rizkytulusAvatar border
TS
rizkytulus
Menjajal Game Horor Bikinan Lokal


TEMPO.CO, Jakarta- Bila Anda mengaku bernyali besar, senang akan tantangan, dan penyuka film horor, coba mainkan game DreadOut, dijamin ketagihan. Dalam permainan buatan Studio Digital Happiness, Bandung, ini, Anda akan menemukan berbagai sosok makhluk halus khas Indonesia.

Sebut saja semisal kuntilanak, sundal bolong, tuyul, dan genderuwo. Bukan hanya itu, ada juga beberapa makhluk menyeramkan yang masih terdengar asing di telinga, seperti picacis (hantu bayi terbang dengan tali pusar panjang), banaspati (berjalan dengan tangan), dan palasik (hantu dari Minangkabau dengan organ tubuh menjuntai di luar kulit).

Total, ada sekitar 20 sosok hantu Nusantara dalam game yang mampu mencuri perhatian para penggemar game horor tiga dimensi (3D), baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satunya adalah Pewdiepie, gamer asal Swedia yang dikenal dengan video Let’s Play-nya di YouTube.

Video yang mengulas game ini, sambil memainkan versi demo di YouTube, sudah ditonton oleh 2 juta orang lebih hingga Rabu pekan lalu. Adapun pemain yang mengunduh game DreadOut versi demo secara gratis sudah hampir 80 ribu orang.

“Itu untuk yang PC (personal computer) Window. Kalau untuk yang Mac sudah 1.290 orang, buat Linux akan menyusul,” kata produser DreadOut, Achmad Imron, 34 tahun, saat ditemui Tempo di studionya, pertengahan April 2013 lalu.

Tak seperti pengembang game lokal yang lebih senang berkreasi dan menggantungkan hidup perusahaan dengan membuat game mobile, Studio Digital Happiness, yang didirikan dua tahun lalu, lebih memilih jalur permainan komputer.

“Kami tidak mau ikut arus utama karena pembuat game mobile sudah sangat banyak, bisa 10 ribu game sehari,” kata Imron. Nantinya, DreadOut yang disiapkan hingga 14 level permainan itu akan dibanderol US$ 15 atau Rp 150 ribu per copy.

Dalam DreadOut, Anda akan memainkan tokoh Linda, siswi sekolah menengah atas berkulit putih, berambut panjang diikat, dan berpostur bak model. Pada versi demo game, yang disebut Imron sebagai level nol atau pembuka, kisahnya bermula dari perjalanan Linda dan lima rekan sekolahnya ke sebuah daerah mati.

Gedung dan perumahan di wilayah itu digambarkan senyap setelah dihantam tsunami. Hantu berbagai bentuk pun berkeliaran di sudut ruang bangunan, bertengger di atap rumah, atau pepohonan. Uniknya, makhluk halus itu baru bisa dilihat jika menggunakan kamera telepon seluler pintar.

Selain memakai hantu lokal, kekuatan game yang dibuat dengan Ultimate Engine seharga US$ 1.500 (sekitar Rp 14,4 juta) ini terletak pada nuansanya yang dibuat sangat khas Indonesia. "Dari bentuk rumah, lingkungan, pepohonan, dan perabot dibuat seperti aslinya,” kata Imron.

Sekilas, permainan ini mirip Fatal Frame. Misalnya, sama-sama bertokoh utama gadis muda yang tersesat di suatu tempat dan mengandalkan kamera sebagai senjata melawan hantu. “Kami memang terinspirasi dari game itu. Tapi isinya tidak sama persis,” ujar Imron.

Kris Antoni Hadiputra, Chapter Coordinator International Game Developers Association, mengatakan saat ini memang belum banyak pengembang yang berminat menggarap game jenis horor. Padahal game jenis ini telah cukup akrab dimainkan di sini, seperti Resident Evil dan Silent Hill.

Minimnya pengembang yang mau bermain pada game ini lantaran game horror harus mampu mengolah psikologis pemain lewat cerita, penempatan waktu, desain karakter, setting game, serta suara dan musik. “Karena tantangan-tantangan inilah tidak terlalu banyak game developer yang memilih untuk mengembangkan game horor,” kata dia.

sumber

Yang pengen lihat game versi demo tonton di sini ya. yang maenin PewDiePie udah dilihat hampir 3 juta kali.

0
2K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan