- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
punya istri 9 ,kiai 74 tahun nikahi abg 18 tahun.
TS
pahagoreng
punya istri 9 ,kiai 74 tahun nikahi abg 18 tahun.
berurutan dari kiri ke kanan :
istrinya yg plg muda , pak kiai , istri pertama(kerudung hijau) , istri entah keberapa
beritanya :
Spoiler for beritanya:
K.H. Subchan Al Mubarok, pengasuh Ponpes Perut Bumi Maulana Maghribi, Tuban, Jawa Timur, benar-benar lelananging jagat. Memasuki usia 74 tahun, dia menikah untuk kali kesepuluh. Istri terakhir yang dinikahi Jumat (19/4) lalu, gadis 18 tahun.
Laporan Dwi Setiyawan, TUBAN
SIANG itu, kediaman Kiai Subchan yang berlokasi di kompleks Ponpes Perut Bumi Maulana Maghribi ramai tamu. Puluhan mobil berjajar di sepanjang Jalan Gedongombo. Seperangkat sound system terpasang di pintu masuk ruang utama.
Para tamu itu bukanlah jamaah maupun orang yang bermaksud ziarah ke ponpes yang berlokasi di dalam gua tersebut. Namun, undangan walimatul nikah (resepsi pernikahan). Karena itu, begitu turun dari mobil, mereka berjalan kaki menuju tempat tinggal kiai yang berada di atas gua. Sementara satu-dua rombongan jamaah ziarah langsung menuju pintu gerbang gua.
Tamu undangan tersebut sebagian besar pengiring pengantin perempuan. Selebihnya, keluarga pengasuh ponpes tersebut. Siang itu, Kiai Subchan bermaksud melangsungkan walimatul nikah. Pengantin putrinya, Ika Nur Afifah (18), warga Kapas, Bojonegoro. Inti dari proses nikah tersebut hanya pencatatan akta. Sebab, Kiai Subchan dan Ika sudah melangsungkan nikah siri pada 25 November 2012. Bahkan sekarang, Ika sudah hamil empat bulan.
Prosesi pernikahan yang dipimpin Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Semanding Rofii berlangsung khidmat. K.H. Lutfi dari Malang didaulat menikahkan sekaligus memberikan khotbah nikah dan memimpin doa. Dua kiai lain melengkapi doa di upacara sakral tersebut. Mereka adalah Habib Ali Asegaf (Tuban) dan Kiai Bukhori (Bogor). Dalam pernikahan yang tercatat dalam akad nikah nomor 266/30/IV/2013 itu, Kiai Subchan menyerahkan mas kimpoi berupa perhiasan emas kepada pengantin perempuan.
Usai upacara, Kiai Subchan testimoni bahwa pernikahan Jumat siang tersebut merupakan kali kesepuluh bagi dirinya. Dari sembilan perempuan yang dinikahi sebelumnya, dia dikaruniai 32 anak. Istri-istrinya itu dinikahi ketika Kiai Subchan beraktivitas dan tinggal dari satu daerah ke daerah lainnya.
’’Jadi di setiap daerah yang saya tinggali, saya punya istri,’’ tandas Kiai Subchan yang saat itu didampingi Ika dan Sri Wisma Ningsih (45), salah seorang anaknya.
Sambil dibantu anaknya, Kiai Subchan merinci asal-muasal istri-istrinya. Di antaranya dari Banyuwangi, Bali, Madura, Tulungagung, Bojonegoro, Surabaya, dan Lamongan. Tidak semua beretnis Jawa. Salah satu istrinya keturunan Tionghoa.
Begitu banyak anak yang terlahir dari darah dagingnya, Kiai Subchan sampai tidak hafal berapa anak yang terlahir dari masing-masing istrinya. Begitu juga keberadaan anak-anaknya tersebut.
’’Sebagian besar sudah jadi orang. Ada yang dokter, polisi, dan sebagainya. Saya sudah nggak ngopeni lagi,’’ tandas Kiai Subchan.
Berapa cucu atau cicit Kiai Subchan? Dia mengaku tidak tahu persis berapa banyaknya. ’’Saya tidak tahu lagi berapa banyaknya. Wong mereka ada di mana-mana,” tukasnya.
Dari sepuluh istrinya, kini hanya tiga orang yang masih terikat perkimpoian secara sah dengan Kiai Subchan. Yakni yang tertua, Yatimah (61); Fitriyah Rusiati (29); dan Ika Nur Afifah, yang dinikahinya Jumat lalu. Yatimah masih tinggal bersama Kiai Subchan. Sementara itu, Fitriyah yang memiliki dua anak dibuatkan rumah sendiri di Babat, Lamongan.
Kiai Subchan mengatakan, istri-istrinya itu merupakan pilihan istrinya yang lebih dahulu dinikahi. Juga hasil ’’seleksi’’ anak-anaknya. ’’Mereka kompak mencari informasi perempuan yang cocok untuk saya nikahi,” tandas pria kelahiran 18 Juli, 74 tahun silam tersebut.
Tak hanya mencari, Kiai Subchan menegaskan, istri-istrinya juga yang menawari perempuan-perempuan yang hendak disuntingnya. Dalam penetapan Pengadilan Agama (PA) Tuban bernomor 0151/Pdt.G/2013/PA. Tbn, misalnya, Yatimah dan Fitriyah Rusiati, dua istrinya yang masih terikat pernikahan sah, memberikan persetujuan atas penikahan Kiai Subchan dan Ika. Bahkan ketika walimatul nikah, Yatimah didampingi anak perempuannya menggandeng tangan kiri Kiai Subchan untuk dipertemukan dengan mempelai wanita.
Kiai Subchan menambahkan, pertimbangan dirinya untuk berpoligami tidak semata-mata karena menjalankan syariah Islam. Lebih dari itu. Dengan nada guyon, dia mengatakan ingin menyalurkan kebutuhan biologisnya yang masih sehat secara sah, meski di usianya yang sudah uzur.
Memang, perempuan yang diusulkan istri atau anaknya langsung diterima menjadi calon istrinya. Kiai Subchan mengaku sangat selektif dalam memilih perempuan yang akan dijadikan pendamping hidupnya. Salah satu syarat yang utama, perempuan itu harus berparas cantik. Selebihnya, dia memiliki keistimewaan tertentu.
Ika Nur Afifah yang dinikahinya Jumat bukanlah perempuan sembarangan. Dia adalah santri Ponpes Al Hikmatul Hidayah, Kutisari, Surabaya. ’’Dia ini khafidz (hafal Alquran) 15 juz,” tandas Kiai Subchan sambil melirik Ika yang duduk di samping kirinya. Dipuji begitu, Ika hanya tersenyum.
Menurut Supangat, ayah Ika, putrinya itu selama ini menjadi jamaah pengajian Ponpes Perut Bumi yang diasuh Kiai Subchan. Pengajian tersebut dilangsungkan setiap Jumat Pon. Ika, anak ragil dari enam bersaudara yang jebolan madrasah aliyah itu memang cukup dekat dengan kiai yang mengoleksi belasan mobil tersebut. ’’Kados pundi maleh, piyambake sampun remen (Bagaimana lagi, keduanya sudah senang, Red),” kata Supangat. (p3/c1/ary)
http://www.radarlampung.co.id/read/r...kali-kesepuluh
Laporan Dwi Setiyawan, TUBAN
SIANG itu, kediaman Kiai Subchan yang berlokasi di kompleks Ponpes Perut Bumi Maulana Maghribi ramai tamu. Puluhan mobil berjajar di sepanjang Jalan Gedongombo. Seperangkat sound system terpasang di pintu masuk ruang utama.
Para tamu itu bukanlah jamaah maupun orang yang bermaksud ziarah ke ponpes yang berlokasi di dalam gua tersebut. Namun, undangan walimatul nikah (resepsi pernikahan). Karena itu, begitu turun dari mobil, mereka berjalan kaki menuju tempat tinggal kiai yang berada di atas gua. Sementara satu-dua rombongan jamaah ziarah langsung menuju pintu gerbang gua.
Tamu undangan tersebut sebagian besar pengiring pengantin perempuan. Selebihnya, keluarga pengasuh ponpes tersebut. Siang itu, Kiai Subchan bermaksud melangsungkan walimatul nikah. Pengantin putrinya, Ika Nur Afifah (18), warga Kapas, Bojonegoro. Inti dari proses nikah tersebut hanya pencatatan akta. Sebab, Kiai Subchan dan Ika sudah melangsungkan nikah siri pada 25 November 2012. Bahkan sekarang, Ika sudah hamil empat bulan.
Prosesi pernikahan yang dipimpin Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Semanding Rofii berlangsung khidmat. K.H. Lutfi dari Malang didaulat menikahkan sekaligus memberikan khotbah nikah dan memimpin doa. Dua kiai lain melengkapi doa di upacara sakral tersebut. Mereka adalah Habib Ali Asegaf (Tuban) dan Kiai Bukhori (Bogor). Dalam pernikahan yang tercatat dalam akad nikah nomor 266/30/IV/2013 itu, Kiai Subchan menyerahkan mas kimpoi berupa perhiasan emas kepada pengantin perempuan.
Usai upacara, Kiai Subchan testimoni bahwa pernikahan Jumat siang tersebut merupakan kali kesepuluh bagi dirinya. Dari sembilan perempuan yang dinikahi sebelumnya, dia dikaruniai 32 anak. Istri-istrinya itu dinikahi ketika Kiai Subchan beraktivitas dan tinggal dari satu daerah ke daerah lainnya.
’’Jadi di setiap daerah yang saya tinggali, saya punya istri,’’ tandas Kiai Subchan yang saat itu didampingi Ika dan Sri Wisma Ningsih (45), salah seorang anaknya.
Sambil dibantu anaknya, Kiai Subchan merinci asal-muasal istri-istrinya. Di antaranya dari Banyuwangi, Bali, Madura, Tulungagung, Bojonegoro, Surabaya, dan Lamongan. Tidak semua beretnis Jawa. Salah satu istrinya keturunan Tionghoa.
Begitu banyak anak yang terlahir dari darah dagingnya, Kiai Subchan sampai tidak hafal berapa anak yang terlahir dari masing-masing istrinya. Begitu juga keberadaan anak-anaknya tersebut.
’’Sebagian besar sudah jadi orang. Ada yang dokter, polisi, dan sebagainya. Saya sudah nggak ngopeni lagi,’’ tandas Kiai Subchan.
Berapa cucu atau cicit Kiai Subchan? Dia mengaku tidak tahu persis berapa banyaknya. ’’Saya tidak tahu lagi berapa banyaknya. Wong mereka ada di mana-mana,” tukasnya.
Dari sepuluh istrinya, kini hanya tiga orang yang masih terikat perkimpoian secara sah dengan Kiai Subchan. Yakni yang tertua, Yatimah (61); Fitriyah Rusiati (29); dan Ika Nur Afifah, yang dinikahinya Jumat lalu. Yatimah masih tinggal bersama Kiai Subchan. Sementara itu, Fitriyah yang memiliki dua anak dibuatkan rumah sendiri di Babat, Lamongan.
Kiai Subchan mengatakan, istri-istrinya itu merupakan pilihan istrinya yang lebih dahulu dinikahi. Juga hasil ’’seleksi’’ anak-anaknya. ’’Mereka kompak mencari informasi perempuan yang cocok untuk saya nikahi,” tandas pria kelahiran 18 Juli, 74 tahun silam tersebut.
Tak hanya mencari, Kiai Subchan menegaskan, istri-istrinya juga yang menawari perempuan-perempuan yang hendak disuntingnya. Dalam penetapan Pengadilan Agama (PA) Tuban bernomor 0151/Pdt.G/2013/PA. Tbn, misalnya, Yatimah dan Fitriyah Rusiati, dua istrinya yang masih terikat pernikahan sah, memberikan persetujuan atas penikahan Kiai Subchan dan Ika. Bahkan ketika walimatul nikah, Yatimah didampingi anak perempuannya menggandeng tangan kiri Kiai Subchan untuk dipertemukan dengan mempelai wanita.
Kiai Subchan menambahkan, pertimbangan dirinya untuk berpoligami tidak semata-mata karena menjalankan syariah Islam. Lebih dari itu. Dengan nada guyon, dia mengatakan ingin menyalurkan kebutuhan biologisnya yang masih sehat secara sah, meski di usianya yang sudah uzur.
Memang, perempuan yang diusulkan istri atau anaknya langsung diterima menjadi calon istrinya. Kiai Subchan mengaku sangat selektif dalam memilih perempuan yang akan dijadikan pendamping hidupnya. Salah satu syarat yang utama, perempuan itu harus berparas cantik. Selebihnya, dia memiliki keistimewaan tertentu.
Ika Nur Afifah yang dinikahinya Jumat bukanlah perempuan sembarangan. Dia adalah santri Ponpes Al Hikmatul Hidayah, Kutisari, Surabaya. ’’Dia ini khafidz (hafal Alquran) 15 juz,” tandas Kiai Subchan sambil melirik Ika yang duduk di samping kirinya. Dipuji begitu, Ika hanya tersenyum.
Menurut Supangat, ayah Ika, putrinya itu selama ini menjadi jamaah pengajian Ponpes Perut Bumi yang diasuh Kiai Subchan. Pengajian tersebut dilangsungkan setiap Jumat Pon. Ika, anak ragil dari enam bersaudara yang jebolan madrasah aliyah itu memang cukup dekat dengan kiai yang mengoleksi belasan mobil tersebut. ’’Kados pundi maleh, piyambake sampun remen (Bagaimana lagi, keduanya sudah senang, Red),” kata Supangat. (p3/c1/ary)
http://www.radarlampung.co.id/read/r...kali-kesepuluh
alasan dinikahin:
Spoiler for alasan dinikahi:
TUBAN - Umur Pengasuh Ponpes Perut Bumi Maulana Maghribi, Tuban, Jawa Timur, KH Subchan Al Mubarok memang sudah tidak muda lagi. Namun dengan usianya yang sudah menginjak 74 tahun, ia punya alasan tersendiri mempersunting Ika Nur Afifah yang masih berumur 18 tahun.
Kepada Jawa Pos (induk JPNN), pria kelahiran 18 Juli 1939 itu mengatakan dirinya juga pertimbangan untuk berpoligami. Selain menjalankan syariah Islam, ia juga ingin menyalurkan kebutuhan biologisnya yang masih sehat secara sah, meski di usianya yang sudah uzur. "Saya masih sehat," katanya.
Kiai Subchan yang sudah memiliki 32 anak itu baru saja menikahi menikahi Ika Nur Afifah (18) warga Kapas Bojonegoro, Jumat (19/4). Ini merupakan pernikahan yang kesepuluh bagi Kiai Subchan.
Menurut Kiai Subchan, sangat selektif dalam memilih perempuan yang akan dijadikan pendamping hidupnya. Salah satu syarat yang utama, perempuan itu harus berparas cantik. Selebihnya, dia memiliki keistimewaan tertentu.
Meskipun memiliki paras cantik dan keistimewaan, tidak akan langsung dia akan persunting. Sebab, perempuan yang akan dinikahi harus diusulkan istri atau anaknya. (ari/awa/jpnn)
http://www.jpnn.com/index.php?mib=be...tail&id=168622
Kepada Jawa Pos (induk JPNN), pria kelahiran 18 Juli 1939 itu mengatakan dirinya juga pertimbangan untuk berpoligami. Selain menjalankan syariah Islam, ia juga ingin menyalurkan kebutuhan biologisnya yang masih sehat secara sah, meski di usianya yang sudah uzur. "Saya masih sehat," katanya.
Kiai Subchan yang sudah memiliki 32 anak itu baru saja menikahi menikahi Ika Nur Afifah (18) warga Kapas Bojonegoro, Jumat (19/4). Ini merupakan pernikahan yang kesepuluh bagi Kiai Subchan.
Menurut Kiai Subchan, sangat selektif dalam memilih perempuan yang akan dijadikan pendamping hidupnya. Salah satu syarat yang utama, perempuan itu harus berparas cantik. Selebihnya, dia memiliki keistimewaan tertentu.
Meskipun memiliki paras cantik dan keistimewaan, tidak akan langsung dia akan persunting. Sebab, perempuan yang akan dinikahi harus diusulkan istri atau anaknya. (ari/awa/jpnn)
http://www.jpnn.com/index.php?mib=be...tail&id=168622
istrinya ada yg amoy gan:
Spoiler for beritanya gan:
TUBAN - Pengasuh Ponpes Perut Bumi Maulana Maghribi, Tuban, Jawa Timur, KH Subchan Al Mubarok resmi menikahi Ika Nur Afifah (18) warga Kapas Bojonegoro, Jumat (19/4) lalu.
Bagi kiai yang sudah berumur 74 itu, pernikahan ini merupakan yang kesepuluh. Ia mengaku setiap daerah yang ditempati pasti ada gadis yang dipersuntingnya.
Namun dari kesepuluh wanita yang dijadikan istri, Kiai Subchan tak mengingatnya. Untuk merinci asal-muasal istri-istrinya saja, ia harus dibantu salah seorang anaknya, Sri Wisma Ningsi yang berusia 45 tahun.
Kiai Subchan mengatakan istri-istrinya itu berasal dari Banyuwangi, Bali, Madura, Tulungagung, Bojonegoro, Surabaya, dan Lamongan.
"Tidak semua beretnis Jawa. Salah satu istrinya keturunan Tionghoa," katanya. (ari/awa/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2013/04/22/...unan-Tionghoa-
Bagi kiai yang sudah berumur 74 itu, pernikahan ini merupakan yang kesepuluh. Ia mengaku setiap daerah yang ditempati pasti ada gadis yang dipersuntingnya.
Namun dari kesepuluh wanita yang dijadikan istri, Kiai Subchan tak mengingatnya. Untuk merinci asal-muasal istri-istrinya saja, ia harus dibantu salah seorang anaknya, Sri Wisma Ningsi yang berusia 45 tahun.
Kiai Subchan mengatakan istri-istrinya itu berasal dari Banyuwangi, Bali, Madura, Tulungagung, Bojonegoro, Surabaya, dan Lamongan.
"Tidak semua beretnis Jawa. Salah satu istrinya keturunan Tionghoa," katanya. (ari/awa/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2013/04/22/...unan-Tionghoa-
subur sudah dikalahkan demi Tuhaaaaaaaaan !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Quote:
yg ane masi gk jelas itu yang terikat sah 3 itu maksudnya sisanya udah dicerain ?
atau maksudnya sisanya itu cuma nikah sirih ?
ringkasan berita :
alasan banyak istri :
Kepada Jawa Pos (induk JPNN), pria kelahiran 18 Juli 1939 itu mengatakan dirinya juga pertimbangan untuk berpoligami. Selain menjalankan syariah Islam, ia juga ingin menyalurkan kebutuhan biologisnya yang masih sehat secara sah, meski di usianya yang sudah uzur. "Saya masih sehat," katanya.
alasan si abg ini dinikahin :
karena hapal Al-Qur'an 15 juz
0
8.4K
Kutip
76
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan