- Beranda
- Komunitas
- Story
- B-Log Collections
Labour Day


TS
leftsides
Labour Day
1 Mei kemarin kita baru saja memperingati Hari Buruh yang mulai tahun depan akan diberlakukan sebagai hari libur nasional. Sungguh kabar yang menggembirakan tapi juga menyedihkan karena Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan jumlah hari libur terbanyak!
Berbicara buruh saya terkenang sosok Romo Sandyawan. Semasa beliau kuliah, setiap kali masa liburan perkuliahan tiba, beliau selalu minta izin kepada Pastor Provinsial Serikat/Ordo Yesuit, untuk mendapatkan tugas mendalami kehidupan kaum miskin, yang tersisih dari proses pembangunan di negeri ini. Caranya cukup unik, yaitu dengan menyamar dan berbaur sehingga kelompok sasarannya sama sekali tidak mengetahui status beliau sebagai seorang biarawan.
Penyamaran beliau yang pertama adalah sebagai buruh pabrik gula di Kendal, Jawa Tengah. Di sana, selama sebulan penuh, Romo Sandyawan bekerja sebagaimana layaknya seorang buruh pabrik gula: mengangkat tebu ke truk dan lori, lalu memisah-misahkan akar, batang, dan klaras tebu untuk kemudian diolah di pabrik. Pada musim liburan berikutnya, beliau kembali menyamar dan berbaur. Namun, kali ini sebagai petani di sebuah desa di Wonosari.
Romo Sandyawan juga pernah menyamar dan berbaur dengan para buruh pabrik di kawasan Jakarta Timur, seperti Cibubur, Ciracas, dan Cijantung. Penyamarannya yang paling lama yakni dua bulan lebih adalah bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik susu di kawasan Cijantung. Selama menyamar dan berbaur inilah beliau banyak berbicara dan bertukar-pikiran dengan para buruh tentang masalah-masalah perburuhan yg mereka hadapi.
Untuk menyelami permasalahan yang dihadapi oleh para buruh sekaligus menemukan solusinya memang harus dengan turun langsung di tengah-tengah mereka, berdialog secara langsung. Peraturan tentang buruh (ketenagakerjaan) tidak bisa hanya dilakukan dari dalam ruangan ber-AC dan dari balik meja.
Berbicara buruh saya terkenang sosok Romo Sandyawan. Semasa beliau kuliah, setiap kali masa liburan perkuliahan tiba, beliau selalu minta izin kepada Pastor Provinsial Serikat/Ordo Yesuit, untuk mendapatkan tugas mendalami kehidupan kaum miskin, yang tersisih dari proses pembangunan di negeri ini. Caranya cukup unik, yaitu dengan menyamar dan berbaur sehingga kelompok sasarannya sama sekali tidak mengetahui status beliau sebagai seorang biarawan.
Penyamaran beliau yang pertama adalah sebagai buruh pabrik gula di Kendal, Jawa Tengah. Di sana, selama sebulan penuh, Romo Sandyawan bekerja sebagaimana layaknya seorang buruh pabrik gula: mengangkat tebu ke truk dan lori, lalu memisah-misahkan akar, batang, dan klaras tebu untuk kemudian diolah di pabrik. Pada musim liburan berikutnya, beliau kembali menyamar dan berbaur. Namun, kali ini sebagai petani di sebuah desa di Wonosari.
Romo Sandyawan juga pernah menyamar dan berbaur dengan para buruh pabrik di kawasan Jakarta Timur, seperti Cibubur, Ciracas, dan Cijantung. Penyamarannya yang paling lama yakni dua bulan lebih adalah bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik susu di kawasan Cijantung. Selama menyamar dan berbaur inilah beliau banyak berbicara dan bertukar-pikiran dengan para buruh tentang masalah-masalah perburuhan yg mereka hadapi.
Untuk menyelami permasalahan yang dihadapi oleh para buruh sekaligus menemukan solusinya memang harus dengan turun langsung di tengah-tengah mereka, berdialog secara langsung. Peraturan tentang buruh (ketenagakerjaan) tidak bisa hanya dilakukan dari dalam ruangan ber-AC dan dari balik meja.
0
549
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan