- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Last Tango in Stockholm [ORIGINAL FICTION]


TS
swedish.banana
Last Tango in Stockholm [ORIGINAL FICTION]
Karya saya bisa dilihat di link: http://m.fictionpress.com/s/3118461/...o-in-Stockholm
Last Tango in Stockholm
Adrianne Linneá tidak pernah ingin kembali ke Stockholm seumur hidupnya.
Ia sangat membenci Stockholm dan baginya kota itu tidak memberinya kebahagiaan yang utuh sekaligus kenangan buruk. Sudah delapan tahun lamanya ia tidak pernah kembali ke Stockholm, sejak ia berusia sepuluh tahun.
Apa yang menarik dari kota itu? Tidak ada. Selama seseorang yang ia benci di dalam hidupnya masih berada di sana.
Sayangnya ia harus kembali ke sana karena sang mère yang paling ia benci meninggal dunia di sana akibat overdosis obat-obatan bersama kekasih gelapnya. Sang mère adalah asli Swedia sedangkan sang père berasal dari Prancis. Ketika ia masih berusia sepuluh tahun, orangtuanya bercerai karena mère berselingkuh dengan pria lain di ranjang sang mère. Père tidak ingin melihatnya lagi, bahkan ia tidak ingin menghadiri pemakaman mantan istrinya di Stockholm dan ia memutuskan agar Adrianne yang pergi ke Stockholm sendirian.
Ia keluar dari bandara Arlanda, salah satu bandara terbesar di Stockholm, Swedia, sambil menenteng tas Chanel kesayangannya dan Adrianne terlihat jelas sebagai Parisian karena topi hitam dengan bunga merah di ujung topi dan lipstik merah yang tebal, serta baju terusan bermotif bunga-bunga yang sangat indah dan sepatu hak tinggi Christian Loubotin berwarna pink. Berjalan dengan begitu feminin dan mengundang decak kagum oleh pria Stockholm yang melihatnya.
"Aku tidak suka tempat ini," gerutunya kesal dengan bahasa Prancis dan berjalan ke arah taksi bandara. "Aku tidak ingin menggunakan bahasa Swedia maupun bahasa Inggris di tempat ini. Tempat kumuh dan norak."
Adrianne akan tinggal di apartemen sang mère dan itu artinya adalah ia sendiri yang mengurus pemakaman mère-nya tercinta. Betapa mengerikan sekaligus menyakitkan untuk hidup bersama dengan mère yang sama sekali tidak pernah peduli kepadanya maupun père.
Dan kehidupannya baru saja akan dimulai di sini. Setelah ia selesai mengurus pemakaman mère, ia tidak akan kembali ke kota sampah ini dan ia akan hidup dengan tenang tanpa beban masa lalu yang mengintainya.
Ia akan menenangkan diri di Gamla Stan, jika tempat itu masih ada. Tempat itu sangat tenang untuk beristirahat sejenak.
.
.
.
Hidup tidak selalu indah untuk Carl Sørensen, seorang ekspatriat asal Denmark berusia empat puluh dua tahun yang tinggal di Swedia karena kontrak kerja bersama salah satu perusahaan terbesar di Swedia mengenai desain interior maupun bangunan.
Gaji fantastis dan hidup mewah, begitu menyenangkan. Banyak wanita yang kini mendekatinya. Selain kaya, ia dulu adalah mantan tentara. Setiap ia berjalan, wanita seumurannya yang masih lajang selalu menatapnya dengan tatapan kagum, lebih tepatnya kagum karena hartanya yang melimpah dan itu membuat Carl dingin terhadap wanita manapun, terutama wanita Swedia. Lebih tepatnya, Carl membenci semua wanita Swedia karena ketika ia masih muda, wajah Carl hancur total akibat bom molotov dan kekasih Swedia-nya membuang Carl bagaikan sampah.
Ia masih lajang dan tidak berminat untuk berkeluarga. Lebih baik ia hidup dalam kesendirian dibandingkan harus menghabiskan waktunya dengan wanita yang salah.
Wanita yang mendekatinya hanya dijadikan mainan semata tanpa komitmen, untuk membalas dendam. Semakin ia melakukannya, ia semakin sadar bahwa ia sangat kesepian. Tidak pernah ada wanita yang datang kepadanya dengan tulus.
Dewi fortuna tidak pernah berpihak kepadanya dan ia merasa dunia tidak adil kepadanya.
Inikah hukuman dari Tuhan? Karena dulu ia membunuh seorang anak kecil tak bersalah di medan perang? Ia tidak percaya pada Tuhan, tetapi ia sangat takut kepadaNya. Ia tahu Tuhan itu ada dan nyata, begitu jelas.
TBC (part dua di post selanjutnya ya
)
Last Tango in Stockholm
Adrianne Linneá tidak pernah ingin kembali ke Stockholm seumur hidupnya.
Ia sangat membenci Stockholm dan baginya kota itu tidak memberinya kebahagiaan yang utuh sekaligus kenangan buruk. Sudah delapan tahun lamanya ia tidak pernah kembali ke Stockholm, sejak ia berusia sepuluh tahun.
Apa yang menarik dari kota itu? Tidak ada. Selama seseorang yang ia benci di dalam hidupnya masih berada di sana.
Sayangnya ia harus kembali ke sana karena sang mère yang paling ia benci meninggal dunia di sana akibat overdosis obat-obatan bersama kekasih gelapnya. Sang mère adalah asli Swedia sedangkan sang père berasal dari Prancis. Ketika ia masih berusia sepuluh tahun, orangtuanya bercerai karena mère berselingkuh dengan pria lain di ranjang sang mère. Père tidak ingin melihatnya lagi, bahkan ia tidak ingin menghadiri pemakaman mantan istrinya di Stockholm dan ia memutuskan agar Adrianne yang pergi ke Stockholm sendirian.
Ia keluar dari bandara Arlanda, salah satu bandara terbesar di Stockholm, Swedia, sambil menenteng tas Chanel kesayangannya dan Adrianne terlihat jelas sebagai Parisian karena topi hitam dengan bunga merah di ujung topi dan lipstik merah yang tebal, serta baju terusan bermotif bunga-bunga yang sangat indah dan sepatu hak tinggi Christian Loubotin berwarna pink. Berjalan dengan begitu feminin dan mengundang decak kagum oleh pria Stockholm yang melihatnya.
"Aku tidak suka tempat ini," gerutunya kesal dengan bahasa Prancis dan berjalan ke arah taksi bandara. "Aku tidak ingin menggunakan bahasa Swedia maupun bahasa Inggris di tempat ini. Tempat kumuh dan norak."
Adrianne akan tinggal di apartemen sang mère dan itu artinya adalah ia sendiri yang mengurus pemakaman mère-nya tercinta. Betapa mengerikan sekaligus menyakitkan untuk hidup bersama dengan mère yang sama sekali tidak pernah peduli kepadanya maupun père.
Dan kehidupannya baru saja akan dimulai di sini. Setelah ia selesai mengurus pemakaman mère, ia tidak akan kembali ke kota sampah ini dan ia akan hidup dengan tenang tanpa beban masa lalu yang mengintainya.
Ia akan menenangkan diri di Gamla Stan, jika tempat itu masih ada. Tempat itu sangat tenang untuk beristirahat sejenak.
.
.
.
Hidup tidak selalu indah untuk Carl Sørensen, seorang ekspatriat asal Denmark berusia empat puluh dua tahun yang tinggal di Swedia karena kontrak kerja bersama salah satu perusahaan terbesar di Swedia mengenai desain interior maupun bangunan.
Gaji fantastis dan hidup mewah, begitu menyenangkan. Banyak wanita yang kini mendekatinya. Selain kaya, ia dulu adalah mantan tentara. Setiap ia berjalan, wanita seumurannya yang masih lajang selalu menatapnya dengan tatapan kagum, lebih tepatnya kagum karena hartanya yang melimpah dan itu membuat Carl dingin terhadap wanita manapun, terutama wanita Swedia. Lebih tepatnya, Carl membenci semua wanita Swedia karena ketika ia masih muda, wajah Carl hancur total akibat bom molotov dan kekasih Swedia-nya membuang Carl bagaikan sampah.
Ia masih lajang dan tidak berminat untuk berkeluarga. Lebih baik ia hidup dalam kesendirian dibandingkan harus menghabiskan waktunya dengan wanita yang salah.
Wanita yang mendekatinya hanya dijadikan mainan semata tanpa komitmen, untuk membalas dendam. Semakin ia melakukannya, ia semakin sadar bahwa ia sangat kesepian. Tidak pernah ada wanita yang datang kepadanya dengan tulus.
Dewi fortuna tidak pernah berpihak kepadanya dan ia merasa dunia tidak adil kepadanya.
Inikah hukuman dari Tuhan? Karena dulu ia membunuh seorang anak kecil tak bersalah di medan perang? Ia tidak percaya pada Tuhan, tetapi ia sangat takut kepadaNya. Ia tahu Tuhan itu ada dan nyata, begitu jelas.
TBC (part dua di post selanjutnya ya



anasabila memberi reputasi
1
896
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan