- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Pemerintah Ungkap Kenapa Produk China Bisa Lebih Murah


TS
capcipcupshop
Pemerintah Ungkap Kenapa Produk China Bisa Lebih Murah

Quote:
VIVAnews- Menteri Perindustrian, MS Hidayat, Selasa 7 Mei 2013, menyatakan maraknya produk China yang membanjiri pasar Indonesia tidak lepas dari peran pemerintah negeri tirai bambu tersebut.
"Di China ada pengembalian pajak yang diterapkan pemerintah. Itulah alasan produk China lebih murah 20-30 persen dibandingkan produk nasional," kata Hidayat di Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Mantan Ketua Umum Kadin ini menjelaskan pemerintah akan mengembalikan pajak kepada para pengusaha sebesar 13-15 persen jika mereka mengekspor barang ke luar negeri. Untuk itu, para pengusaha China berlomba-lomba mengekspor barangnya dengan batas keuntungan (margin) yang kecil.
"Nanti pemerintah akan mengembalikan pajak pertambahan nilai dari omzet ekspornya, ini adalah keuntungan bagi pengusaha," katanya.
Ia pernah mengusulkan untuk menerapkan sistem ini untuk merangsang ekspor Indonesia. Namun, usulan tersebut ditolak karena Indonesia saat ini masih menggenjot penerimaan negara dari pajak.
"Di China ada pengembalian pajak yang diterapkan pemerintah. Itulah alasan produk China lebih murah 20-30 persen dibandingkan produk nasional," kata Hidayat di Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Mantan Ketua Umum Kadin ini menjelaskan pemerintah akan mengembalikan pajak kepada para pengusaha sebesar 13-15 persen jika mereka mengekspor barang ke luar negeri. Untuk itu, para pengusaha China berlomba-lomba mengekspor barangnya dengan batas keuntungan (margin) yang kecil.
"Nanti pemerintah akan mengembalikan pajak pertambahan nilai dari omzet ekspornya, ini adalah keuntungan bagi pengusaha," katanya.
Ia pernah mengusulkan untuk menerapkan sistem ini untuk merangsang ekspor Indonesia. Namun, usulan tersebut ditolak karena Indonesia saat ini masih menggenjot penerimaan negara dari pajak.
SUMBER
Pendapat Lain
Quote:
China (Tiongkok) termasuk negara unik, menarik banyak kalangan ilmuwan yang kerap melakukan kajian tentang idiologi. Asumsi yang menjadi keyakinan bersama bahwa demokrasi politik merupakan cara untuk membangun negara menjadi lebih sejahtera. Saya tidak berkesimpulan bahwa China sudah menjadi negara makmur (sejahtera), tapi harus diakui China sudah menjadi pemain utama ekonomi dunia. Jutaan warganya menjadi milioner dalam sepuluh tahun terakhir ini. Itu pertanda bahwa negara ini sedang bergerak maju. Pada saat krisis global tahun 2008, hampir semua negara mengalami pertumbuhan minus, sementara China tetap tumbuh sekitar 8 persen.
Pertanyaan saya, apakah demokrasi politik akan menjamin demokrasi ekonomi (negara lebih sejahtera)? Atas pertanyaan ini, China mungkin menjadi salah satu negara pengecualian asumsi ini. Betapa tidak, China menganut liberalisasi ekonomi yang sangat massif, sementara perilaku demokrasi politik masih jauh. Kekuasaan politik China masih didominasi oleh partai komunis, tidak ada proses pemilhan umum. Semua kritik dibungkam secara keras, pers tidak bisa bersuara kritis, ini yang saya maksudkan negeri yang unik secara idiologi.
Liberalisasi ekonomi yang dipilih China, tentu sulit dicerna dengan sederhana logika teori yang memadukan antara kapitalisme ekonomi dan komunisme politik, tapi itu bisa terjadi di China. Liberalisasi ekonomi dan praktek ekonomi pasar yang dijalankan mendorong China makin agresif sebagai pelaku dan konsumen terbesar dunia. Karena itu hampir semua multi national company (mnc) membuka cabang di China, bahkan sebagian besar justru memindahkan kantor pusatnya ke negeri itu.
Hasilnya, hampir semua produk China merajai semua pasar-pasar. Kemampuan melakukan produk massal mengakibatkan industrinya lebih efisien dan kompetitif sehingga produk-produk China lebih murah, kendati dari segi kualitas sebetulnya tidak lebih baik dari produk lokal Indonesia sendiri. Mengapa China begitu hebat membangun ekonominya?, sudah ratusan buku dan tulisan yang mengulas kehebatan China dari segi ekonomi, bahkan kemampuan militernya juga makin maju.
Secara sosilogis, China begitu cepat maju karena tidak terlepas dari apa yang disebut oleh Wibowo (2006) memiliki jaring laba-laba keluarga. Pedagang-pedagang China berhasil menembus pasar kemana-mana karena menggunakan jaringan ini. Selain itu kemampuan kepercayaan mereka juga dijaga dengan baik diantara mereka, serta ikatan keluarga sangat kuat. Jika dikaji lebih mendalam, investasi di China bukan datang dominan dari orang Jepang, Eropa dan Amerika tapi didominasi oleh investor dari China perantauan.
Terkait dengan kemampuan China menghasilkan barang-barang murah, banyak faktor yang menyebabkan produk China bisa begitu murah. Pertama adalah biaya uang (cost of fund). Dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah dibandingkan di Indonesia, pengusaha China akan jauh lebih diuntungkan. Kedua, infrastruktur yang ada di China lebih tersedia sehingga bisa membuat perusahaan lebih efisien. Ketiga, Pemerintah China memberikan insentif pengurangan pajak hingga 15 persen kepada perusahaan yang berorientasi ekspor. Keempat, kepastian berusaha di China jauh lebih kondusif sehingga segala macam proses perizinan bisa berjalan cepat.
Hal lain yang patut dicermati mengapa produk China begitu murah? Umumnya industri-industri biaya komponennya yang paling besar terletak pada biaya riset dan pengembangan. China mampu menyiasati pada variabel research and development ini dengan memanfaatkan apa yang disebut reverse engineering. Reverse engineering, merupakan suatu kegiatan membuat kembali produk yang sudah ada dengan menggunakan part, material, serta cara pembuatan yang sama seperti produk aslinya. Dengan kata lain meniru. Reverse Engineering ada dua (2) jenis, yaitu: Meniru material, bentuk sesuai dengan aslinya. Meniru material, bentuk tetapi dilakukan modifikasi. Dengan memanfaatkan metode produk China dapat memanfaatkan beragam jenis produk dalam waktu yang singkat.
Setidaknya, Apa yang Harus Dibenahi Pemerintah?
Penerapan pasar bebas di kawasan regional ASEAN dan China sudah kadung berjalan, artinya kita siap atau tidak siap harus siap menghadapi realitas –globalisasi–. Dalam konteks free competition pasti ada pemenang (dominan) dan pihak yang merugi, secara normatif permainan diarena globalisasi relatif ideal. Hanya saja perlu dukungan dan kesiapan yang memadai, ibarat orang bertanding dalam dunia olah raga, mustahil akan jadi juara tanpa pernah latihan. Aktifitas latihan perlu dukungan infrastruktur dan SDM yang tangguh.
Dalam ranah perdagangan bebas, tentu juga membutuhkan kesiapan. Jika tidak jangka panjangnya kita sekedar jadi penonton saja, membeli karcis untuk menonton pertandingan di lapangan luas (pasar) kita, dan yang bermain negara lain. Banyak hal yang mendasar yang harus dibenahi oleh pemerintah menghadapi realitas ini. Dalam banyak hasil studi menunjukkan daya saing kita relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, karena pelayanan birokrasi yang belum optimal, masalah-masalah perbankan yang belum terlalu kompetitif dibandingkan dengan perbankan di luar, masalah infrastruktur, pasokan listrik dan sinkronisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Belum lagi kasus korupsi dan penyelundupan yang banyak merugikan produsen lokal, sehingga daya saing kita makin melemah.
Terkait dengan rendahnya daya saing industri manufaktur, antara lain akibat kegagalan PLN dalam menjaga pasokan listrik dan tingkat harga. Ironisnya, tingginya biaya produksi terjadi karena PLN tidak mendapat dukungan pasokan energi murah baik batu bara maupun gas dari pemerintah. Padahal Indonesia memiliki kekayaan energi alam yang tidak kalah jika dibandingkan dengan China. Tetapi pemerintah Indonesia memilih menjadikan batu bara dan gas sebagai komoditas ekspor, bukan modal untuk membangun industri. Kendati pemerintah telah berulang kali mempublis secara luas, bahwa energi kita lebih diutamakan domestic oriented, tapi dalam implementasinya tidak jalan.
Pertanyaan saya, apakah demokrasi politik akan menjamin demokrasi ekonomi (negara lebih sejahtera)? Atas pertanyaan ini, China mungkin menjadi salah satu negara pengecualian asumsi ini. Betapa tidak, China menganut liberalisasi ekonomi yang sangat massif, sementara perilaku demokrasi politik masih jauh. Kekuasaan politik China masih didominasi oleh partai komunis, tidak ada proses pemilhan umum. Semua kritik dibungkam secara keras, pers tidak bisa bersuara kritis, ini yang saya maksudkan negeri yang unik secara idiologi.
Liberalisasi ekonomi yang dipilih China, tentu sulit dicerna dengan sederhana logika teori yang memadukan antara kapitalisme ekonomi dan komunisme politik, tapi itu bisa terjadi di China. Liberalisasi ekonomi dan praktek ekonomi pasar yang dijalankan mendorong China makin agresif sebagai pelaku dan konsumen terbesar dunia. Karena itu hampir semua multi national company (mnc) membuka cabang di China, bahkan sebagian besar justru memindahkan kantor pusatnya ke negeri itu.
Hasilnya, hampir semua produk China merajai semua pasar-pasar. Kemampuan melakukan produk massal mengakibatkan industrinya lebih efisien dan kompetitif sehingga produk-produk China lebih murah, kendati dari segi kualitas sebetulnya tidak lebih baik dari produk lokal Indonesia sendiri. Mengapa China begitu hebat membangun ekonominya?, sudah ratusan buku dan tulisan yang mengulas kehebatan China dari segi ekonomi, bahkan kemampuan militernya juga makin maju.
Secara sosilogis, China begitu cepat maju karena tidak terlepas dari apa yang disebut oleh Wibowo (2006) memiliki jaring laba-laba keluarga. Pedagang-pedagang China berhasil menembus pasar kemana-mana karena menggunakan jaringan ini. Selain itu kemampuan kepercayaan mereka juga dijaga dengan baik diantara mereka, serta ikatan keluarga sangat kuat. Jika dikaji lebih mendalam, investasi di China bukan datang dominan dari orang Jepang, Eropa dan Amerika tapi didominasi oleh investor dari China perantauan.
Terkait dengan kemampuan China menghasilkan barang-barang murah, banyak faktor yang menyebabkan produk China bisa begitu murah. Pertama adalah biaya uang (cost of fund). Dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah dibandingkan di Indonesia, pengusaha China akan jauh lebih diuntungkan. Kedua, infrastruktur yang ada di China lebih tersedia sehingga bisa membuat perusahaan lebih efisien. Ketiga, Pemerintah China memberikan insentif pengurangan pajak hingga 15 persen kepada perusahaan yang berorientasi ekspor. Keempat, kepastian berusaha di China jauh lebih kondusif sehingga segala macam proses perizinan bisa berjalan cepat.
Hal lain yang patut dicermati mengapa produk China begitu murah? Umumnya industri-industri biaya komponennya yang paling besar terletak pada biaya riset dan pengembangan. China mampu menyiasati pada variabel research and development ini dengan memanfaatkan apa yang disebut reverse engineering. Reverse engineering, merupakan suatu kegiatan membuat kembali produk yang sudah ada dengan menggunakan part, material, serta cara pembuatan yang sama seperti produk aslinya. Dengan kata lain meniru. Reverse Engineering ada dua (2) jenis, yaitu: Meniru material, bentuk sesuai dengan aslinya. Meniru material, bentuk tetapi dilakukan modifikasi. Dengan memanfaatkan metode produk China dapat memanfaatkan beragam jenis produk dalam waktu yang singkat.
Setidaknya, Apa yang Harus Dibenahi Pemerintah?
Penerapan pasar bebas di kawasan regional ASEAN dan China sudah kadung berjalan, artinya kita siap atau tidak siap harus siap menghadapi realitas –globalisasi–. Dalam konteks free competition pasti ada pemenang (dominan) dan pihak yang merugi, secara normatif permainan diarena globalisasi relatif ideal. Hanya saja perlu dukungan dan kesiapan yang memadai, ibarat orang bertanding dalam dunia olah raga, mustahil akan jadi juara tanpa pernah latihan. Aktifitas latihan perlu dukungan infrastruktur dan SDM yang tangguh.
Dalam ranah perdagangan bebas, tentu juga membutuhkan kesiapan. Jika tidak jangka panjangnya kita sekedar jadi penonton saja, membeli karcis untuk menonton pertandingan di lapangan luas (pasar) kita, dan yang bermain negara lain. Banyak hal yang mendasar yang harus dibenahi oleh pemerintah menghadapi realitas ini. Dalam banyak hasil studi menunjukkan daya saing kita relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, karena pelayanan birokrasi yang belum optimal, masalah-masalah perbankan yang belum terlalu kompetitif dibandingkan dengan perbankan di luar, masalah infrastruktur, pasokan listrik dan sinkronisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Belum lagi kasus korupsi dan penyelundupan yang banyak merugikan produsen lokal, sehingga daya saing kita makin melemah.
Terkait dengan rendahnya daya saing industri manufaktur, antara lain akibat kegagalan PLN dalam menjaga pasokan listrik dan tingkat harga. Ironisnya, tingginya biaya produksi terjadi karena PLN tidak mendapat dukungan pasokan energi murah baik batu bara maupun gas dari pemerintah. Padahal Indonesia memiliki kekayaan energi alam yang tidak kalah jika dibandingkan dengan China. Tetapi pemerintah Indonesia memilih menjadikan batu bara dan gas sebagai komoditas ekspor, bukan modal untuk membangun industri. Kendati pemerintah telah berulang kali mempublis secara luas, bahwa energi kita lebih diutamakan domestic oriented, tapi dalam implementasinya tidak jalan.
SUMBER
Kira-kira kapan indonesia bisa begini yaah, uang pajak dikembalikan lagi

Diubah oleh capcipcupshop 07-05-2013 10:07
0
11.3K
Kutip
30
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan