- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
>> Tradisi Pernikahan Tertua Di Dunia


TS
bedubeda
>> Tradisi Pernikahan Tertua Di Dunia
Dari Cincin Hingga Melati, Inilah Tradisi Pernikahan Tertua Di Dunia

Mempelai wanita berjalan menuruni tangga dengan anggun, dalam balutan gaun pengantinnya yang indah. Ia didampingi oleh sang ayah, yang akan menyerahkan sang putri kepada seorang lelaki yang telah menanti dengan sabar di bawah tangga. Ialah lelaki yang akan menggantikan tugasnya untuk menjaga putri kesayangannya. Setelah ayah mempelai wanita menyerahkan putrinya kepada lelaki yang akan menjalani hidup dengan putrinya untuk selamanya, mereka pun bergandengan tangan, lalu berjalan dengan anggun menuju pelaminan, sambil sesekali mengangguk ke arah tamu undangan yang hadir. Setelah disahkan sebagai suami istri, mereka pun bertukar cincin, yang menjadi penanda bahwa hubungan mereka akan abadi untuk selamanya.
Upacara pernikahan seperti di atas mungkin sudah tidak aneh lagi di telinga Anda. Di berbagai negara, prosesi pernikahan semacam itu memang yang paling umum dilakukan oleh banyak orang di dunia. Namun, tahukah Anda kalau tradisi itu ternyata sudah berusia lebih dari 5.000 tahun?
Anda mungkin mengira, upacara pernikahan seperti itu adalah tradisi dan budaya bangsa Barat, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia bersama kolonialisme mereka. Padahal sesungguhnya, tradisi itu adalah budaya Mesir, dan merupakan warisan berusia ribuan tahun sejak zaman Firaun.
Ribuan tahun yang lalu, bangsa Mesir kuno melakukan upacara pernikahan yang diawali dengan memasangkan cincin di jari tangan sebelah kiri. Mereka menyebut ini sebagai masa pertunangan, untuk mengenal lebih dekat calon mempelai dan keluarga masing-masing. Setelah pernikahan diresmikan, cincin dipindahkan dari jari sebelah kiri ke jari kanan, yang menandai bahwa kini mereka telah sah menjadi suami dan istri, dan mengarungi bahtera rumah tangga bersama.
Bagi masyarakat Mesir kuno, cincin memiliki makna yang begitu mendalam. Cincin yang berbentuk lingkaran utuh, memiliki makna filosofis tidak ada awal dan tidak ada akhir. Bentuk itu dianggap melambangkan hubungan abadi, yang didasarkan pada tanggung jawab antara kedua orang di dalam rumah tangga, yaitu suami dan istri.
Selain mewariskan tradisi pernikahan yang tetap dilaksanakan hingga saat ini, Mesir juga dikenal sebagai bangsa pertama yang mengenal ritual dan syarat-syarat dalam sebuah pernikahan. Selain cincin, tradisi pernikahan Mesir kuno yang terus digunakan hingga saat ini adalah penghulu dan penggunaan bunga melati di upacara pernikahan.
Di zaman Mesir kuno dulu, pendeta memerintahkan penghulu untuk memandu pernikahan antara kedua mempelai. Penghulu lalu mencatat berita acara pernikahan dalam tiga rangkap, dan memberikannya salinannya kepada kedua mempelai, dirinya sendiri, dan salinan terakhir untuk disimpan oleh negara. Bisa jadi, itulah cikal bakal buku nikah ataupun sertifikat pernikahan yang kita kenal sekarang ini.
Tradisi lainnya yang tidak boleh terlewat dari pernikahan Mesir kuno itu adalah penggunaan bunga melati, yang biasa ditempatkan di kursi pelaminan. Bagi masyarakat Mesir kuno, wangi bunga melati adalah wangi surga, jadi penting untuk menggunakan bunga itu di acara pernikahan. Mungkinkah tradisi menggunakan melati itu turut, menyebar juga hingga ke nusantara?
samber
Mempelai wanita berjalan menuruni tangga dengan anggun, dalam balutan gaun pengantinnya yang indah. Ia didampingi oleh sang ayah, yang akan menyerahkan sang putri kepada seorang lelaki yang telah menanti dengan sabar di bawah tangga. Ialah lelaki yang akan menggantikan tugasnya untuk menjaga putri kesayangannya. Setelah ayah mempelai wanita menyerahkan putrinya kepada lelaki yang akan menjalani hidup dengan putrinya untuk selamanya, mereka pun bergandengan tangan, lalu berjalan dengan anggun menuju pelaminan, sambil sesekali mengangguk ke arah tamu undangan yang hadir. Setelah disahkan sebagai suami istri, mereka pun bertukar cincin, yang menjadi penanda bahwa hubungan mereka akan abadi untuk selamanya.
Upacara pernikahan seperti di atas mungkin sudah tidak aneh lagi di telinga Anda. Di berbagai negara, prosesi pernikahan semacam itu memang yang paling umum dilakukan oleh banyak orang di dunia. Namun, tahukah Anda kalau tradisi itu ternyata sudah berusia lebih dari 5.000 tahun?
Anda mungkin mengira, upacara pernikahan seperti itu adalah tradisi dan budaya bangsa Barat, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia bersama kolonialisme mereka. Padahal sesungguhnya, tradisi itu adalah budaya Mesir, dan merupakan warisan berusia ribuan tahun sejak zaman Firaun.
Ribuan tahun yang lalu, bangsa Mesir kuno melakukan upacara pernikahan yang diawali dengan memasangkan cincin di jari tangan sebelah kiri. Mereka menyebut ini sebagai masa pertunangan, untuk mengenal lebih dekat calon mempelai dan keluarga masing-masing. Setelah pernikahan diresmikan, cincin dipindahkan dari jari sebelah kiri ke jari kanan, yang menandai bahwa kini mereka telah sah menjadi suami dan istri, dan mengarungi bahtera rumah tangga bersama.
Bagi masyarakat Mesir kuno, cincin memiliki makna yang begitu mendalam. Cincin yang berbentuk lingkaran utuh, memiliki makna filosofis tidak ada awal dan tidak ada akhir. Bentuk itu dianggap melambangkan hubungan abadi, yang didasarkan pada tanggung jawab antara kedua orang di dalam rumah tangga, yaitu suami dan istri.
Selain mewariskan tradisi pernikahan yang tetap dilaksanakan hingga saat ini, Mesir juga dikenal sebagai bangsa pertama yang mengenal ritual dan syarat-syarat dalam sebuah pernikahan. Selain cincin, tradisi pernikahan Mesir kuno yang terus digunakan hingga saat ini adalah penghulu dan penggunaan bunga melati di upacara pernikahan.
Di zaman Mesir kuno dulu, pendeta memerintahkan penghulu untuk memandu pernikahan antara kedua mempelai. Penghulu lalu mencatat berita acara pernikahan dalam tiga rangkap, dan memberikannya salinannya kepada kedua mempelai, dirinya sendiri, dan salinan terakhir untuk disimpan oleh negara. Bisa jadi, itulah cikal bakal buku nikah ataupun sertifikat pernikahan yang kita kenal sekarang ini.
Tradisi lainnya yang tidak boleh terlewat dari pernikahan Mesir kuno itu adalah penggunaan bunga melati, yang biasa ditempatkan di kursi pelaminan. Bagi masyarakat Mesir kuno, wangi bunga melati adalah wangi surga, jadi penting untuk menggunakan bunga itu di acara pernikahan. Mungkinkah tradisi menggunakan melati itu turut, menyebar juga hingga ke nusantara?
samber
0
2.1K
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan