Sajak Samudra I
teruntuk Gharsina Tissamodie

Gelisah barang sekejap
Hampirlah gundah di pucuk kelapa
Akankah pelikan mati di bibir pantai?

Rindu adalah ranjang berselimut karang
Serasi melepas keridlaan ingin berlari
Ingin merebahkan jangkar dari kayu geladak
Nahkodaku di sinilah harusnya engkau berlabuh
Angin hatiku memanggil-manggil layarmu

Tidaklah menarik pelayaran tanpa Poseidon
Ibarat pusaran mawar di padang sebelas bulan
Satu pelukan kita belah badai jadi sepoi
Satu ciuman kita pecah amuk jadi belai

Akan indah matamu ada menawan tersirat
Membunuh kelamku menghadap cahya
Oh candi seribu jamrud megah parasmu

Dan dalam satu hunusan trisula
Ijinkan dewa laut melepas cerita
Esa cinta, dua insan dalam ikrar sampai senja

10 Maret 2013
Yosvaldo Gerry

sebenarnya ini puisi gombal gan buat pacar ane, tapi ane berpikir untuk membuat gombal yang lebih greget hhe

Sajak Samudra II
Teruntuk kalbuku

Tak bisa kubedakan
Apakah biru yang mengamuk ataukah rubi

Karena aku bergejolak dalam tanya
Tentang arti syair air
Tentang ombang ambing ambang gelombang ombak
Tentang mengumpat di kedalaman atau memperdalam umpatan
Tentang mana makna mana malapetaka

Aku basah rebah lukaku kaku Bersimbah sembah aku dalam tubuh
Penuh peluh leleh berpuluh puluh
Disiksa tanpa saksi tanpa permisi tanpa henti meneguk seribu garam
Memaksa jiwaku menyetubuhi sentuhan dingin
Dasar kehidupan

Palung-palung bergaung
Seraya jutaan makhluk menyengat mistis
Tetap dalam kesadaranku
Mereka bangkitkan tebing
Gariskan aku dengan manusiaku
Sehingga sadar bukanlah lagi sadar
Dan ujung tebing berseru
: panjatlah
: lari dari kecemburuanmu!

11 maret 2013
Yosvaldo Gerry

ini bisa dibilang sajak kecemburuan gan, maklum manusia kan wajar cemburu pada dirinya atau orang lain hhe

Sajak Samudra III
Teruntuk teman dan alibi

Di bawah payung biru muda
Meledak semburat pelangi
Pada percikan garam
Di kaki-kaki camar
Yang disitu terkait amis
koyak kelopak kelopak mangsa

sang raja yang berkaca pada deru
Desir sisir demi sisir ombak pesisir
Tampak menebar debu peri di atasnya
-permadani serbuk intan-
Tanpa peduli di dalam biru tua
laju hidup mangsa dimangsa
Adalah sebarang roda kerja

Pelaut putih di hidung cakrawala
-sahajanya meraung raung-
Tengadah tangannya melantunkan doa
Di antara hembus dan hempas
aroma udara bahari ditambah senandung siul, memompa
Sebuah tenaga renta
untuk melepas harimau di sekitarnya

11 maret 2013
Yosvaldo Gerry

di sini ane mencoba menjelaskan baik buruk, sebuah pertentangan, tentang kebusukan yang disembunyikan dibalik keindahan, atau realita yang sebenarnya tidak kasat mata

Sajak Samudra IV
Teruntuk badai hari ini

Saat ini susah
Menulis sajak realis
Di otakku hanya tercemar namamu

Tirai ganggang menelan matahari
Lumpur berayun di sol kickers
Gentong gentong cokelat keparat
Gelanggang air hitam

Aku di bawah keengganan mencari ujung terowongan
Tetapi ditekan kesungguhan tangan mengepal

Dalam himpitan terdalam
Sekali lagi terdampar namamu
Tertampar terpencar
Terpental terkapar
Terbangun terasuki
Terkubur tenggelam
Terkutuk terkondensasi

Bukan berat statemenmu dijalanku
Tetapi durinya

14 Maret 2013
Yosvaldo Gerry

di sini ada kebimbangan, ada pesimistis, yang tercurah pada akhirnya masuk ke dalam syair, tentang kegundahan semuanya bercampur

Kesaktian Malam (Sajak Samudra V)

Padahal tekad sudah tertata rapi
Di samping Casserole dan Turkey
Bak gaya darah biru
Makan malam ini berdua di ballroom
dijaga ajudan baja di pintu pintu kekar

Nyalakan lilinnya
segar merambah bukan cuma aromaterapi
Tapi aroma percintaan klasik
Dengan ocehan romansa western
Kita nyalakan gairah dan berdansa
Membunuh sepi

Sebelum benar2 bulan mencapai ubun ubun
sigap malam mencuri primadona
ia tembus semua penjagaan
diluar prakira
-hanya dengan meludah katanya-
Ia tukar nafsuku dengan letih dan kantuk

14 maret 2013
Yosvaldo Gerry

kalau ini sih bahasa mudahnya = sangat gampang sekali untuk rasa kantuk mengambil malam kita

Jejerat jejerit (Sajak Samudra VI)

Jerit berbangsa jejerit
beradu dengan elang
Beradu dengan pertiwi

Jerit di luar harga dipersulit
Jerit di dalam tak berbelit

Sebisu jeritku hingga busa
Sebusa jeritku hingga basi
Sebasi jeritku hingga busuk

jerit ke dalam ceruk parit mu
Jerit ke dalam carut marut mu
Jerit ke dalam sangkut paut mu
Mu mu mu oh hatiku

terjepit romansa pena kertas
Menyeka seribu air mata
dan tumpah tinta terbirit birit
jadi bait yang menjerit

peras jeruk di darahku
tolong aku yang orok merah bisu jerit

Terjerat jerit batinku
Terjepit jerit baitku
dan dalam jeruk hatiku
Aku orok merah menganga, KARENAMU

8 MARET 2013
Yosvaldo gerry

ekspresi menjerit, karena suatu masalah, ingin menjerit sekeras-kerasnya, ingin melampiaskan semuanya karena perihnya masalah itu atas nama seseorang

Sajak Samudra VII
Teruntuk Ganang Samudra dan 2 mahasiswa korban air bah gua gunung kidul

Membenci takdir
Ya terkadang kita benci rimbanya
wajah kita yang ia potret
dibawa melintasi realita, lintas maya, lintas gelombang, lintas samudra, lintas fenomena, lintas fatamorgana, lintas pasang surut lengkung senyum atau sebaliknya

Takdir yang gemar menapaki jelajah
tak ada duanya dalam hal petualang
ia punya kompas
mata jarum presisi
tajam menunjuk hidup atau mati
topi yang menghalangi kita melihat jatinya
belati dingin
Dan marka kuning

Bahkan terkadang ia tampar masing-masing kita
Lewat penghilangan tersayang
Kehampaan memang yang menusuk kalbu
Ruamnya masih merah di pipi
berjatuhan gerimis ke sanubari

Tetapi sekali lagi ia rasul
Dari yang maha kuasa
Yang berkata A adalah A
Dan yang menggenggam kebijakan kebajikan dan karma
Dan yang memejamkan mata mata
Dan menutup senja
Dan membalut raga putih sahaja
Untuk selanjutnya diarahkan ke nirwana

Yosvaldo Gerry
20 Maret 2013

kalau sajak ini berdasarkan tragedi yang menimpa lmarhum fotografer buku tahunan ane kemaren gan, namanya mas ganang samudra, seperti yang dilansir di pemberitaan, para anggota mapala ini menyusuri gua gunung kidul namun terkena air bah dan 3 meninggal, termasuk fotografer ane dan yang lebih mistis gan, nama fotografer itu adalah mas ganang samudra sama seperti ane membuat nama sajak samudra ini . ini fotonya dia gan

Sajak Samudra VIII
Teruntuk penghapus jejak

Bangkai hamba simpan sendiri
Mengenang tangan bebal lalu
Saat merobek desir dan membakarnya
Di belakang buritan bapak

Hamba kini mengecap rasa
anyelir dari tenaga yang tercurah kepada cucu batuan
Mereka pancangkan muka muka panji pengoyak
Sambil memeluk ari hamba

Lalu pergi ke timur
Menangkap matahari
Dan mengeluarkan mulut seribu
Dan membongkar percaya hamba bernaung
Dan merobek riak riak peninggalan

31 maret 2013
Yosvaldo Gerry

ini puisi untuk para murid yang melupakan guru mereka, semacam malin kundang gitu gan

Sajak Samudra XI
Teruntuk 14 langkah menghadap perang abu-abu

Lautan sudah hamba beli
Bukan milik dunia yang hitam, briunya terlalu pekat
mengisolasi akal syailendra

Waktu yang raib berpaling
Akhirnya memaksa jasad jua
Mencuci darah
Mencaci nanah
Membuang kebesaran diri
Menjadi renik yang renik
lalu menguncup logam tombak

Saatnya tenggelam
Menemu dasar dan merakit pelampung
Nanti jika hamba cium udara
Hamba cabut sengsara penghabisan berpaut
Dan bersua atas nama tuan

1 April 2013
Yosvaldo Gerry

ini adalah puisi pemantapan untuk ane dalam menghadapi ujian akhir nasional gan, di sini meluap-luap tekad ane untuk belajar maksimal