Bank Indonesia (BI) terus berkomitmen untuk mendorong financial inclusion atau sistem keuangan untuk semua. Pilot project atau proyek percontohan program ini adalah dengan meluncurkan transaksi keuangan melalui operator selular. Tiga operator telepon seluler di tanah air yakni Telkomsel, XL dan Indosat, berkolaborasi luncurkan inovasi berupa layanan e-money interoperability (P2P transfer) atau layanan pengiriman uang elektronik lintas operator.

Direktur Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah mengatakan dengan terus berkembangnya program seperti ini akan mengurangi pertumbuhan percetakan uang tunai. Masyarakat akan mulai meninggalkan uang tunai dan beralih kepada uang elektronik yang tidak berwujud.

"Jadi dampaknya terhadap uang tunai yang beredar belum bisa dihitung, bisa jadi mengurangi pertumbuhan uang tunai bukan mengurangi uang tunai-nya," jelas Difi kepada merdeka.com di Jakarta, Rabu (15/5) malam.

Transaksi melalui operator seluler ini memungkinkan masyarakat tidak melihat wujud uangnya sendiri. Masyarakat hanya perlu mengisi saldo (uang) di gerai operator untuk ditransaksikan. Saldo tersebut bisa di transfer ke operator lain dan kemudian bisa dicairkan di gerai operator pula. Contohnya, pelanggan TCASH (telkomsel) dapat melakukan transaksi transaksi transfer pelanggan XL tunai (XL) maupun ke pelanggan dompetku ( Indosat) begitu pun sebaliknya.

Pengamat perbankan, Aviliani mengatakan program yang diluncurkan BI ini sangat baik untuk menekan pertumbuhan uang yang beredar. Masyarakat akan mulai meninggalkan uang tunai dan beralih kepada uang elektronik. Semakin banyak masyarakat menggunakan uang elektronik maka akan semakin bagus karena mengurangi anggaran negara untuk cetak uang.

Aviliani menyebut biaya untuk mencetak uang kertas sangat mahal, bahkan nilai untuk membuatnya lebih tinggi daripada nilai nominal uang tersebut. Dengan adanya branchless banking akan membantu negara untuk mengurangi anggaran pencetakan uang.

"Uang perlahan tidak akan laku lagi, kelas menengah ke atas tidak akan pakai uang tunai lagi. Cetak uang kertas itu sangat mahal, dan BI setiap hari menghancurkan uang yang tidak layak edar," ucap Aviliani kepada merdeka.com.

Tidak hanya itu, Aviliani bahkan mendorong BI untuk terus mengembangkan program ini kepada toko-toko sehingga masyarakat bisa langsung membayar menggunakan 'handphone' tanpa harus memegang terlebih dahulu uang tersebut. Program seperti ini juga sangat berguna untuk daerah terpencil dan pulau terdepan Indonesia karena pertukaran uang sangat jarang di sana.

"Namun untuk daerah terpencil operatornya harus siap satelitnya, sinyalnya. Kalau sudah siap bisa memanfaatkan toko dan ritel di sana, misalnya menggunakan alfamart atau semacamnya," jelas Aviliani.

Dengan adanya uang elektronik tersebut, masyarakat akan mulai meninggalkan uang tunai. Transaksi masyarakat nantinya hanya menggunakan uang elektronik yang wujudnya tidak terlihat. "Negara maju juga semuanya mengarah kesana," tutup Aviliani.