- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sistem Algoritma, Penentu Karir Analis Saham Di Masa Depan
TS
nyimayangcinde
Sistem Algoritma, Penentu Karir Analis Saham Di Masa Depan
Quote:
Sistem algoritma yang terkomputerisasi berpotensi secara lebih cepat menggantikan fungsi para analis saham dan investor yang menyebabkan perubahan besar di pasar modal dalam menentukan valuasi emiten. Namun di sisi lain hal itu meningkatkan kemungkinan software tersebut rentan gangguan atau diserang hacker sehingga akan membahayakan stabilitas pasar.
Kekuatan teknologi, termasuk sistem transaksi dengan frekuensi tinggi dan booming produk ETF serta proliferasi informasi gratis melalui jejaring sosial media berada di balik peluang perubahan ini, demikian menurut Nicholas Clolas dari ConvergEx Group.
Dalam sebuah artikel yang ditujukan bagi para klien-nya Senin (29/4) kemarin, Colas menulis perubahan tersebut yang dimulai dengan frekuensi trading yang tinggi serta sistem trading dengan algoritma hanya langkah awal untuk masuk ke proses yang berbeda dalam penentuan harga saham. Dalam hal ini Nicolas juga bertanya akankah pasar saham berjalan dengan sistem algoritma yang berlangsung secara auto pilot seperti halnya para senior eksekutif pengelola kapital melayani para pemilik modal.
Sistem desimalisasi komputer telah berlalu dalam perdagangan pada dekade lalu. Sekarang, mesin yang lebih pintar akan mengambil peran banyak orang-orang yang mengulas fundamental emiten dan siapa saja yang membuat kesepakatan jual dan beli seperti halnya keputusan yang disarankan para analis.
"Saya telah berbicara dengan para petinggi komunitas transaksi pada pekan ini, perusahaan besarnya mengakhiri pilihan pada saham. Mereka pasif, gaya berinvestasi ETF sebagai hal baru yang normal," terang Michael Murphy, seorang hedge fund Rosecliff Capital.
Sekelompok perusahaan sekuritas dan berjangka memborong ETF secara membabi buta semudah membeli saham secara individu telah mengakumulasi aliran transaksi hingga $56 miliar pada tahun ini. Sedangkan aliran investasi ke reksa dana konvensional tidak terlihat aktif selama periode 3 bulan pertama tahun ini.
Di atas semua itu, sistem algoritma melaksanakan perdagangan menurut hitungan seper mili detik dalam model teknikal dan fundamental yang demikian komplek dan orang-orang secara sederhana (dapat melakukan) sebelum mata manusia dapat menganalisa fundamental emiten atau mencermati pernyataan pers pemerintah.
Rekening dalam jenis transaksi ini di atas 70% dari total volume transaksi dalam beberapa hari yang mendukung secara penuh aktivitas pasar modal yang memungkinan market maker sistem transaksi ini meletakkan server lebih dekat dengan mereka sehingga eksekusi dengan kecepatan tinggi dapat dilaksanakan.
Banyak investor sudah muak pada apa yang mereka lihat di pasar yang tidak sejalan dengan fundamental dan hanya berdasarkan komputer yang dimiliki para hedge fund.
Awal bulan ini, akun twitter kantor berita Associated Press diretas oleh hacker. Kelompok tak dikenal mengirimkan sebuah pesan seperti layaknya headline yang mengabarkan bahwa telah terjadi 2 ledakan di Gedung Putih, AS. Segera setelah itu pasar modal AS terguncang hanya dalam 4 menit karena para trader mengangkat telepon atau setidaknya mereka bersiap untuk memulai posisi jual pada saat kode saham menunjukkan penurunan harga.
Berikut ini yang disebut flash crash pada bulan Mei 2010 yang mengantarkan indeks Dow Jones (DJIA) turun 1000 poin dalam momen yang bermasalah tersebut. Penyebab peristiwa itu masih belum diketahui sepenuhnya tetapi tingginya transaksi perdagangan tentu berkontribusi dalam masalah tersebut, demikian menurut sebagian besar orang.
Ini bukan sekadar mesin yang membunuh karir analis. Media sosial telah menjaga informasi yang bagi investment bank adalah mustahil. Dari hal itu pula (media sosial) tercipta komunitas analis di twitter dan jejaring sosial media lainnya (beberapa di antara mereka adalah mantan profesional) yang memberikan rekomendasi secara gratis.
Pendiri StockTwits.com Howard Lindzon dalam artikel-nya mengatakan masyarakat yang ingin diberi informasi saat ini mem-follow orang yang tepat di twitter dan jejaring sosial media yang sudah ada sebelumnya seperti Stocktwits yang menawarkan informasi, content dan komunitas. Menurutnya tiap orang berhubungan, tidak hanya orang-orang yang sudah saling mengenal. Tentu saja tiap orang bergandeng tangan pada dunia baru ini, sebagaimana reaksi saat kantor berita AP yang diretas akan menjadi lebih fluktuasi dan pulih setelah itu.
Cerita tentang itu dapat menjadi akhir yang membahagiakan. Setelah sebuah periode transisi yang tidak mulus, jejaring media sosial pada akhirnya kembali menjadi penguat analis fundamental yang ada di antara masyarakat, memungkinkan tiap orang dengan komputer menjaring demikian banyak pengikut dan menjadi seorang Peter Lynch di masa yang akan datang.
Di bawah skenario ini, aliran modal akan diarahkan ke tempat paling efisien melalui pasar bebas di tempat mana para partisipan memainkan informasi. Namun dengan asumsi ini akan ada cukup bertumbuh para analis rumahan dan trader ritel besar dibanding booming luar biasa perdagangan elektronik di Wall Street. Ini dapat menjadi sebuah pandangan yang optimistik.
Dalam artikel-nya Colas juga bertanya dapatkah sesuatu mengubah analisa stock pada jalur ini menjadi sesuatu yang lebih banyak berdasarkan sistem teknologi yang sudah ada. "Saya hanya memikirkan satu hal, kegagalan sistem yang sangat besar adalah yang menyebabkan resesi di AS," ujarnya.
Kekuatan teknologi, termasuk sistem transaksi dengan frekuensi tinggi dan booming produk ETF serta proliferasi informasi gratis melalui jejaring sosial media berada di balik peluang perubahan ini, demikian menurut Nicholas Clolas dari ConvergEx Group.
Dalam sebuah artikel yang ditujukan bagi para klien-nya Senin (29/4) kemarin, Colas menulis perubahan tersebut yang dimulai dengan frekuensi trading yang tinggi serta sistem trading dengan algoritma hanya langkah awal untuk masuk ke proses yang berbeda dalam penentuan harga saham. Dalam hal ini Nicolas juga bertanya akankah pasar saham berjalan dengan sistem algoritma yang berlangsung secara auto pilot seperti halnya para senior eksekutif pengelola kapital melayani para pemilik modal.
Sistem desimalisasi komputer telah berlalu dalam perdagangan pada dekade lalu. Sekarang, mesin yang lebih pintar akan mengambil peran banyak orang-orang yang mengulas fundamental emiten dan siapa saja yang membuat kesepakatan jual dan beli seperti halnya keputusan yang disarankan para analis.
"Saya telah berbicara dengan para petinggi komunitas transaksi pada pekan ini, perusahaan besarnya mengakhiri pilihan pada saham. Mereka pasif, gaya berinvestasi ETF sebagai hal baru yang normal," terang Michael Murphy, seorang hedge fund Rosecliff Capital.
Sekelompok perusahaan sekuritas dan berjangka memborong ETF secara membabi buta semudah membeli saham secara individu telah mengakumulasi aliran transaksi hingga $56 miliar pada tahun ini. Sedangkan aliran investasi ke reksa dana konvensional tidak terlihat aktif selama periode 3 bulan pertama tahun ini.
Di atas semua itu, sistem algoritma melaksanakan perdagangan menurut hitungan seper mili detik dalam model teknikal dan fundamental yang demikian komplek dan orang-orang secara sederhana (dapat melakukan) sebelum mata manusia dapat menganalisa fundamental emiten atau mencermati pernyataan pers pemerintah.
Rekening dalam jenis transaksi ini di atas 70% dari total volume transaksi dalam beberapa hari yang mendukung secara penuh aktivitas pasar modal yang memungkinan market maker sistem transaksi ini meletakkan server lebih dekat dengan mereka sehingga eksekusi dengan kecepatan tinggi dapat dilaksanakan.
Banyak investor sudah muak pada apa yang mereka lihat di pasar yang tidak sejalan dengan fundamental dan hanya berdasarkan komputer yang dimiliki para hedge fund.
Awal bulan ini, akun twitter kantor berita Associated Press diretas oleh hacker. Kelompok tak dikenal mengirimkan sebuah pesan seperti layaknya headline yang mengabarkan bahwa telah terjadi 2 ledakan di Gedung Putih, AS. Segera setelah itu pasar modal AS terguncang hanya dalam 4 menit karena para trader mengangkat telepon atau setidaknya mereka bersiap untuk memulai posisi jual pada saat kode saham menunjukkan penurunan harga.
Berikut ini yang disebut flash crash pada bulan Mei 2010 yang mengantarkan indeks Dow Jones (DJIA) turun 1000 poin dalam momen yang bermasalah tersebut. Penyebab peristiwa itu masih belum diketahui sepenuhnya tetapi tingginya transaksi perdagangan tentu berkontribusi dalam masalah tersebut, demikian menurut sebagian besar orang.
Ini bukan sekadar mesin yang membunuh karir analis. Media sosial telah menjaga informasi yang bagi investment bank adalah mustahil. Dari hal itu pula (media sosial) tercipta komunitas analis di twitter dan jejaring sosial media lainnya (beberapa di antara mereka adalah mantan profesional) yang memberikan rekomendasi secara gratis.
Pendiri StockTwits.com Howard Lindzon dalam artikel-nya mengatakan masyarakat yang ingin diberi informasi saat ini mem-follow orang yang tepat di twitter dan jejaring sosial media yang sudah ada sebelumnya seperti Stocktwits yang menawarkan informasi, content dan komunitas. Menurutnya tiap orang berhubungan, tidak hanya orang-orang yang sudah saling mengenal. Tentu saja tiap orang bergandeng tangan pada dunia baru ini, sebagaimana reaksi saat kantor berita AP yang diretas akan menjadi lebih fluktuasi dan pulih setelah itu.
Cerita tentang itu dapat menjadi akhir yang membahagiakan. Setelah sebuah periode transisi yang tidak mulus, jejaring media sosial pada akhirnya kembali menjadi penguat analis fundamental yang ada di antara masyarakat, memungkinkan tiap orang dengan komputer menjaring demikian banyak pengikut dan menjadi seorang Peter Lynch di masa yang akan datang.
Di bawah skenario ini, aliran modal akan diarahkan ke tempat paling efisien melalui pasar bebas di tempat mana para partisipan memainkan informasi. Namun dengan asumsi ini akan ada cukup bertumbuh para analis rumahan dan trader ritel besar dibanding booming luar biasa perdagangan elektronik di Wall Street. Ini dapat menjadi sebuah pandangan yang optimistik.
Dalam artikel-nya Colas juga bertanya dapatkah sesuatu mengubah analisa stock pada jalur ini menjadi sesuatu yang lebih banyak berdasarkan sistem teknologi yang sudah ada. "Saya hanya memikirkan satu hal, kegagalan sistem yang sangat besar adalah yang menyebabkan resesi di AS," ujarnya.
Quote:
Quote:
0
1.4K
Kutip
5
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan