- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sejarah Kerajaan Pajajaran
TS
japra666
Sejarah Kerajaan Pajajaran
Quote:
Spoiler for no repsol:
Quote:
Original Posted By PendahuluanIni thread neubie, di harapkan jangan sembarang timpuk TS
jangan lupa di , Yang uda ISO ane harap donk...
jangan lupa di , Yang uda ISO ane harap donk...
Sejarah Kerajaan Pajajaran
Quote:
Original Posted By japra666
Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu yang diperkirakan beribukotanya di Pakuan (Bogor) di Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibukotanya yaitu Pakuan Pajajaran. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak.
Berdasarkan alur Sejarah Galuh, Kerajaan Pajajaran berdiri setelah Wastu Kancana wafat tahun 1475. Kenapa demikian? Karena sepeninggal Rahyang Wastu Kencana kerajaan Galuh dipecah dua diantara Susuktunggal dan Dewa Niskala dalam kedudukan sederajat. Pajajaran atau Pakuan Pajajaran beribukota di Pakuan (Bogor) di bawah kekuasan Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan) dan Kerajaan Galuh yang meliputi Parahyangan tetap berpusat di Kawali di bawah kekuasaan Dewa Niskala (Ningrat Kancana). Oleh sebab itu pula Prabu Susuk Tunggal dan Dewa Niskala tidak mendapat gelar “Prabu Siliwangi”, karena kekuasan keduanya tidak meliputi seluruh tanah Pasundan sebagaimana kekuasan Prabu Wangi dan Rahyang Wastu Kancana (Prabu Siliwangi I).
Cikal Bakal Kerajaan Pajajaran
Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dari catatan-catatan sejarah yang ada, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai ibukota Pajajaran yaitu Pakuan. Mengenai raja-raja Kerajaan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
Prasasti Batu Tulis, Bogor
Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
Prasasti Kawali, Ciamis
Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor.
Daftar raja Pajajaran
Prabu Susuktunggal (1475-1482)
Jaya Dewata / Prabu Siliwangi II (1482 – 1521)
Surawisesa (1521 – 1535)
Ratu Dewata (1535 – 1543)
Ratu Sakti (1543 – 1551)
Raga Mulya (1567 – 1579)
Keruntuhan
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya jaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi II). Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Orang Banten menyebutnya Watu Gigilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di wilayah yang mereka namakan Cibeo Lebak Banten. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.
Di bawah ini adalah urutan raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati, yang berjumlah 14 orang :
Raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati
1 Darmaraja 1042-1065
2 Langlangbumi 1065-1155
3 Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur 1155-1157
4 Darmakusuma 1157-1175
5 Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu 1175-1297
6 Ragasuci 1297-1303
7 Citraganda 1303-1311
8 Prabu Linggadéwata 1311-1333
9 Prabu Ajiguna Linggawisésa 1333-1340 (menantu no. 8)
10 Prabu Ragamulya Luhurprabawa 1340-1350
11 Prabu Maharaja Linggabuanawisésa 1350-1357 (tewas dalam Perang Bubat)
12 Prabu Bunisora 1357-1371 (paman no. 13)
13 Prabu Niskala Wastu Kancana 1371-1475 (anak no. 11)
14 Prabu Susuktunggal 1475-1482
Penyatuan kembali Sunda-Galuh
Saat Wastu Kancana wafat, kerajaan sempat kembali terpecah dua dalam pemerintahan anak-anaknya, yaitu Susuktunggal yang berkuasa di Pakuan (Sunda) dan Dewa Niskala yang berkuasa di Kawali (Galuh).
Sri Baduga Maharaja (1482-1521) yang merupakan anak Dewa Niskala sekaligus menantu Susuktunggal menyatukan kembali Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Setelah runtuhnya Sunda Galuh oleh Kesultanan Banten, bekas kerajaan ini banyak disebut sebagai Kerajaan Pajajaran.
Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu yang diperkirakan beribukotanya di Pakuan (Bogor) di Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibukotanya yaitu Pakuan Pajajaran. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak.
Spoiler for prasasti:
Berdasarkan alur Sejarah Galuh, Kerajaan Pajajaran berdiri setelah Wastu Kancana wafat tahun 1475. Kenapa demikian? Karena sepeninggal Rahyang Wastu Kencana kerajaan Galuh dipecah dua diantara Susuktunggal dan Dewa Niskala dalam kedudukan sederajat. Pajajaran atau Pakuan Pajajaran beribukota di Pakuan (Bogor) di bawah kekuasan Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan) dan Kerajaan Galuh yang meliputi Parahyangan tetap berpusat di Kawali di bawah kekuasaan Dewa Niskala (Ningrat Kancana). Oleh sebab itu pula Prabu Susuk Tunggal dan Dewa Niskala tidak mendapat gelar “Prabu Siliwangi”, karena kekuasan keduanya tidak meliputi seluruh tanah Pasundan sebagaimana kekuasan Prabu Wangi dan Rahyang Wastu Kancana (Prabu Siliwangi I).
Cikal Bakal Kerajaan Pajajaran
Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dari catatan-catatan sejarah yang ada, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai ibukota Pajajaran yaitu Pakuan. Mengenai raja-raja Kerajaan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
Prasasti Batu Tulis, Bogor
Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
Prasasti Kawali, Ciamis
Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor.
Daftar raja Pajajaran
Prabu Susuktunggal (1475-1482)
Jaya Dewata / Prabu Siliwangi II (1482 – 1521)
Surawisesa (1521 – 1535)
Ratu Dewata (1535 – 1543)
Ratu Sakti (1543 – 1551)
Raga Mulya (1567 – 1579)
Keruntuhan
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya jaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi II). Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Orang Banten menyebutnya Watu Gigilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di wilayah yang mereka namakan Cibeo Lebak Banten. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.
Di bawah ini adalah urutan raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati, yang berjumlah 14 orang :
Raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati
1 Darmaraja 1042-1065
2 Langlangbumi 1065-1155
3 Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur 1155-1157
4 Darmakusuma 1157-1175
5 Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu 1175-1297
6 Ragasuci 1297-1303
7 Citraganda 1303-1311
8 Prabu Linggadéwata 1311-1333
9 Prabu Ajiguna Linggawisésa 1333-1340 (menantu no. 8)
10 Prabu Ragamulya Luhurprabawa 1340-1350
11 Prabu Maharaja Linggabuanawisésa 1350-1357 (tewas dalam Perang Bubat)
12 Prabu Bunisora 1357-1371 (paman no. 13)
13 Prabu Niskala Wastu Kancana 1371-1475 (anak no. 11)
14 Prabu Susuktunggal 1475-1482
Penyatuan kembali Sunda-Galuh
Saat Wastu Kancana wafat, kerajaan sempat kembali terpecah dua dalam pemerintahan anak-anaknya, yaitu Susuktunggal yang berkuasa di Pakuan (Sunda) dan Dewa Niskala yang berkuasa di Kawali (Galuh).
Sri Baduga Maharaja (1482-1521) yang merupakan anak Dewa Niskala sekaligus menantu Susuktunggal menyatukan kembali Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Setelah runtuhnya Sunda Galuh oleh Kesultanan Banten, bekas kerajaan ini banyak disebut sebagai Kerajaan Pajajaran.
KISAH PRABU SILIWANGI
Quote:
Original Posted By japra666
Bagi masyarakat Sunda atau Jawa Barat, siapa yang tidak mengenal nama Prabu Siliwangi. Raja Pajajaran yang identik dengan Harimau Putih itu dikenal sebagai salah satu raja sakti yang pernah dimiliki oleh negeri Pasundan (Jawa Barat). Nama Prabu Siliwangi sendiri sesungguhnya adalah nama lain dari Pangeran Pamanah Rasa.
Dalam Kitab Suwasit, dikisahkan bahwa Pangeran Pamanah Rasa merupakan putra mahkota dari Prabu Anggararang yang menguasai Kerajaan Gajah. Pangeran Pamanah kemudian melanjutkan kepemimpinan ayahnya, Prabu Anggararang sebagai Raja gajah.
Di tengah memimpin kerajaan gajah, Prabu Pamanah Rasa kerap mengembara ke sesuatu daerah. Di dalam salah satu pengembarannya, Prabu Pamanah Rasa dihadang oleh siluman Harimau Putih di hutan yang terletak di daerah Majalengka. Pertempuan pun tidak terelakkan.
Prabu Pamanah Rasa dan Siluman Harimau Putih yang diketahui memiliki kesaktian tinggi itu pun bertarung sengit. Namun kesaktian Prabu Pamanah Rasa berhasil memenangi pertarungan dan membuat siluman Harimau Putih tunduk kepadanya.
Dengan tunduknya siluman Harimau Putih, maka meluaslah wilayah kerajaan Gajah. Prabu Pamanah Rasa pun selanjutnya mengubah nama kerajannya menjadi kerajaan Pajajaran. Yang berarti menjajarkan atau menggabungkan kerajaan Gajah dengan kerajaan Harimau Putih.
Siluman Harimau Putih beserta pasukannya selanjutnya dengan setia mendampingi dan membantu Prabu Pamanah Rasa. Salah satunya kala kerajaan Pajajaran menundukkan kerajaan Galuh. Siluman Harimau Putih juga turut membantu Prabu Pamanah rasa saat kerajaan Pajajaran diserang oleh kerajaan Mongol.
Seiring meluasnya wilayah kerajaan Gajah, Prabu Pamanah Rasa kemudian membuat senjata sakti yang kini menjadi lambang propinsi Jawa Barat, yaitu Kujang. Senjata itu berbentuk melengkung dengan ukiran harimau di gagangnya. Ukiran harimau di gagang Kujang konon sebagai pengingat terhadap pendamping setianya, siluman Harimau Putih.
Kapan Prabu Pamanah Rasa menggunakan nama Prabu Siliwangi? Nama itu dipakai setelah dia memutuskan untuk memeluk agama Islam sebagai syarat menikahi Nyi Ratu Subanglarang yang merupakan murid dari Syaikh Quro.
Dan dari rahim Nyi Ratu Subanglarang lah lahir seorang putra yang dinamakan Pangeran Kian Santang yang selanjutnya diberi gelar Pangeran Cakrabuana. Selain itu, Nyi Ratu Subanglarang juga melahirkan seorang putri yang diberi nama Rara Santang.
Rara Santang kelak diketahui menjadi ibunda salah satu wali dari sembilan wali di Indonesia. Yaitu Syarif Hdayatullah atau biasa dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Bagaimana selanjutnya kisah Prabu Siliwangi? Prabu Siliwangi sendiri tidak diketahui akhir hidupnya. Banyak yang meyakini jika Prabu Siliwangi bersama siluman Harimau Putih menghilang dan memindahkan kerajaan Pajajaran ke alam Gaib.
Bagi masyarakat Sunda atau Jawa Barat, siapa yang tidak mengenal nama Prabu Siliwangi. Raja Pajajaran yang identik dengan Harimau Putih itu dikenal sebagai salah satu raja sakti yang pernah dimiliki oleh negeri Pasundan (Jawa Barat). Nama Prabu Siliwangi sendiri sesungguhnya adalah nama lain dari Pangeran Pamanah Rasa.
Spoiler for ilustrasi:
Dalam Kitab Suwasit, dikisahkan bahwa Pangeran Pamanah Rasa merupakan putra mahkota dari Prabu Anggararang yang menguasai Kerajaan Gajah. Pangeran Pamanah kemudian melanjutkan kepemimpinan ayahnya, Prabu Anggararang sebagai Raja gajah.
Di tengah memimpin kerajaan gajah, Prabu Pamanah Rasa kerap mengembara ke sesuatu daerah. Di dalam salah satu pengembarannya, Prabu Pamanah Rasa dihadang oleh siluman Harimau Putih di hutan yang terletak di daerah Majalengka. Pertempuan pun tidak terelakkan.
Prabu Pamanah Rasa dan Siluman Harimau Putih yang diketahui memiliki kesaktian tinggi itu pun bertarung sengit. Namun kesaktian Prabu Pamanah Rasa berhasil memenangi pertarungan dan membuat siluman Harimau Putih tunduk kepadanya.
Dengan tunduknya siluman Harimau Putih, maka meluaslah wilayah kerajaan Gajah. Prabu Pamanah Rasa pun selanjutnya mengubah nama kerajannya menjadi kerajaan Pajajaran. Yang berarti menjajarkan atau menggabungkan kerajaan Gajah dengan kerajaan Harimau Putih.
Siluman Harimau Putih beserta pasukannya selanjutnya dengan setia mendampingi dan membantu Prabu Pamanah Rasa. Salah satunya kala kerajaan Pajajaran menundukkan kerajaan Galuh. Siluman Harimau Putih juga turut membantu Prabu Pamanah rasa saat kerajaan Pajajaran diserang oleh kerajaan Mongol.
Seiring meluasnya wilayah kerajaan Gajah, Prabu Pamanah Rasa kemudian membuat senjata sakti yang kini menjadi lambang propinsi Jawa Barat, yaitu Kujang. Senjata itu berbentuk melengkung dengan ukiran harimau di gagangnya. Ukiran harimau di gagang Kujang konon sebagai pengingat terhadap pendamping setianya, siluman Harimau Putih.
Kapan Prabu Pamanah Rasa menggunakan nama Prabu Siliwangi? Nama itu dipakai setelah dia memutuskan untuk memeluk agama Islam sebagai syarat menikahi Nyi Ratu Subanglarang yang merupakan murid dari Syaikh Quro.
Dan dari rahim Nyi Ratu Subanglarang lah lahir seorang putra yang dinamakan Pangeran Kian Santang yang selanjutnya diberi gelar Pangeran Cakrabuana. Selain itu, Nyi Ratu Subanglarang juga melahirkan seorang putri yang diberi nama Rara Santang.
Rara Santang kelak diketahui menjadi ibunda salah satu wali dari sembilan wali di Indonesia. Yaitu Syarif Hdayatullah atau biasa dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Bagaimana selanjutnya kisah Prabu Siliwangi? Prabu Siliwangi sendiri tidak diketahui akhir hidupnya. Banyak yang meyakini jika Prabu Siliwangi bersama siluman Harimau Putih menghilang dan memindahkan kerajaan Pajajaran ke alam Gaib.
Terima kasih udah mampir di Thread Sederhana ane mohon maaf apabila banyak kekurangan
0
5.8K
Kutip
12
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan