Kaskus

Entertainment

SandhynesiaAvatar border
TS
Sandhynesia
[HOT] Menapaki Nama Indonesia
[HOT] Menapaki Nama Indonesia


Jangan lupa Gan n Sis lemparan emoticon-Blue Guy Cendol (L)buat di kulkas dan emoticon-Rate 5 Star
Langsung aja y Gan n Sis...

[HOT] Menapaki Nama Indonesia

Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, Volume IV, 1850.


Pada pertengahan abad 19, lahir sebuah jurnal yang berkonsentrasi untuk mendedah jejak dinamika kehidupan di kawasan yang kini bernama Indonesia. The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, demikian nama jurnal tersebut. Lahir pada 1847 dan berkedudukan di Singapura, jurnal ini digawangi oleh editor James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia.
Dalam volume pertamanya, Logan menyatakan bahwa artikel-artikel di jurnal ini akan terdiri atas hal-hal yang berhubungan dengan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Philipina, Maluku, Bali, Semenanjung Melayu, Siam, dan, dia berharap, China.
Jurnal yang berisi diskursus mengenai kepulauan ini mencoba untuk menampung kegairahan para ilmuwan Eropa atas segala yang baru mereka temukan seraya mencoba mencari keterkaitan satu sama lain.
“So obvious is this connection that it has been a constant source of excitement to the imagination, which, in the traditions of the native, and in the hypotheses of Europeans, has sought its origin in an earlier geographical unity…, we should see shallow seas dried up, the mountain ranges of Sumatera, Borneo, and Java become continental like those of the Peninsula, and great rivers flowing not only in the Straits of Malacca, whose current early navigators mistook for that of an inland stream, but through the wide valley of the China Sea, and by the deep and narrow Strait of Sunda, into the Indian Ocean. Thus the unity would become geographical, which is now only geological” (The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, Vol. 1, 1847).
(Sangat jelas, semua keterkaitan ini telah menjadi sumber kegairahan imajinasi, yang dalam tradisi pribumi, dan dalam hipotesis Eropa, telah lama mencari bentuk asli akan persatuan geografis terdahulu…. Kita lihat laut mengering, pegunungan di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa menjadi daratan seperti semenanjung, dan sungai-sungai besar tidak hanya mengikuti Selat Malaka, yang dikira oleh para pemandu terdahulu sebagai pedalaman, tapi juga melalui lembah luas Laut China, dan oleh kedalaman dan celah sempit Selat Sunda, memasuki Samudera India. Dengan demikian, persatuan akan menjadi lebih bersifat geografis, sementara kini hanya bersifat geologis.)
Sebagaimana Logan dan penulis-penulis lain, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), seorang Inggris, juga turut melakukan pengamatan di kawasan ‘Indian Archipelago’ (Kepulauan India) ini. Ia mencatat bahwa orang-orang di kepulauan ini bukanlah orang-orang yang tak berkemampuan dalam melakukan pengembaraan dan navigasi. Hanya saja, Earl mengatakan bahwa ada perubahan yang terjadi di kebanyakan masyarakat ‘Indian Archipelago’ ketika itu, yakni dari yang berkarakter maritim menjadi agraris.
Akan tetapi, Earl tak hanya mencatat. Dari bacaannya selama bertualang, ia lalu melakukan kritik atas penamaan ‘Indian Archipelago’ terhadap kawasan kepulauan ini. Baginya, praktik penulisan dan diskusi etnologi akan selalu mengalami masalah, pun saat karya tersebut dibaca, akibat ketidaktajaman konsep penamaan dalam mengidentifikasi kawasan penduduk asli.
“The term “Indian Archipelago” by which our group of island is now generally known, cannot supply a concise and appropriate term for the native inhabitants. The Greek Archipelago is inhabited by Greeks, and they are called so, but it would be very inappropriate to call native of the Indian Archipelago Indians,” tulis Earl melalui artikel ‘On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian, and Malayu-Polynesian Nations’ dalam The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, Vol. 4, 1850).
(Istilah ”Indian Archipelago” yang kita kelompokkan dan kini sudah dikenal, tidak bisa menyediakan sebuah istilah ringkas dan tepat untuk menyebut penduduk asli. Kepulauan Yunani dihuni oleh Yunani, dan demikianlah mereka disebut. Tetapi, akan sangat tidak pantas untuk menyebut penduduk asli Indian Archipelago dengan nama Indian.)
Earl menganjurkan agar penamaan dilakukan atas dasar istilah yang dekat atau mewakili ‘suku-suku asli dari Indian Archipelago’, dan tidak bersifat umum macam ‘Indian Archipelago’. Selain terlalu umum, istilah tersebut juga dapat digunakan di Ceylonese, penduduk asli di Maladewa, dan Laccadives.
Untuk menguatkan argumentasinya, Earl mengambil contoh dari Perancis, yang terkenal akan karya-karyanya dalam etnologi, dan telah mengadopsi istilah ‘Oceanie’, ‘Oceania’, dan ‘Malayan’ untuk menandai apa yang disebut ‘Indian Archipelago’. Dan penamaan itu taklah bersifat umum.
Tak hanya Perancis. Earl juga merujukkan argumentasinya pada seorang etnolog Inggris, Dr. James Cowles Prichard (1786-1848), penulis Physical History of Mankind. Prichard jauh-jauh hari sudah menggunakan istilah ‘Malasian’ ketika membicarakan ras coklat-langsat di ‘Indian Archipelago’. Sejurus itu, Earl kembali menggunakan pengertian Yunani untuk menyebut ‘kepulauan’.
“… the time has arrived when a distinctive nam for the brown races of the Indian Archipelago is urgently required, and it should be made to accord as closely as possible with the terms by wich that portion of the world is most generally known, namely ‘Indian Archipelago’ or ‘Malayan Archipelago’. By adopting the Greek word for ‘island’ as a terminal, for which we have a precedent in the term “Polynesia”, the inhabitants of the ‘Indian Archipelago’ or ‘Malayan Archipelago’ would become respectively Indu-nesians or Malayunesians. I have chosen the latter…. Their language, too, is spoken at every sea-port, with the exeption of those of the Northern Phillipines,” tulis Earl.
(… telah tiba waktu ketika nama yang khusus untuk ras kulit cokelat dari Indian Archipelago menjadi amat dibutuhkan. Dan penamaan itu mesti sedekat mungkin dengan istilah yang telah diketahui di seluruh dunia, yakni ‘Indian Archipelago’ atau ‘Malayan Archipelago’. Dengan mengadopsi kata Yunani untuk ‘pulau’ sebagai batasan, yang dapat dijadikan sebagai contoh dalam istilah ‘Polinesia’, penduduk dari ‘Indian Archipelago’ atau ‘Malayan Archipelago’ akan dikenal menjadi Indu-nesians atau Malayunesians. Saya telah memilih yang terakhir…. Bahasa mereka juga diucapkan di setiap pelabuhan, kecuali oleh orang-orang dari Filipina Utara.)
Kritik yang dilontarkan oleh Earl, yang bagaimanapun menghunjam nama jurnal itu sendiri, dijawab langsung oleh Logan di jurnal dan edisi yang sama, yakni di volume 4 (1850). Logan menulis artikel ‘The Ethnology of the Indian Archipelago, embracing enquiries into the Continental relations of the Indo-Pasific Islanders’.
Logan merasa bahwa nama Indian Archipelago memang terlalu panjang. Dan pada saat yang sama, meski tetap bertahan dengan ‘Indian Archipelago’ karena sudah akrab di telinga Eropa, ia tertarik dengan gagasan ‘Indu-nesian’ dari Earl, yang sudah menyelipkan pengertian Yunani pada pengertian ‘pulau’. Karena itu, ia mengubah nama ‘Indu-nesians’ dari Earl menjadi ‘Indonesia’, yang tak lain merupakan pemendekan dari ‘Indian Archipelago’.
“The name Indian Archipelago is too long to admit of being used in an adjective or in an ethnographical form. Mr Earl suggest the ethnographical term Indu-nesians but reject it in favour of Malayunesians. For reasons which will be obvious on reading a subsequent note, I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. We thus get Indonesian for Indian Archipelagian or Archipelagic, and Indonesians for Indian Archipelagians or Indian Islander,” tulis Logan.
(Nama Indian Archipelago terlalu panjang untuk dapat digunakan dalam sebuah kata sifat atau dalam suatu bentuk etnografi. Pak Earl menyarankan istilah etnografi Indu-nesians, dan menolaknya untuk lebih mendukung istilah Malayunesians. Dengan alasannya yang akan saya susulkan, saya lebih senang dengan istilah geografis yang murni ‘Indonesia’, yang merupakan sinonim lebih pendek untuk ‘Indian Islands’ atau ‘Indian Archipelago’. Dengan demikian, kita mendapatkan ‘Indonesian’ untuk ‘Indian Archipelagian atau Archipelagic’, dan Indonesians untuk ‘Indian Archipelagians’ atau ‘India Islanders’.)
Pandangan Logan ini membuat dirinya menjadi yang pertama kali menggunakan nama ‘Indonesia’ untuk menjelaskan geografi kepulauan tersebut. Ketika itu, ‘Indonesia’ yang ia jelaskan terbentang dari Sumatera hingga Formosa (Taiwan).

..nyambung dibawahemoticon-I Love Indonesia (S)


SUMBER
Diubah oleh Sandhynesia 07-05-2013 15:14
0
1.7K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan