mrjackAvatar border
TS
mrjack
Pemerintah RI Perlu Bentuk 'Angkatan Perang Hacker'


beritajatim.com- Pemerintah Indonesia tidak perlu antipati terhadap komunitas peretas sistem jaringan internet (hacker). Pertumbuhan peretas di Indonesia perlu dimanfaatkan dengan merangkul mereka menghadapi persaingan global.

Hal ini dikemukakan Aditya Kurniawan, dosen teknik informatika Universitas Bina Nusantara Jakarta, usai menjadi saksi ahli dalam persidangan peretas situs Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wildan Yani Ashari, di Pengadilan Negeri Jember, Jawa Timur, Rabu (8/5/2013).

"Meretas bukan ilmu jahat. Ini ilmu teknologi informasi. Di Indonesia banyak yang jago. Mereka belum terekspos dengan baik dan banyak yang iseng," kata Aditya. Pusat pertumbuhan peretas sistem jaringan internet ini terpusat di tiga kota, yakni Jakarta, Bandung, Jogjakarta.

Rata-rata peretas ini adalah anak-anak muda. "Mereka ini kan generasi yang digital. Mereka tidak bisa hidup tanpa komputer. Mereka cepat belajar, sehingga lebih jago," kata Aditya.

Salah satu contoh adalah Wildan. Ia hanya lulusan sekolah menengah kejuruan biasa dan tak mengenyam ilmu informatika secara formal di bangku perguruan tinggi. Namun secara otodidak, ia belajar menjadi peretas, dan bikin heboh dengan membobol situs milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Wildan ini berbakat tapi iseng. Begitu menjalankan hukumannya, menurut saya, Wildan sebaiknya dididik oleh negara agar jadi hacker baik," kata Aditya.

Aditya menyarankan pula agar pemerintah mendekati dan mengumpulkan komunitas peretas, untuk mengamankan sistem negara di dunia maya. "Ini melindungi negara dari serangan negara lain dalam versi digital. Perang dunia keempat berada dalam dunia digital," katanya.

Pendekatan bisa dimulai dari kampus ke kampus dan membentuk komunitas peretas resmi. Di Universitas Binus, komunitas itu sudah terbentuk dan beranggotakan 150 orang dari 22 ribu mahasiswa. Artinya, rata-rata dari setiap 147 orang mahasiswa Binus, ada satu mahasiswa yang memiliki kemampuan meretas. [wir]

banyak yang ahli, bukan saja otodidak, ada yang memang dilatih..
ambil pak, setidaknya dididik dan diberdayakan lebih cocok ketimbang sekedar iseng ngehack chip poker orang, atau ikutan nyerang website negara lain tanpa perintah pmerintah RI

JIM GEOVEDI : HACKER DI INDONESIA TIDAK BERIMBANG

Anzowet.com- Jim Geovedi, yang dikenal sebagai konsultan sekuriti sekaligus anggota dari HERT, mempresentasikan beberapa profesi pekerjaan yang bisa dikategorikannya sebagai seorang yang mengerti teknik hacking atau hacker.

Jim menuturkan, ada beberapa profesi yang bisa dikelompokkan sebagai hacker. Profesi hacker tersebut kemudian dibaginya ke dalam dua kategori.

"Pertama corporate hacker, meliputi programmer, administrator, operator, security officer, IT auditor, konsultan TI, dan hacker. Kedua adalah independent hacker, termasuk operating system/software hacker, intrusion specialist, vulnerability researcher, botnet owner, rootkit/trojan/virus writer, dan spammer," kata dia di sela-sela presentasinya dalam seminar Hacker's Day di Jakarta
Menurut Jim, kebanyakan hacker berprofesi sebagai programmer pada siang hari. "Mereka yang lebih mengerti bahasa pemrograman, sudah pasti mereka bisa hacking," katanya sambil mengurai contoh programmer yang bekerja di Microsoft, Sun Microsystems, dan sejenisnya.

Lanjutnya, dia memaparkan administrator karena profesi ini, menurut Jim, paling mengerti tentang special equipment untuk infrastruktur seperti Firewall sebuah jaringan suatu perusahaan.

Selain itu, terdapat security officer yang bekerja sebagai penulis kebijakan policy dan prosedur untuk perusahaan dan mempunyai otoritas untuk menentukan akses dan keamanan dalam perusahaan. "Tentu mereka harus mengerti tentang keamanan dan pengamanan dari ancaman hacking," Jim menuturkan.

Adapun hacker dijadikan profesi oleh sebuah perusahaan, namun menurut Jim hal itu jarang terjadi. "Kerja mereka biasanya ngecek keamanan sistem jaringan atau source code. Ada juga yang diadain buat gaya-gayaan doang," ucap Jim.

Independent hacker dibedakan karena tidak berada di bawah badan atau afiliasi tertentu dan bekerja sebagai hacker untuk kepentingan diri sendiri. Salah satunya adalah operating system atau software hacker.

"Kerja mereka mendevelop software dan sistem operasi. Mereka bisa bekerja di mana saja, dan bayaran mereka 2-3 kali lipat pendapatan pekerja TI korporasi," papar dia.

Di samping itu, intrusion specialist, vulnerability researcher, botnet owner, toolkit/trojan/virus writer dan spammer juga dikategorikan Jim sebagai independent hacker.
"Intrusion specialist menjadi salah satu yang paling digemari. Kerjanya ngebobol sistem atau jaringan orang. Biasanya mereka dicari-cari perusahaan untuk membobol jaringan kompetitornya," ujar Jim.

"Kalau vulnerability researcher, kerjanya mencari kelemahan-kelemahan dari sebuah sistem atau jaringan dan mencari keuntungan dari situ. Berbeda dengan botnet owner, yang menguasai kontrol atas puluhan ribu host. Biasanya host-host ini disewakan untuk DDoS," lanjut dia.

Sementara itu, Jim juga sempat mengatakan bahwa di Indonesia, hacker masih dikenal dengan sosok dengan image jahat padahal hacker sendiri mengawali aktivitas hackingnya atas dasar coba-coba.

"Aparat hukum malah menanggapi hal ini sebagai masalah serius. Ini tidak berimbang, tapi ini yang terjadi di Indonesia," pungkas Jim
Diubah oleh mrjack 08-05-2013 23:07
0
3.4K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan