- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sepakbola Indonesia (akan) Mati. Part Dua.


TS
vanberbatov
Sepakbola Indonesia (akan) Mati. Part Dua.
Bisakah Kita Hidup Dari Sepakbola?
Ya, inilah lanjutan dari trilogy yang saya tuliskan. Bagian Satu
Sebenarnya tulisan kedua ini lebih kepada pengalaman pribadi yang dialami teman saya, seorang teman masa kecil yang tidak bisa menjadi pesepakbola professional dikarenakan ijin dari orang tua nya. Namanya Domi, dia pemain yang sangat berbakat, saya masih ingat posisi nya adalah gelandang bertahan, mampu menjaga pertahanan, mengalirkan umpan jauh ke depan dengan akurasi tinggi, dan punya tendangan “geledek”. Dengan kemampuan macam ini sebenarnya ada beberapa klub di Indonesia yang menginginkan jasa nya di usia 15 tahun, hanya orang tua nya melarang dengan alasan “Dom, kalo kamu jadi pemain bola, atau olahragawan di Indonesia, paling kamu Cuma hidup sampe umur 32 an. Selebihnya kamu bakal melarat, gak diurus sama Negara.” Akhirnya Domi sekarang nerusin toko sembako orang tua nya.
Ini memang imbas dari sepakbola kita yang belum menjadi sebuah perusahaan, sehingga siapapun yang bergelut di dalam nya harus siap untuk bekerja dengan banyak ikhlas. Miris memang, tapi kenyataan nya begitu. Di Eropa sana para pemain sepakbola yang mungkin tidak dikenal pun masih bisa menghidupi keluarga nya dengan bekerja di media massa, atau jadi pelatih, sebagai pengamat, penulis berita, atau komentator, dan jika benar2 pensiun dari dunia professional, mereka diurus oleh Negara.
Buat saya, kunci nya hanya satu. Klub di Indonesia harus berani lepas dari APBD, awalnya memang susah, tapi yang namanya usaha memang tidak ada yang mudah di awal kan? Ketimbang memaksakan membangun klub tapi di depan tidak menggaji pemain selama berbulan-bulan karna APBD tidak turun, bukan kah lebih baik belajar manajemen bisnis yang baik?
Saya orang Jakarta, tapi secara jujur saya kagum pada Persib Bandung, setidaknya mereka tidak perlu datang ke kantor Gubernur nya untuk demo minta stadion.
Terlintas dalam pikiran saya, jika memang kita cinta sepakbola, kenapa kita tidak menghidupkan sepakbola dengan baik agar olahraga ini bisa berguna bagi mereka yang berbakat, bisa bikin asap di dapur ngebul terus. Untuk para direksi klub sepakbola di Indonesia dan suporter yang mengaku fanatik, benar kalian cinta sepakbola, benar kalian cinta pemain2 idola kalian? Jika iya, jangan biarkan mereka tidak bisa makan, bergerak, hidupkan klub idola kalian, jika klub dari Bandung bisa, mestinya daerah lain pun BISA!
Ya, inilah lanjutan dari trilogy yang saya tuliskan. Bagian Satu
Sebenarnya tulisan kedua ini lebih kepada pengalaman pribadi yang dialami teman saya, seorang teman masa kecil yang tidak bisa menjadi pesepakbola professional dikarenakan ijin dari orang tua nya. Namanya Domi, dia pemain yang sangat berbakat, saya masih ingat posisi nya adalah gelandang bertahan, mampu menjaga pertahanan, mengalirkan umpan jauh ke depan dengan akurasi tinggi, dan punya tendangan “geledek”. Dengan kemampuan macam ini sebenarnya ada beberapa klub di Indonesia yang menginginkan jasa nya di usia 15 tahun, hanya orang tua nya melarang dengan alasan “Dom, kalo kamu jadi pemain bola, atau olahragawan di Indonesia, paling kamu Cuma hidup sampe umur 32 an. Selebihnya kamu bakal melarat, gak diurus sama Negara.” Akhirnya Domi sekarang nerusin toko sembako orang tua nya.
Ini memang imbas dari sepakbola kita yang belum menjadi sebuah perusahaan, sehingga siapapun yang bergelut di dalam nya harus siap untuk bekerja dengan banyak ikhlas. Miris memang, tapi kenyataan nya begitu. Di Eropa sana para pemain sepakbola yang mungkin tidak dikenal pun masih bisa menghidupi keluarga nya dengan bekerja di media massa, atau jadi pelatih, sebagai pengamat, penulis berita, atau komentator, dan jika benar2 pensiun dari dunia professional, mereka diurus oleh Negara.
Buat saya, kunci nya hanya satu. Klub di Indonesia harus berani lepas dari APBD, awalnya memang susah, tapi yang namanya usaha memang tidak ada yang mudah di awal kan? Ketimbang memaksakan membangun klub tapi di depan tidak menggaji pemain selama berbulan-bulan karna APBD tidak turun, bukan kah lebih baik belajar manajemen bisnis yang baik?
Saya orang Jakarta, tapi secara jujur saya kagum pada Persib Bandung, setidaknya mereka tidak perlu datang ke kantor Gubernur nya untuk demo minta stadion.
Terlintas dalam pikiran saya, jika memang kita cinta sepakbola, kenapa kita tidak menghidupkan sepakbola dengan baik agar olahraga ini bisa berguna bagi mereka yang berbakat, bisa bikin asap di dapur ngebul terus. Untuk para direksi klub sepakbola di Indonesia dan suporter yang mengaku fanatik, benar kalian cinta sepakbola, benar kalian cinta pemain2 idola kalian? Jika iya, jangan biarkan mereka tidak bisa makan, bergerak, hidupkan klub idola kalian, jika klub dari Bandung bisa, mestinya daerah lain pun BISA!

0
1.3K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan