langsung aja gan,. inilah salah satu tradisi masyarakat Indonesia
Quote:
Abah Ugi bercerita mereka masih menjalankan tradisi berusia lebih dari enam abad. Warga Ciptagelar juga tidak pernah lepas dari sistem pertanian. "Sejak 1368 sampai saat ini, kita masih mempertahankan varietas padi lokal. Jadi sudah 600 tahun lebih kami mempertahankan pertanian padi," kata pemimpin Kasepuhan Ciptagelar sembari mengepulkan asap rokok, Ahad pekan lalu.
Ada satu pantangan mesti dipegang seluruh penduduk Ciptagelar. Mereka dilarang menjual padi dan beras. Namun, siapa saja yang meminta akan dikasih.
Hal ini tentu saja mengusik rasa penasaran saya. Apa yang menjadi dasar sebuah komunitas dengan penghasilan padi sebagai komoditas utamanya, namun pantang menjualnya. "Kalau diperjualbelikan akan menjadi uang dan cepat habis, beda kalau kita simpan. Selain itu banyak godaan kalau sudah jadi duit," tutur Abah Ugi sembari melempar canda.
Masyarakat Ciptagelar terdiri dari dua tipe, yakni warga jero dan orang luar. Jero merupakan warga menetap di dalam dan masih melakukan adat istiadat. Sedangkan orang luar adalah warga tinggal di luar Kasepuhan Ciptagelar. Mereka ada yang tinggal di Bogor, Bandung, Jakarta, Kalimantan, Aceh, Sulawesi, dan bahkan sampai keluar negeri. Tetapi mereka harus tetap menjalin silaturahmi dan wajib pulang paling tidak setahun sekali.
Ada tiga hukum berlaku di Ciptagelar, yakni hukum agama, negara, dan hukum adat. "Hukum adat itu tidak tertulis dan hampir mirip dengan kualat kalau kita melanggar sesuatu dilarang orang tua kita dari dulu," kata ayah dari Atlan Dharma Rasa ini.
Meski berupaya memelihara tradisi, Abah Ugi mengakui pengaruh budaya luar tidak bisa dibendung. Dampak baiknya antara lain membangun turbin, mengembangkan masyarakat, penyuluhan pertanian, dan sekolah. "(Pengaruh) buruknya ada yang ajakin tebang-tebang pohon."
Emak Alit, istri Abah Ugi, mengatakan mereka sering menerima tamu dari luar dan tidak jarang menginap di Rumah Gede. Bangunan ini memang terbuka untuk siapa saja ingin singgah.