Thread ini ane buat untuk mepublikasikan kepada kita pihak pihak ataupun penduduk awam yg begitu gencarnya ikut dalam perkembangan teknologi jejaring sosial yg semakin berjaya, sepintas melihat maraknya beberapa situs jejaring sosial seperti Google, Microsoft, Apple, Yahoo, Facebook, dan yg terbaru WeChat, LINE atau KKO, yg notabena tujuan awal digunakan untuk memperkuat broadband. Ibaratnya buah simalakama, inginnya memperkuat broadband, tapi yang tertawa dan berjaya adalah pemain OTT asing. Saat ini semua negara di dunia mendorong kemajuan National Broadband Plan dan mempromosikan jaringan Internet pita lebar tersebut, baik dari broadband tetap atau mobile.
Karena beberapa studi telah menunjukkan bahwa pertumbuhan Broadband akan mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa. Seperti misalnya studi Bank Dunia pada 2009 menyatakan bahwa pertumbuhan penetrasi 10% di Broadband akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38% di negara berkembang dan 1,12% di negara maju.
Berapa trilyunan rupiah akan dihasilkan kalau misalnya pemerintah memprakarsai pengganti aplikasi OTT. Indonesia pasar yang sangat signifikan untuk pemasukan iklan Facebook, google,dll.
Negara-negara yang sadar dengan potensi itu, seperti China dan Jepang, sudah sejak lama membuat dan menganjurkan (memaksa) pengguna internet untuk beralih ke layanan lokal, misalanya di China mereka tidak menggunakan google tetapi menggunakan baidu. Di jepang juga ada aplikasi jaringan sosial maya lokal yang lebih popular ketimbang facebook (kebetulan pendirinya orang Indonesia yg sudah berganti kewarganegaraan jepang – ada di Kick andy). Potensi pendapatan dari aplikasi itu mencapai milyaran rupiah.
Cintailah PRODUK DALAM NEGRI
Spoiler for Twitter: @arifpitoyo:
Indonesia Dijajah OTT
Arif Pitoyo
OTT adalah pemain yang identik sebagai pengisi pipa data milik operator yang dianggap sebagai bahaya laten bagi para operator, karena tidak mengeluarkan investasi besar, namun mengeruk keuntungan di atas jaringan milik operator.
Pemain OTT yang terkenal di antaranya Google, Microsoft, Apple, Yahoo, Facebook, Research In Motion, dan lainnya. Ada dua jenis aplikasi OTT yang diinstal aftermarket seperti Skype, Viber dan WhatsApp, dan mereka yang ditawarkan oleh produsen sistem operasi seperti iMessage, Google Talk, Yahoo Messenger
isu over the top (OTT) ternyata telah menjadi isu Asia Pasifik dan telah menjadi topic pembicaraan utama di konferensi Negara-negara Asia Pasifik Asia Pacific Economic Cooperation Telecommunications (Apectel) di Bali, belum lama ini.
Pemerintah Indonesia pun menyatakan keseriusannya membahas tantangan kehadiran aplikasi OTT terkait dengan adanya dorongan memperkuat National Broadband Plan. Ibaratnya buah simalakama, inginnya memperkuat broadband, tapi yang tertawa dan Berjaya adalah pemain OTT asing.
Dijajah pemain OTT asing, itulah gambaran jaringan dan frekuensi di langit Indonesia. Permasalahan OTT ternyata tak hanya dialami Indonesia saja. Saat ini semua negara di dunia mendorong kemajuan National Broadband Plan dan mempromosikan jaringan Internet pita lebar tersebut, baik dari broadband tetap atau mobile. Karena beberapa studi telah menunjukkan bahwa pertumbuhan Broadband akan mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa. Seperti misalnya studi Bank Dunia pada 2009 menyatakan bahwa pertumbuhan penetrasi 10% di Broadband akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38% di negara berkembang dan 1,12% di negara maju.
Akankah fenomena tumbuh dari apa yang kita disebut “Over-The-Top” aplikasi yang dihasilkan oleh Content Providers global akan mengganggu harapan ini? Itulah pertanyaan yang selalu menghantui pra pemerhati telekomunikasi Indonesia, terutama yang nasionalis.
OTT adalah pemain yang identik sebagai pengisi pipa data milik operator yang dianggap sebagai bahaya laten bagi para operator, karena tidak mengeluarkan investasi besar, namun mengeruk keuntungan di atas jaringan milik operator.
Pemain OTT yang terkenal di antaranya Google, Microsoft, Apple, Yahoo, Facebook, Research In Motion, dan lainnya. Ada dua jenis aplikasi OTT yang diinstal aftermarket seperti Skype, Viber dan WhatsApp, dan mereka yang ditawarkan oleh produsen sistem operasi seperti iMessage, Google Talk, Yahoo Messenger.
Pada 5 tahun sebelumnya, kehadiran aplikasi OTT belum dirasakan oleh operator telekomunikasi. Saat itu operator masih menikmati pertumbuhan tinggi suara dan lalu lintas SMS dan pendapatan.
Tekanan operator mulai muncul seiring dengan perkembangan Wi-Fi dan meningkatnya kemampuan 4G atau LTE menyebabkan persaingan memanas. Operator perlu dengan cepat memutuskan bagaimana mereka menanggapi perkembangan tersebut terkait lanskap telepon seluler di ekonomi APEC, terutama upaya meningkatkan SMS dan voice.
Kita lihat saja, apakah pembangunan broadband bisa dinikmati bangsa ini atau kah hanya menjadi makanan empuk penyedia aplikasi luar negeri.(ICT)
Karakter rakyat kita yg lebih bersifat konsumtif, daripada mengetahui apa efek dan dampak pengaruh yg akan terjadi bagi negara kita, cotohnya saat peluncuran gadget baru selalu dihadiri oleh masyarakat yg secara antusias ingin uptodate dalam teknologi.namun buta akan hal hal dibalik teknologi tersebut.