berhasil mengalahkan Portugis dibantu Kerajaan Johor. Mereka pun berhasil menduduki wilayah tersebut, namun bukan menyerahkan kepada Kerajaan Johor.
Sedangkan Inggris mendapatkan sebagian wilayah Semenanjung Melayu tersebut. Kemudian, mereka Inggris melakukan ekspansi di sebagian wilayah Sumatera, terutama di Bengkulu, hingga kemudian mendirikan Benteng Marlborough.
“Dulu wilayah Sumatera seperti Bengkulu termasuk daerah jajahan Inggris. Sedangkan Malaka masuk daerah jajahan Belanda yang jadi milik Indonesia,” ungkap sejarawan dari Universitas Negeri Medan (Unimed) ini kepada okezone, Kamis (27/1/2011).
Namun, kemudian kedua wilayah tersebut ditukar Inggris dan Belanda melalui Traktat London 1824. Dalam perjanjian tersebut, dijelaskan bahwa Belanda menyerahkan Malaka dan Semenanjung Melayu termasuk Penang dan sebuah pulau kecil tidak bertuan, Singapura kepada Inggris.
Sedangkan, Inggris (Britania) menyerahkan pabriknya di Bengkulu dan seluruh kepemilikannya pada pulau Sumatera kepada Belanda. Pertukaran kekuasaan ini juga termasuk dalam Kepulauan Karimun, Batam, dan pulau-pulau lain yang terletak sebelah selatan dari Selat Singapura.
Perjanjian tersebut dilakukan pada 17 Maret 1824 di London, dimana Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Inggris diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Ini dilakukan untuk mengatasi konflik yang bermunculan akibat pemberlakuan Perjanjian Britania-Belanda 1814.
“Jadi, berdasarkan perjanjian itu, Bengkulu jadi milik Belanda, dan Malaka jadi milik Inggris. Itu mereka lakukan agar mudah mengontrol wilayahnya masing-masing, karena jajahan Inggris berada di Semenanjung Melayu dan jajahan Belanda di Indonesia,” jelas lulusan doktoral dari Jerman itu.
Hal ini sebenarnya juga telah diungkap oleh Mohd Am dalam postingannya di Forum Malaysia. Di situ ditulis, "Tetapi penjanjian inggeris-belanda telah memecahkan kawasan jajahan Johor iaitu Riau-Lingga dan sebahagian besar Sumatera.”
Dilanjutkan Ichwan lagi, di zaman sekarang ini seharusnya setiap orang harus bisa memahami nilai historis dari suatu peristiwa tersebut. "Negara modern sekarang, kan warisan kolonial. Bisa saja kita saling klaim. Bahkan, Indonesia bisa mengklaim Malaka adalah milik Indonesia,” sebutnya.
Namun, tentu saja itu harus dilakukan berdasarkan sejarah yang membangunnya. "Tapi, pengklaiman itu sudah ada alasan historisnya belum? Kalau tidak ada, saya juga tidak tertarik untuk meladeninya," tandas dosen yang juga menjabat sebagai Ketua Pusat Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Sejarah (PUSSIS) Unimed itu lagi.
Bengkulu adalah propinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Di sebelah Utara berbatasan dengan Sumatera Barat, sebelah Timur dengan Jambi dan Sumatera Selatan, dan sebelah Selatan dengan Lampung.
Nama Bengkulu berasal dari bahasa Melayu-Jawi kata bang yang berarti pesisir kemudian terjadi pegeseran pengucapan berubah menjadi beng dan kulon berarti barat menjadi kulu. tetapi tidak ada fakta sejarah menyebutkan bengkulu berasal dari bahasa melayu, Namun menurut Yoza Erawan, S.Sos. ME. seorang putra Bengkulu yang bekerja di Kementerian Sosial RI dan alumni dari Universitas Bengkulu, bahwa nama Bengkulu berasal dari Bahasa Inggris "Bencoolen/Coolen" dari kata "Bend Cut Land" yang berarti Tanah terpatah/Tanah yang menjadi patah, fakta sejarah ini disebabkan karena kondisi tanah Bengkulu yang merupakan wilayah gempa bumi yang paling aktif di dunia dan pristiwa gempa bumi itu telah terjadi sejak zaman behula sampai akhir zaman, pada zaman Inggris berada di bengkulu terjadi pristiwa gempa bumi besar yang diiringi Tsunami yang membuat wilayah geograpis Bengkulu berubah hal itu terjadi pada sekitar tahun 1700-1800 kejadian itu sampai membuat Benteng Malbourough selama beberapa tahun dikosongkan.
Benteng yang dibangun pada masa kolonial Inggris tahun 1914 ini juga membuat Bengkulu banyak dikenal hingga ke mancanegara. Benteng Marlborough merupakan bangunan pertahanan terbesar di Indonesia dan salah satu benteng terbesar di Asia. Bahkan beberapa sumber menyebut benteng Marlborought merupakan benteng terbesar di Dunia.
Benteng ini dibangun oleh salah satu perusahaan India Timur dibawah kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. Benteng ini memiliki luas 44.100 meter persegi. Benteng ini sengaja didesain menyerupai kura-kura jika dilihat dari ketinggian.
Di wilayah Bengkulu sekarang pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal.
Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada dibawah kekuasaan Kerajaan Inderapura semenjak abad ke-17.
British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada Bencoolen/Coolen yang berasal dari bahasa inggris "Cut Land" yang berarti tanah patah wilayah ini adalah wilayah patahan gempa bumi yang paling aktif di dunia dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut.
Sejak 1713, dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun demikian, perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi.
Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.
Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung kemerdekaan, termasuk Sukarno. Di masa inilah Sukarno berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi isterinya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bengkulu menjadi keresidenan dalam provinsi Sumatera Selatan. Baru sejak tanggal 18 November 1968 ditingkatkan statusnya menjadi provinsi ke-26.
Berikut Peninggal tu Penjajah
Spoiler for Benteng Marlborough (Fort Marlborough):
Spoiler for lebih jelasnya:
Spoiler for jelasnya lagi:
Spoiler for plus 1:
Spoiler for Plus 2:
Spoiler for plus 3:
Spoiler for plus4:
Spoiler for plus5:
(Dari Berbagai Sumber)
Jangan LUpa ma nya
sampaikan Info ini ke yang lain juga
0
2K
Kutip
11
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan