- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
(Demi UN) Anak Nelayan Habiskan Rp 4 juta utk UN
TS
razabanjar
(Demi UN) Anak Nelayan Habiskan Rp 4 juta utk UN
Selama UN Amar Habiskan Rp 4 Juta
BANJARMASINPOST.CO.ID, KOTABARU - Ujian Nasional (UN) tingkat SMP sederajat, berakhir Kamis (25/4). Bagi Amar, salah seorang siswa peserta UN di Pulau Sembilan, Kotabaru, pelaksanaan UN 2013 memiliki kenangan tersendiri.
Bukan karena kekacauan seperti yang terjadi pada UN tingkat SMA sederajat, tetapi besarnya uang yang harus dikeluarkannya selama menjalani ujian tersebut. Selama UN dari Senin (22/4) hingga Kamis itu, Amar yang tinggal di Pulau Mata Sirih, Pulau Sembilan mengeluarkan uang sedikitnya Rp 4 juta.
Untuk apa? Biaya cukup besar itu harus dikeluarkan Amar untuk biaya transportasi, sewa rumah dan biaya makan tiap hari. Amar mengaku orangtuanya yang bekerja sebagai nelayan sebenarnya kesulitan menyediakan uang sebesar itu. Namun, dengan berbagai upaya, uang itu disediakan agar putera mereka bisa mengikuti UN.
Amar adalah siswa SMP Mata Sirih. Karena jumlah peserta UN hanya sedikit, dia harus mengikuti ujian di SMP Marabatuan, Pulau Sembilan. Untuk menuju SMP Marabatuan, Amar harus menempuh perjalanan menggunakan kelotok selama tiga jam.
Agar tidak kelelahan dan bisa lebih berkonsentrasi, dia menyewa rumah di dekat SMP Marabatuan. “Tidak bisa pulang pergi. Jadi harus menyewa rumah,” ucap dia.
Salah seorang guru di kawasan Pulau Sembilan, Hasbi mengatakan biaya besar memang harus ditanggung siswa peserta UN di kawasan Pulau Sembilan.
“Peserta (siswa) dari pulau-pulau lain harus mengeluarkan biaya jutaan rupiah. Ada 17 siswa yang harus menanggung beban itu,” katanya.
Menurut Hasbi, biaya besar itu juga dikarenakan belum terealisasinya janji pemerintah membangun asrama siswa di Pulau Marabatuan yang merupakan ‘pulau utama’ di kawasan tersebut. Padahal warga telah menghibahkan lahan untuk pembangunan itu. “Kami juga bingung asrama yang diperlukan itu belum terealisasi,” ucap Hasbi.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kotabaru, Murdianto mengatakan asrama itu belum juga dibangun karena dua menggelar proses tender, selalu gagal. Tidak ada kontraktor yang mengikuti.
Akan tetapi, dia menjanjikan berusaha keras agar asrama itu sudah tersedia pada tahun depan. Tak hanya itu, Murdianto juga berjanji pemerintah daerah mengupayakan pemberian konsumsi bagi siswa yang mengikuti UN.
“Agar segera terbangun, kami akan melakukan pendekatan dengan kontraktor atau paling tidak melakukan penunjukan langsung,” tegas dia. (sah)
sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/20...skan-rp-4-juta
Semoga bisa lulus UN dg nilai bagus Nak.
Pendidikan memang mahal, dan seringkali anak2 di kawasan terpencil harus menjadi korban.
Tak kalah mengenaskan dengan kakak2nya yg SMA, siswa harus menyeberang pulau dengan biaya jutaan utk UN. Sementara pemerintah hanya janji mulu.
BANJARMASINPOST.CO.ID, KOTABARU - Ujian Nasional (UN) tingkat SMP sederajat, berakhir Kamis (25/4). Bagi Amar, salah seorang siswa peserta UN di Pulau Sembilan, Kotabaru, pelaksanaan UN 2013 memiliki kenangan tersendiri.
Bukan karena kekacauan seperti yang terjadi pada UN tingkat SMA sederajat, tetapi besarnya uang yang harus dikeluarkannya selama menjalani ujian tersebut. Selama UN dari Senin (22/4) hingga Kamis itu, Amar yang tinggal di Pulau Mata Sirih, Pulau Sembilan mengeluarkan uang sedikitnya Rp 4 juta.
Untuk apa? Biaya cukup besar itu harus dikeluarkan Amar untuk biaya transportasi, sewa rumah dan biaya makan tiap hari. Amar mengaku orangtuanya yang bekerja sebagai nelayan sebenarnya kesulitan menyediakan uang sebesar itu. Namun, dengan berbagai upaya, uang itu disediakan agar putera mereka bisa mengikuti UN.
Amar adalah siswa SMP Mata Sirih. Karena jumlah peserta UN hanya sedikit, dia harus mengikuti ujian di SMP Marabatuan, Pulau Sembilan. Untuk menuju SMP Marabatuan, Amar harus menempuh perjalanan menggunakan kelotok selama tiga jam.
Agar tidak kelelahan dan bisa lebih berkonsentrasi, dia menyewa rumah di dekat SMP Marabatuan. “Tidak bisa pulang pergi. Jadi harus menyewa rumah,” ucap dia.
Salah seorang guru di kawasan Pulau Sembilan, Hasbi mengatakan biaya besar memang harus ditanggung siswa peserta UN di kawasan Pulau Sembilan.
“Peserta (siswa) dari pulau-pulau lain harus mengeluarkan biaya jutaan rupiah. Ada 17 siswa yang harus menanggung beban itu,” katanya.
Menurut Hasbi, biaya besar itu juga dikarenakan belum terealisasinya janji pemerintah membangun asrama siswa di Pulau Marabatuan yang merupakan ‘pulau utama’ di kawasan tersebut. Padahal warga telah menghibahkan lahan untuk pembangunan itu. “Kami juga bingung asrama yang diperlukan itu belum terealisasi,” ucap Hasbi.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kotabaru, Murdianto mengatakan asrama itu belum juga dibangun karena dua menggelar proses tender, selalu gagal. Tidak ada kontraktor yang mengikuti.
Akan tetapi, dia menjanjikan berusaha keras agar asrama itu sudah tersedia pada tahun depan. Tak hanya itu, Murdianto juga berjanji pemerintah daerah mengupayakan pemberian konsumsi bagi siswa yang mengikuti UN.
“Agar segera terbangun, kami akan melakukan pendekatan dengan kontraktor atau paling tidak melakukan penunjukan langsung,” tegas dia. (sah)
sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/20...skan-rp-4-juta
Semoga bisa lulus UN dg nilai bagus Nak.
Pendidikan memang mahal, dan seringkali anak2 di kawasan terpencil harus menjadi korban.
Tak kalah mengenaskan dengan kakak2nya yg SMA, siswa harus menyeberang pulau dengan biaya jutaan utk UN. Sementara pemerintah hanya janji mulu.
0
1.2K
11
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan