- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[NEW]Pembunuhan berantai sadis, modus pertemanan di sosial media di SUMBAR [REAL!]
TS
tanjjidin
[NEW]Pembunuhan berantai sadis, modus pertemanan di sosial media di SUMBAR [REAL!]
Assalamu'alaikum WR. WB
BUKITTINGGI, METRO-Semua sudah diatur secara rapi oleh Wisnu Sadewa (32)—tersangka pembunuhan berantai asal Nagari Pakansinayan, Kecamatan Banuhampu ini. Dengan membuat tujuh akun facebook, Wisnu menyamar sebagai perempuan dan mencari target sasarannya yakni gadis-gadis muda. Dia menargetkan selama satu bulan berkenalan dan berkomunikasi hanya lewat pesan pendek di SMS, sehingga penyamarannya sebagai perempuan tidak terbongkar.
Kamis (2/5) di Mapolres Bukittinggi, Wisnu yang sudah menghabisi nyawa dua gadis muda, Rusyada Nabila (16)— pelajar kelas I Pondok Pesantren Diniyah V Jurai, Sungaipua, Agam dan Nefrida Yanti (23)—warga Jorong Balai Badak, Kenagarian Batukambiang, Kecamatan IV Nagari, Agam, kembali menjalani pemeriksaan. Aparat kepolisian tidak percaya, jika tersangka hanya membunuh dua korban. Pasalnya, aparat kepolisian menerima ada sekitar tujuh hingga delapan laporan masyarakat yang anggota keluarganya hilang.
Di hadapan polisi, Wisnu kemarin, membuka satu persatu akun facebook (Fb) yang telah dibuatnya. Ketujuh akun facebook itu, semuanya dengan nama perempuan dan memakai foto-foto perempuan yang berbeda.
“Saya memulai mengenal facebook sekitar 2007. Mulanya saya memakai nama asli yakni Wisnu Sadewa,” begitu kata tersangka kepada penyidik Polres Bukittinggi, kemarin.
Akan tetapi, mulai pertengahan 2012, Wisnu mulai berulah. Dia pun memiliki keasyikan tersendiri dengan membuat akun palsu. Ya, dia membuat akun sebanyak-banyaknya agar bisa berkenalan dengan perempuan. Dengan kemahirannya mengarang cerita dan merayu, ia pun berhasil mengajak kenalan teman-teman di facebook palsunya itu.
“Setelah saya berhasil membuat mereka percaya, akhirnya mulai timbul niat jahat itu. Saya ingin mengambil keuntungan dari kenalan yang rata-rata masih muda itu yakni, merampas harta bendanya, meski dengan cara harus dibunuh,” ungkap Wisnu.
Akhirnya, korban pertama yang masuk perangkap tersangka adalah Nefrida Yanti (23). Ketika itu, selama satu bulan, Wisnu dengan memakai nama Amel, berkomunikasi secara baik dengan korban. Agar korban percaya, Wisnu sering curhat tentang masalah keluarganya. Dengan nama Amel, Wisnu bercerita kalau dia adalah perempuan yang jauh tinggal dengan keluarganya. Meski demikian, Amel bisa bertahan hidup.
“Lalu, biar korban percaya, sesekali saya kirimkan dia pulsa. Saya bilang, ada rezeki sedikit, sehingga membuat korban terharu dan makin percaya dengan saya,” ungkap Wisnu.
Agar penyamarannya tak ketahuan, Wisnu tak mau berkomunikasi langsung lewat pembicaraan di handphone. Ketika berkomunikasi dengan korban, Nefrida Yanti, selalu lewat SMS dan chatting (percakapan) di facebook.
“Korban sudah menganggap saya seperti saudaranya, karena, ya itu tadi. Saya sering mengirimkan pulsa dan membuat dia senang. Saya juga curhat tentang kesusahan saya hidup jauh dari saudara dan orangtua, sehingga membuat korban kasihan,” kata pria bertubuh kurus ini.
Eksekusi Dimulai
Setelah memastikan tak ada masalah, korban percaya dan masuk “perangkap,” Wisnu mulai melakukan eksekusi. Dia menyusun rencana dengan mengajak sang korban kopi darat (bertemu langsung-red). Akhirnya Wisnu berhasil mengajak Nefrida Yanti bertemu pada Minggu (3/2) di perempatan Terminal Auakuning.
“Supaya korban tak curiga, saya pun sudah mengarang cerita. Saya mengaku sebagai kakak kandung dari Amel, sehingga korban tak curiga,” sebut Wisnu.
Nama Korban Dicoret
Setelah berhasil menghabisi nyawa korban pertamanya, Nefrida Yanti Minggu (3/2) malam di daerah Kotogadang, dekat areal persawahan dan semak-semak, Wisnu melanjutkan target sasaran keduanya.
“Karena berhasil membunuh korban pertama itu, dan merampas harta benda yang ada di tubuhnya, lalu saya memiliki keinginan mengulanginya lagi,” ungkap Wisnu.
Seperti film detektif atau novel detektif, tersangka menghapus pertemanan dengan Nefrida Yanti dari pertemanan di akun Amel. Lalu ia mencari sasaran lain melalui akun facebook bernama, Rani Nurdiati. Kali ini, tersangka mengaku sebagai mahasiswi UNP dan berhasil menjerat korbannya seperti Rusyada Nabila (16).
DNA Diselidiki
Kasat Reskrim Polres Bukittinggi, AKP Franky M Monathen SIK menjelaskan, kuat dugaan selang waktu antara pembunuhan korban pertama dan kedua hanya berjalan satu bulan. Tersangka sudah mengatur sedemikian rupa, agar tak ketahuan oleh korbannya.
“Dari laporan disebutkan, Nabila hilang dari rumah orangtuanya, Rabu (20/3). Hari itu jugalah pertemuan tersangka dengan Nabila, dan membunuh korban. Sayangnya, tersangka tak mendapat apa-apa dari korban, karena saat itu Nabila tak memakai perhiasaan emas,” sebut AKP Franky.
Dijelaskan, modus operandi yang dipakai tersangka terbilang profesional. Kejahatan dari dunia maya (cyber crime) yang dilakukan tersangka, kuat dugaan masih ada korban lainnya. Sehingga, aparat kepolisian terus mengorek informasi dari pelaku dan menghimpun keterangan dari saksi-saksi serta masyarakat yang melapor tentang anggota keluarganya yang hilang.
“Tersangka sangat pandai, dia tak mau diajak berbicara ditelepon, karena takut ketahuan oleh korban. Kepada kedua korbannya, Nefrida Yanti dan Nabila, ia mengaku bernama Amel dan Rani,” jelas AKP Franky.
Hingga kemarin, polisi sudah mengumpulkan barang bukti yang dipakai tersangka untuk membunuh para korbannya. Kemarin aparat Polres Bukittinggi, kembali menyisiri daerah tempat Nabila dikubur di kawasan kaki Gunung Singgalang. Sesuai keterangan tersangka, kalau cangkul untuk menggali lubang kuburan Nabila, masih berada di rumah orangtuanya yang berjarak sekitar 200 meter dari tempat dia mengubur Nabila. Selain itu, di sekitar kuburan Nabila, tersangka juga membuang sandal dan HP milik Nabila.
Sementara, tulang belulang yang diduga kuat adalah Nefrida Yanti, masih berada di bungker kamar jenazah RSAM Bukittinggi. Sesuai keterangan tim kesehatan Polda Sumbar, untuk memastikan tulang itu adalah milik Nefrida Yanti, harus dilakukan tes DNA. “Tulang belulang iti dikirim ke Kapusdekkes Laboratorium DNA Pusdokkes Mabes Polri,” sebutnya.
Sedangkan dugaan jika para korban Wisnu dirudapaksa sebelum dibunuh, masih dalam penyelidikan kepolisian. Menurut pengakuan tersangka Wisnu, ia hanya merampas harta benda para korban, namun tak memerkosa. “Saya tidak memerkosa Nabila. Saya hanya merampas harta benda yang ada di tubuh Nabila. Saat itu, saya butuh uang untuk biaya persalinan istri,” begitu kalimat yang meluncur dari mulut Wisnu kepada penyidik, ketika pertama kali ditangkap pada Senin (29/4) lalu. (wan)
ini FB yang memuat foto tersebut
Spoiler for Sebelumnya:
Jangan lupa ya gan
Quote:
Spoiler for Tersangka:
Kamis (2/5) di Mapolres Bukittinggi, Wisnu yang sudah menghabisi nyawa dua gadis muda, Rusyada Nabila (16)— pelajar kelas I Pondok Pesantren Diniyah V Jurai, Sungaipua, Agam dan Nefrida Yanti (23)—warga Jorong Balai Badak, Kenagarian Batukambiang, Kecamatan IV Nagari, Agam, kembali menjalani pemeriksaan. Aparat kepolisian tidak percaya, jika tersangka hanya membunuh dua korban. Pasalnya, aparat kepolisian menerima ada sekitar tujuh hingga delapan laporan masyarakat yang anggota keluarganya hilang.
Di hadapan polisi, Wisnu kemarin, membuka satu persatu akun facebook (Fb) yang telah dibuatnya. Ketujuh akun facebook itu, semuanya dengan nama perempuan dan memakai foto-foto perempuan yang berbeda.
“Saya memulai mengenal facebook sekitar 2007. Mulanya saya memakai nama asli yakni Wisnu Sadewa,” begitu kata tersangka kepada penyidik Polres Bukittinggi, kemarin.
Akan tetapi, mulai pertengahan 2012, Wisnu mulai berulah. Dia pun memiliki keasyikan tersendiri dengan membuat akun palsu. Ya, dia membuat akun sebanyak-banyaknya agar bisa berkenalan dengan perempuan. Dengan kemahirannya mengarang cerita dan merayu, ia pun berhasil mengajak kenalan teman-teman di facebook palsunya itu.
“Setelah saya berhasil membuat mereka percaya, akhirnya mulai timbul niat jahat itu. Saya ingin mengambil keuntungan dari kenalan yang rata-rata masih muda itu yakni, merampas harta bendanya, meski dengan cara harus dibunuh,” ungkap Wisnu.
Akhirnya, korban pertama yang masuk perangkap tersangka adalah Nefrida Yanti (23). Ketika itu, selama satu bulan, Wisnu dengan memakai nama Amel, berkomunikasi secara baik dengan korban. Agar korban percaya, Wisnu sering curhat tentang masalah keluarganya. Dengan nama Amel, Wisnu bercerita kalau dia adalah perempuan yang jauh tinggal dengan keluarganya. Meski demikian, Amel bisa bertahan hidup.
“Lalu, biar korban percaya, sesekali saya kirimkan dia pulsa. Saya bilang, ada rezeki sedikit, sehingga membuat korban terharu dan makin percaya dengan saya,” ungkap Wisnu.
Agar penyamarannya tak ketahuan, Wisnu tak mau berkomunikasi langsung lewat pembicaraan di handphone. Ketika berkomunikasi dengan korban, Nefrida Yanti, selalu lewat SMS dan chatting (percakapan) di facebook.
“Korban sudah menganggap saya seperti saudaranya, karena, ya itu tadi. Saya sering mengirimkan pulsa dan membuat dia senang. Saya juga curhat tentang kesusahan saya hidup jauh dari saudara dan orangtua, sehingga membuat korban kasihan,” kata pria bertubuh kurus ini.
Eksekusi Dimulai
Setelah memastikan tak ada masalah, korban percaya dan masuk “perangkap,” Wisnu mulai melakukan eksekusi. Dia menyusun rencana dengan mengajak sang korban kopi darat (bertemu langsung-red). Akhirnya Wisnu berhasil mengajak Nefrida Yanti bertemu pada Minggu (3/2) di perempatan Terminal Auakuning.
“Supaya korban tak curiga, saya pun sudah mengarang cerita. Saya mengaku sebagai kakak kandung dari Amel, sehingga korban tak curiga,” sebut Wisnu.
Nama Korban Dicoret
Setelah berhasil menghabisi nyawa korban pertamanya, Nefrida Yanti Minggu (3/2) malam di daerah Kotogadang, dekat areal persawahan dan semak-semak, Wisnu melanjutkan target sasaran keduanya.
“Karena berhasil membunuh korban pertama itu, dan merampas harta benda yang ada di tubuhnya, lalu saya memiliki keinginan mengulanginya lagi,” ungkap Wisnu.
Seperti film detektif atau novel detektif, tersangka menghapus pertemanan dengan Nefrida Yanti dari pertemanan di akun Amel. Lalu ia mencari sasaran lain melalui akun facebook bernama, Rani Nurdiati. Kali ini, tersangka mengaku sebagai mahasiswi UNP dan berhasil menjerat korbannya seperti Rusyada Nabila (16).
DNA Diselidiki
Kasat Reskrim Polres Bukittinggi, AKP Franky M Monathen SIK menjelaskan, kuat dugaan selang waktu antara pembunuhan korban pertama dan kedua hanya berjalan satu bulan. Tersangka sudah mengatur sedemikian rupa, agar tak ketahuan oleh korbannya.
“Dari laporan disebutkan, Nabila hilang dari rumah orangtuanya, Rabu (20/3). Hari itu jugalah pertemuan tersangka dengan Nabila, dan membunuh korban. Sayangnya, tersangka tak mendapat apa-apa dari korban, karena saat itu Nabila tak memakai perhiasaan emas,” sebut AKP Franky.
Dijelaskan, modus operandi yang dipakai tersangka terbilang profesional. Kejahatan dari dunia maya (cyber crime) yang dilakukan tersangka, kuat dugaan masih ada korban lainnya. Sehingga, aparat kepolisian terus mengorek informasi dari pelaku dan menghimpun keterangan dari saksi-saksi serta masyarakat yang melapor tentang anggota keluarganya yang hilang.
“Tersangka sangat pandai, dia tak mau diajak berbicara ditelepon, karena takut ketahuan oleh korban. Kepada kedua korbannya, Nefrida Yanti dan Nabila, ia mengaku bernama Amel dan Rani,” jelas AKP Franky.
Hingga kemarin, polisi sudah mengumpulkan barang bukti yang dipakai tersangka untuk membunuh para korbannya. Kemarin aparat Polres Bukittinggi, kembali menyisiri daerah tempat Nabila dikubur di kawasan kaki Gunung Singgalang. Sesuai keterangan tersangka, kalau cangkul untuk menggali lubang kuburan Nabila, masih berada di rumah orangtuanya yang berjarak sekitar 200 meter dari tempat dia mengubur Nabila. Selain itu, di sekitar kuburan Nabila, tersangka juga membuang sandal dan HP milik Nabila.
Sementara, tulang belulang yang diduga kuat adalah Nefrida Yanti, masih berada di bungker kamar jenazah RSAM Bukittinggi. Sesuai keterangan tim kesehatan Polda Sumbar, untuk memastikan tulang itu adalah milik Nefrida Yanti, harus dilakukan tes DNA. “Tulang belulang iti dikirim ke Kapusdekkes Laboratorium DNA Pusdokkes Mabes Polri,” sebutnya.
Sedangkan dugaan jika para korban Wisnu dirudapaksa sebelum dibunuh, masih dalam penyelidikan kepolisian. Menurut pengakuan tersangka Wisnu, ia hanya merampas harta benda para korban, namun tak memerkosa. “Saya tidak memerkosa Nabila. Saya hanya merampas harta benda yang ada di tubuh Nabila. Saat itu, saya butuh uang untuk biaya persalinan istri,” begitu kalimat yang meluncur dari mulut Wisnu kepada penyidik, ketika pertama kali ditangkap pada Senin (29/4) lalu. (wan)
Quote:
Spoiler for Update:
ini foto pemakaman korban bernama Nabila gan
ini FB yang memuat foto tersebut
Spoiler for link:
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=656276194398829&set=a.270588192967633.85334.100000493640918&type=1&permPage=1
Quote:
Spoiler for jangan lupa:
Quote:
Spoiler for Dari ane:
Semoga kita lebih waspada terhadap hal-hal seperti ini, dan bagi yang meiliki anak terutama yang masih ABG agar dapat menjaga dan mengontrol anaknya dengan lebih baik supaya tidak menjadi korban dari hal hal semacam ini
Quote:
Spoiler for embernya gan:
http://posmetropadang.com/index.php?&option=com_content&id=5261&task=view&Itemid
0
7.2K
Kutip
74
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan