- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menunggu Langkah 6 Exco PSSI Terhukum Selanjutnya
TS
reirahadian
Menunggu Langkah 6 Exco PSSI Terhukum Selanjutnya
Quote:
Setelah tidak “digubris” oleh FIFA kira-kira apa langkah Farid Rahman cs dalam upaya merebut kembali PSSI dan mericuhkan PSSI? Lima hari yang Lalu FIFA membalas surat yang dilayangkan oleh Farid Rahman, namun bukan surat cinta yang didapat oleh Farid Rahman cs, melainkan surat terguran dan pernyataan yang membuat hati Farid Rahman cs pasti pataha hati. Melalui Dputi Sekjen Markus Kattner, FIFA menyatakan tidak akan merespon lagi surat-surat yang dilayangkan oleh Farid Rahman dan anggota Exco terhukum lainnya. Sekaligus FIFA menyatakan hanya akan berkorespodensi dengan Ketum PSSI, Dhohar Arifin Husein dam Sekjen PSSI, Hadiyandra.

FIFA menyatakan tidak mau mengurusi masalah internal PSSI, dan FIFA seperti menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan Farid Rahman dan anggota Exco lainnya bukanlah tindakan yang tepat dengan sedikit-sedikit mengadu kepada FIFA.
Lalu bagaimana langkah selanjutnya yang akan ditempuh oleh 6 anggota Exco terhukum untuk tetap berupaya merebut kembali kedudukan di PSSI setelah kartu AS mereka, yaitu FIFA sudah tidak mau berkorespodensi dan membela mereka? Saya rasa sejak saat ini mereka tidak akan beramin di isu pelangaran statuta karena FIFA pun sudah tidak meributkan apapun tentang statuta PSSI. Kemungkina besar mereka akan menggunakan isu mafia sepakbola dan isu unifikasi liga sebagai senjata pamungkas untuk kembali mengacak-ngacak iklim sepakbola Indonesia yang sudah mulai kondusif.
Mafia Sepakbola
Benarkah ada mafia sepakbola di Indonesia? Ada saya yakin, sejarah mencatat “Peristiwa Surabaya” dan “Skandal Senayan” merupaka dua kasus nyata mafia sepakbola ada di Indonesia. Kasus “skandal Senayan” ini pula yang merupakan kartu mati Bob Hippy (salah satu Exco yang lantang membicarakan kasus pengaturan skor) La Nyalla mengatakan bahwa jika Bob Hippy terus mengatakan mengenai mafia itu seperti saja membuka aib dirinya sendiri karena Bob Hippy merupakan anggota skuad dalam “Skandal Senayan”. Jadi saya yakin jika isu mafia sepakbola itu merupakan isu “basi” yang digulirkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kembali mericuhkan suasana dan membuat situasi kembali tidak kondusif. Hemat saya adalah pihak-pihak yang selama ini berteriak adanya mafia sepakbola di tubuh PSSI agar segera melaporkan bukti-bukti yang mereka punya kepada pihak berwajib agar mereka bergerak dan mengusut tuntas mafia sepakbola di Indonesia, bukan hanya berteriak di media, blog dan social media. Itupun jika mereka mempunyai bukti yang valid ya.
Jadi simple, ada bukti, laporkan jika tidak digubris laporkan ke otoritas yang lebih tinggi lagi, entah itu AFC atau FIFA jika memang semangatnya adalah ingin memberantas Mafia sepakbola, jika semagatnya adalah untuk memperkeruh suasana saya yakin isu Mafia sepakbloa ini hanya akan dipelihara agar semakin bergulir ke ranah yang tidak jelas.
Unifikasi Liga
Unifikasi Liga juga merupakan salah satu senjata 6 anggota Exco terhukum untuk kembali menghangatkan situasi. Dengan Bonek sebagai garda terdepan gelombang protes karena memang Bonek merasa yang paling dirugikan oleh unifikasi liga tersebut. Saya tidak akan masuk kedalam kisruh Persebaya tapi saya akan mengulas mengenai bagaimana potensi kisruh unifikasi liga ini bisa menjadi bom waktu bagi PSSI. Dengan protes yang semakin meluas dan menjurus ke arah kriminal dimana ada pihak Bonek yang mengalami pembacokan karena melakukan protes yang masif di Jawa Timur saya rasa bom waktu itu tinggal menunggu meledak saja. Mungkin alangkah baiknya jika masalah Persebaya itu diselesaikan dulu oleh PSSI dangan kepala dingin, jangan sampai tim sekelas Persebaya tidak bisa mengikuti unifikasi liga hanya karena masalah administrasi semata. Sudah selayaknya liga Unifikasi diikuti oleh tim-tim terbaik dari IPL dan ISL, sehingga bisa mengakomodir semua kepentingan, hanya kedua belah pihak baik Persebaya 1927 dan PSSI harus duduk bersama dengan kepala dingin dan jangan sampai niat mulia para Bonek tersebut ditunggangi oleh oknum-oknum tertentu demi menciptakan suasana yang tidak kondusif kembali di sepakbola Indonesia.
Pada akhirnya menarik melihat langkah apalagi yang akan dilakukan 6 anggota Exco dalam melakukan perlawanan kepada PSSI. Setelah semua langkah mereka menemui jalan buntu kita lihat saja bagaimana manuver mereka selanjutnya. Salam

FIFA menyatakan tidak mau mengurusi masalah internal PSSI, dan FIFA seperti menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan Farid Rahman dan anggota Exco lainnya bukanlah tindakan yang tepat dengan sedikit-sedikit mengadu kepada FIFA.
Lalu bagaimana langkah selanjutnya yang akan ditempuh oleh 6 anggota Exco terhukum untuk tetap berupaya merebut kembali kedudukan di PSSI setelah kartu AS mereka, yaitu FIFA sudah tidak mau berkorespodensi dan membela mereka? Saya rasa sejak saat ini mereka tidak akan beramin di isu pelangaran statuta karena FIFA pun sudah tidak meributkan apapun tentang statuta PSSI. Kemungkina besar mereka akan menggunakan isu mafia sepakbola dan isu unifikasi liga sebagai senjata pamungkas untuk kembali mengacak-ngacak iklim sepakbola Indonesia yang sudah mulai kondusif.
Mafia Sepakbola
Benarkah ada mafia sepakbola di Indonesia? Ada saya yakin, sejarah mencatat “Peristiwa Surabaya” dan “Skandal Senayan” merupaka dua kasus nyata mafia sepakbola ada di Indonesia. Kasus “skandal Senayan” ini pula yang merupakan kartu mati Bob Hippy (salah satu Exco yang lantang membicarakan kasus pengaturan skor) La Nyalla mengatakan bahwa jika Bob Hippy terus mengatakan mengenai mafia itu seperti saja membuka aib dirinya sendiri karena Bob Hippy merupakan anggota skuad dalam “Skandal Senayan”. Jadi saya yakin jika isu mafia sepakbola itu merupakan isu “basi” yang digulirkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kembali mericuhkan suasana dan membuat situasi kembali tidak kondusif. Hemat saya adalah pihak-pihak yang selama ini berteriak adanya mafia sepakbola di tubuh PSSI agar segera melaporkan bukti-bukti yang mereka punya kepada pihak berwajib agar mereka bergerak dan mengusut tuntas mafia sepakbola di Indonesia, bukan hanya berteriak di media, blog dan social media. Itupun jika mereka mempunyai bukti yang valid ya.
Jadi simple, ada bukti, laporkan jika tidak digubris laporkan ke otoritas yang lebih tinggi lagi, entah itu AFC atau FIFA jika memang semangatnya adalah ingin memberantas Mafia sepakbola, jika semagatnya adalah untuk memperkeruh suasana saya yakin isu Mafia sepakbloa ini hanya akan dipelihara agar semakin bergulir ke ranah yang tidak jelas.
Unifikasi Liga
Unifikasi Liga juga merupakan salah satu senjata 6 anggota Exco terhukum untuk kembali menghangatkan situasi. Dengan Bonek sebagai garda terdepan gelombang protes karena memang Bonek merasa yang paling dirugikan oleh unifikasi liga tersebut. Saya tidak akan masuk kedalam kisruh Persebaya tapi saya akan mengulas mengenai bagaimana potensi kisruh unifikasi liga ini bisa menjadi bom waktu bagi PSSI. Dengan protes yang semakin meluas dan menjurus ke arah kriminal dimana ada pihak Bonek yang mengalami pembacokan karena melakukan protes yang masif di Jawa Timur saya rasa bom waktu itu tinggal menunggu meledak saja. Mungkin alangkah baiknya jika masalah Persebaya itu diselesaikan dulu oleh PSSI dangan kepala dingin, jangan sampai tim sekelas Persebaya tidak bisa mengikuti unifikasi liga hanya karena masalah administrasi semata. Sudah selayaknya liga Unifikasi diikuti oleh tim-tim terbaik dari IPL dan ISL, sehingga bisa mengakomodir semua kepentingan, hanya kedua belah pihak baik Persebaya 1927 dan PSSI harus duduk bersama dengan kepala dingin dan jangan sampai niat mulia para Bonek tersebut ditunggangi oleh oknum-oknum tertentu demi menciptakan suasana yang tidak kondusif kembali di sepakbola Indonesia.
Pada akhirnya menarik melihat langkah apalagi yang akan dilakukan 6 anggota Exco dalam melakukan perlawanan kepada PSSI. Setelah semua langkah mereka menemui jalan buntu kita lihat saja bagaimana manuver mereka selanjutnya. Salam
Sumber
0
1.7K
Kutip
3
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan