- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Rudi Suardana : "Lebih Baik Menjadi BOS Meskipun Kecil" Yatim Piatu Sukses !


TS
wijanarkoz
Rudi Suardana : "Lebih Baik Menjadi BOS Meskipun Kecil" Yatim Piatu Sukses !
Quote:
Quote:
Original Posted By wijanarkoz
Budayakan Membaca dan Menghargai TS dengan Cara







Quote:
Original Posted By wijanarkoz
Ane Lebih Menghargai Junkers Dari Pada Silent Reader 
Junkers Masih Meninggalkan Jejak Dari pada Silent Reader




Spoiler for Check RepsoL:
Quote:
Original Posted By wijanarkoz
Buat agan agan yang Yatim Piatu Jangan bersedih hati karena takut gagal . apalagi sampai minder karena kita sudah tidak mempunyai Orang tua
, sebaliknya dengan kita di berikan cobaan itu seharusnya kita bisa dan mampu menunjukan kepada DUNIA kalo kita

"Yatim Piatu , Kita Bisa Juga Sukses"
Quote:
Quote:
Original Posted By wijanarkoz
Sosok Rudy Suardana bagi masyarakat Kalimantan Timur bukanlah orang asing. Orang-orang biasanya menghubungkan sosok ini dengan Samekarindon Indah Group, sebuah group perusahaan otomotif yang memang sangat terkenal di Kaltim.apalagi di Balikpapan. Belakangan Rudy semakin dikenal karena aktif mengembangkan sejumlah proyek properti di Kaltim. Untuk lebih mengenal Bapak Rudy Suardana berikut Biodata Bapak Rudy
Quote:
Original Posted By wijanarkoz
Nama
- Rudi Suardana -
Tempat, tanggal lahir
- Banjarmasin, 13 Mei 1938 -
Istri
- Susianawati -
Menikah
- 1959 -
Anak
- 4 orang -
Cucu
- 7 orang -
Penghargaan
- Peraih Upakarti dari Presiden Soeharto pada tahun 1993 -
Quote:
Original Posted By wijanarkoz
Sejak berusia empat tahun Rudy Suardana menjadi yatim piatu. Terkadang, ia sedih melihat keadaannya. Namun, dengan tekad dan semangat kuat ia mampu mengatasi gejolak perasaan itu.
Pengalamannya sebagai Kepala Cabang Koperasi Angkatan Laut di Jember, Jawa Timur, memberi pelajaran berharga baginya bagaimana cara berdagang. Kini, ia dikenal sebagai salah satu pengusaha tersukses di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.
Ibunya meninggal pada saat ia berumur dua tahun. Dua tahun kemudian, ia juga harus kehilangan ayahnya yang diculik tentara Jepang. Sejak itu Rudy tinggal di panti yatim piatu Yayasan Katolik di Surabaya. Seperti anak yatim piatu yang lain, Rudy mengaku sering merenungi nasibnya mengapa ia tak memiliki orang tua.
Bahkan, semasa perang ia selalu menjadi pasukan terdepan dengan niat cepat "mati". Tuhan berkehendak lain, ia selalu selamat. Perlahan ia belajar menerima status sebagai anak yatim piatu. Situasi ini yang memaksanya untuk menjadi pribadi ulet dan tidak mudah putus asa menghadapi masalah.
Saat dewasa, ia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya. Sambil kuliah Rudy berdagang sepeda motor dan mobil bekas. Merk-merk terkenal saat itu seperti Holden, Fiat, dan lainnya ia dagangkan. Ia jual barang-barang itu sekitar Rp 4,5 juta, dari situ ia mendapatkan untung sekitar Rp 500 ribu.
Pada tahun 1959, ia menikah dengan Susianawati. Gadis yang ia pacari selama dua tahun. Rudy mengaku, mertuanya yang menyarankan segera menikah. "Nggak boleh pacaran lama-lama" demikian prinsip mertuanya saat itu.
Bakat dagangnya masih terasa. Tahun 1962-1967, Rudy mengikuti wajib militer di Angkatan Laut. Oleh atasannya, ia ditempatkan di Koperasi Angkatan Laut Kota Surabaya. Tikar, tembakau, garam, dan beras Banyuwangi adalah beberapa barang dagangannya.
Prestasinya yang bagus membuat Rudy diangkat menjadi kepala cabang koperasi di Jember. Gejolak politik yang terjadi pada tahun-tahun itu ternyata tidak memberikan dampak baginya. Rudy mengaku, ia tidak pernah mempunyai masalah mengenai identitasnya sebagai keturunan Tionghoa. Syaratnya mudah, cukup pandai bergaul dan rajin menolong orang lain.
Pada tahun 1974, Mayor Angkatan Laut ini kemudian hijrah ke tanah kelahirannya, Banjarmasin. Di sana ia mendapat tawaran untuk menjadi sub dealer Suzuki dari rekannya yang berkedudukan di Surabaya. Rudy kemudian mendirikan CV Buana Motor. Namun, kondisi itu tak bertahan lama. Selang enam bulan, izin rekannya yang berkedudukan di Surabaya dicabut oleh Indohero, dealer resmi Suzuki waktu itu.
Rudy menunjukkan solidaritas yang tinggi terhadap rekannya. Ia tak mau bekerjasama dengan Indohero yang terus membujuknya. Maklum, perusahaan Rudy saat itu termasuk perusahaan yang sehat dengan penjualan motor sekitar 50-60 motor/bulannya.
Namun, hati Rudy luluh juga. Ia kemudian menerima tawaran itu dan mengubah nama dealernya menjadi PT Sasana Megah Karya (SMK). Sebuah terobosan baru ia perkenalkan, bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia, PT SMK menjadi satu-satunya dealer di Indonesia yang menggunakan sistem perkreditan dalam pembelian motor Suzuki.
Naluri bisnisnya bermain, pada tahun 1976 ia kemudian hijrah ke Kalimantan Timur, provinsi yang menurutnya mempunyai potensi besar untuk digarap. Perusahaannya di Banjarmasin kemudian diserahkan kepada rekannya.
Pada tahun itu juga, pemilik shio Macan ini mendirikan CV Samekar Indah di Karang Jati, Balikpapan. Ia membawa sistem yang ia kembangkan di Banjarmasin yakni perkreditan. Rudy memberikan kemudahan memiliki sepeda motor kepada guru dan Pegawai Negeri Sipil melalui sistem perkreditan. Usahanya cepat berkembang, pada tahun 1978, perusahaannya berubah nama menjadi PT Samekar Indo Indah.
Kini, PT Samekar Indo Indah memiliki 26 outlet yang tersebar di seluruh Kaltim dan peringkat kedua penjualan untuk wilayah Kalimantan di bawah Kalsel dan Kalteng. Kesuksesan telah digenggamnya, sebagai pemilik Samekar Indo Indah dan beberapa Real Estate Rudi masih menyisakan impian. Di masa tuanya, Rudi ingin melihat anak-anak dan cucunya menjadi manusia yang mandiri seperti dirinya.
Sejak berusia empat tahun Rudy Suardana menjadi yatim piatu. Terkadang, ia sedih melihat keadaannya. Namun, dengan tekad dan semangat kuat ia mampu mengatasi gejolak perasaan itu.
Pengalamannya sebagai Kepala Cabang Koperasi Angkatan Laut di Jember, Jawa Timur, memberi pelajaran berharga baginya bagaimana cara berdagang. Kini, ia dikenal sebagai salah satu pengusaha tersukses di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.
Ibunya meninggal pada saat ia berumur dua tahun. Dua tahun kemudian, ia juga harus kehilangan ayahnya yang diculik tentara Jepang. Sejak itu Rudy tinggal di panti yatim piatu Yayasan Katolik di Surabaya. Seperti anak yatim piatu yang lain, Rudy mengaku sering merenungi nasibnya mengapa ia tak memiliki orang tua.
Bahkan, semasa perang ia selalu menjadi pasukan terdepan dengan niat cepat "mati". Tuhan berkehendak lain, ia selalu selamat. Perlahan ia belajar menerima status sebagai anak yatim piatu. Situasi ini yang memaksanya untuk menjadi pribadi ulet dan tidak mudah putus asa menghadapi masalah.
Saat dewasa, ia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya. Sambil kuliah Rudy berdagang sepeda motor dan mobil bekas. Merk-merk terkenal saat itu seperti Holden, Fiat, dan lainnya ia dagangkan. Ia jual barang-barang itu sekitar Rp 4,5 juta, dari situ ia mendapatkan untung sekitar Rp 500 ribu.
Pada tahun 1959, ia menikah dengan Susianawati. Gadis yang ia pacari selama dua tahun. Rudy mengaku, mertuanya yang menyarankan segera menikah. "Nggak boleh pacaran lama-lama" demikian prinsip mertuanya saat itu.
Bakat dagangnya masih terasa. Tahun 1962-1967, Rudy mengikuti wajib militer di Angkatan Laut. Oleh atasannya, ia ditempatkan di Koperasi Angkatan Laut Kota Surabaya. Tikar, tembakau, garam, dan beras Banyuwangi adalah beberapa barang dagangannya.
Prestasinya yang bagus membuat Rudy diangkat menjadi kepala cabang koperasi di Jember. Gejolak politik yang terjadi pada tahun-tahun itu ternyata tidak memberikan dampak baginya. Rudy mengaku, ia tidak pernah mempunyai masalah mengenai identitasnya sebagai keturunan Tionghoa. Syaratnya mudah, cukup pandai bergaul dan rajin menolong orang lain.
Pada tahun 1974, Mayor Angkatan Laut ini kemudian hijrah ke tanah kelahirannya, Banjarmasin. Di sana ia mendapat tawaran untuk menjadi sub dealer Suzuki dari rekannya yang berkedudukan di Surabaya. Rudy kemudian mendirikan CV Buana Motor. Namun, kondisi itu tak bertahan lama. Selang enam bulan, izin rekannya yang berkedudukan di Surabaya dicabut oleh Indohero, dealer resmi Suzuki waktu itu.
Rudy menunjukkan solidaritas yang tinggi terhadap rekannya. Ia tak mau bekerjasama dengan Indohero yang terus membujuknya. Maklum, perusahaan Rudy saat itu termasuk perusahaan yang sehat dengan penjualan motor sekitar 50-60 motor/bulannya.
Namun, hati Rudy luluh juga. Ia kemudian menerima tawaran itu dan mengubah nama dealernya menjadi PT Sasana Megah Karya (SMK). Sebuah terobosan baru ia perkenalkan, bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia, PT SMK menjadi satu-satunya dealer di Indonesia yang menggunakan sistem perkreditan dalam pembelian motor Suzuki.
Naluri bisnisnya bermain, pada tahun 1976 ia kemudian hijrah ke Kalimantan Timur, provinsi yang menurutnya mempunyai potensi besar untuk digarap. Perusahaannya di Banjarmasin kemudian diserahkan kepada rekannya.
Pada tahun itu juga, pemilik shio Macan ini mendirikan CV Samekar Indah di Karang Jati, Balikpapan. Ia membawa sistem yang ia kembangkan di Banjarmasin yakni perkreditan. Rudy memberikan kemudahan memiliki sepeda motor kepada guru dan Pegawai Negeri Sipil melalui sistem perkreditan. Usahanya cepat berkembang, pada tahun 1978, perusahaannya berubah nama menjadi PT Samekar Indo Indah.
Kini, PT Samekar Indo Indah memiliki 26 outlet yang tersebar di seluruh Kaltim dan peringkat kedua penjualan untuk wilayah Kalimantan di bawah Kalsel dan Kalteng. Kesuksesan telah digenggamnya, sebagai pemilik Samekar Indo Indah dan beberapa Real Estate Rudi masih menyisakan impian. Di masa tuanya, Rudi ingin melihat anak-anak dan cucunya menjadi manusia yang mandiri seperti dirinya.
Quote:
Original Posted By wijanarkoz
Collector Only 
Tidak Menerima 




0
5K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan