- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Ternyata Selama Ini Indonesia Ditipu IMF dan Lembaga Keuangan Duina Lainnya


TS
maftoochey
Ternyata Selama Ini Indonesia Ditipu IMF dan Lembaga Keuangan Duina Lainnya
gan, kalo ente ngaku cinta dan care sama bangsa ini..ente harus tau tentang ini..mungkin sebagian ada yang udah tau dan sebagian juga mungkin belum pada tau..simak yeee dari awal sampe akhir terus dicerna..semoga kedepan kita bisa merubah bangsa ini jadi lebih baik 
Republik ini berdiri tahun 1945, sudah hampir 68 tahun kita merdeka tetapi pertanyaannya mengapa kita belum juga mencapai atau setidaknya mendekati kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh seperti yang diamanatkan konstitusi. Ada apa sebenarnya?siapa yang salah?dosa apa yang pernah dilakukan bangsa ini? padahal kita punya sumber daya alam yang sangat melimpah, semuanya ada di Indonesia mulai dari hutan, gunung, laut,minyak, gas, mineral, batubara, pertanian, hujan, sampai salju pun ada dinegeri kita ini. tetapi alangkah naifnya jika kita selalu mencari kesalahan dan kambing hitam dari ‘kegagalan’ bangsa ini mewujudkan kesejahteraan, kita sebagai generasi penerus bangsa boleh bahkan harus menganalisis kesalahan-kesalahan yang ada di negeri ini, tetapi bukan untuk mengeluh dan menyalahkan melainkan untuk dijadikan sebagai referensi agar di kemudian hari kita punya formula untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada di negeri ini karena bagaimanapun nasib bangsa ini ada ditangan kita, apapun profesi kita nantinya.
Mari kita menilik sejarah, tahun 1945 kita merdeka dan kita dipimpin oleh Ir Soekarno, sang orator ulung yang mempunyai rasa nasionalisme yang sangat tinggi sekaligus salah satu pemimpin besar di abad 20, selama kurang lebih 22 tahun Soekarno memimpin, Ia berhasil memantapkan dasar-dasar kebangsaan negeri ini dan berhasil menunjukan eksistensi bangsa Indonesia di mata dunia tetapi disisi lain ekonomi Indonesia tak kunjung maju,masih banyak rakyat miskin dan timbul penyimpangan-penyimpangan seperti pengangkatan dirinya sebagai Presiden seumur hidup, penerapan demokrasi terpimpin, kedekatannya dengan paham komunisdan puncaknya yaitu peristiwa G 30 S/PKI yang menjadi tonggak peralihan kekuasaan dari Soekarno ke tangan Soeharto. Tahun 1967 kekuasaan berpindah ke tangan Soeharto dengan dasar SUPERSEMAR yang sampai saat ini masih diperdebatkan, Soeharto memproklamirkan bahwa di era kepemimpinannya Indonesia memasuki orde baru menuju perubahan-perubahan yang gemilang. Hal itu dibuktikannya dengan adanya program Pelita (Pembangunan Lima Tahun) yang fokus membangun ekonomi Indonesia, dengan bermodal utang luar negeri dari IMF, World Bank, dan Negara-negara donator, Soeharto berhasil membangun ekonomi Indonesia, pertumbuhan ekonomi stabil di atas 7 %, berhasil swasembada pangan, industry menggeliat dan pembangunan infrastruktur sangatlah pesat. Tetapi apalah daya utang tetaplah utang, bagaimanapun utang luar negeri bukan jalan keluar yang bagus untuk membangun fundamental ekonomi, karena ada harga yang sangat mahal yang harus ditanggung Indonesia sebagai Negara penghutang, bukan hanya karena nominal hutang beserta bunganya yang mencapai milliaran dollar tetapi ada yang lebih dari itu, yaitu kedaulatan ekonomi dan SDA yang dipertaruhkan karena setiap pemberian utang luar negeri selalu ada kepentingan yang menyelinap di belakangnya yaitu kepentingan dari Negara-negara pendonor semacam Amerika, Inggris, Prancis,dll.
Tahun 1967 di era orde baru, Indonesia pertama kalinya berhutang kepada IMF dan sekutu-sekutunya untuk membangun ekonomi, dengan senang hati mereka meminjamkan modal untuk Indonesia, karena dibalik pemberian modal/utang itu selalu ada perjanjian dan kepentingan asing terhadap Indonesia yang harus dipatuhi pemerintahan Soehato, salah satunya adalah kepentingan asing untuk menguasai lahan tambang dan migas yang ada di Indonesia.
Kita tentu tahu Tambang Emas terbesar Indonesia di Papua yang dikelola Freeport, ya itu adalah salah satu contoh dari konsekuensi berhutang pada IMF dan sekutu-sekutunya yang berujung pada penguasaan lahan tambang kita oleh asing. tahun 1967 pertama kali Freeport menandatangani kontrak kerja yang durasinya mencapai 30 tahun, kenapa 30 tahun?karena menurut data geologi tahun 1930an cadangan emas di Papua akan habis ditambang setelah 30 tahun, tetapi seiring berjalannya waktu para geologist menemukan cadangan-cadangan baru di sekitar Grasberg dan Erstberg (dua gunung emas di Papua), yang ternyata cadangan baru itu jauh lebih banyak dari data yang pernah dilansir tahun 1930, itu sebabnya kenapa ketika kontrak kerja Freeport akan habis tahun 1997, Freeport yang notabene perusahaan milik Amerika ngotot untuk melanjutkan kontrak kerja baru, tahun 1991 freeport mengajukan perpanjangan kontrak lagi dengan Indonesia padahal kontrak kerja baru habis tahun 1997, dengan adanya tekanan dari IMF sebagai Boss Besar ekonomi Indonesia karena telah meminjamkan dananya kepada Indonesia selama berpuluh-puluh tahun, Indonesia mau tidak mau harus menandatangani kontrak kerja baru dengan Freeport, akhrinya pemerintahan Soeharto tidak berdaya lagi dan menandatangin kontrak kerja baru dengan Freeport yang durasinya sampai tahun 2041 (ketika cadangan emas dan tembaga benar-benar habis). Freeport hanyalah satu contoh dari sekian SDA kita yang dikuasai asing, masih banyak lagi yang lainnya seperti penguasaan blok cepu oleh Exxon Mobil, penguasaan lahan minyak di Kalimantan oleh Chevron, penguasaan blok Mahakam oleh Total dan lain sebagainya, sekali lagi itu adalah konsekuensi dari pemberian utang oleh IMF dan sekutu-sekutunya sekaligus jawaban dari pertanyaan mayoritas rakyat Indonesia kenapa lahan tambang dan migas kita banyak yang jatuh ke tangan asing. Tahun 1997 Indonesia terkena badai krisis ekonomi yang sangat dahsyat yang berujung pada lengsernya kekuasaan orde baru pada 21 mei 1998, banyak kalangan menilai krisis ekonomi yang melanda Indonesia mulai tahun 1997 adalah permainan IMF dan sekutu-sekutunya, jadi ada kesengajaan untuk menjatuhkan ekonomi Indonesia hal itu sangatlah dimungkinkan karena Indonesia sangat bergantung pada utang luar negeri, untuk mengkrisiskan ekonomi Indonesia sangatlah mudah, salah satu caranya adalah menjatuhkan nilai tukar rupiah terhadap dollar, sehingga Indonesia akan sangat sulit melunasi utang luar negeri sekaligus menjatuhkan industry-industri yang ada di Indonesia karena kebanyakan pengusaha Indonesia juga berhutang pada asing serta bahan baku industri harus diimport dan pembayarannya harus memakai dollar.
Beberapa kalangan juga menyebut krisis ekonomi Indonesia ini adalah salah satu permintaan dari produsen pesawat terbang komersial dunia yaitu Boeing dan Airbus kepada IMF yang tidak menghendaki IPTN menjadi perusahaan pesaing yang akan merebut pasar pesawat terbang komersial dunia, seperti yang kita ketahui tahun 1995 Habibie bersama IPTN-nya berhasil membuat pesawat N250, yang merupakan pesawat baling-baling tercanggih pada waktu itu setelah pembuatan N250, rencananya tahun 2003 Habibie dan IPTN nya akan membuat pesawat Jet sekelas Boeing 737 yang diberi nama N2130 yang akan memasuki industry dan pasar pesawat terbang komersial dunia, jika itu terlaksana sudah pasti pesawat Indonesia akan menyaingi produk Boeing dan Airbus karena hampir dipastikan harga pesawat N2130 jauh lebih murah dibanding pesawat produksi Boeing dan Airbus sedangkan kualitasnya tidak jauh berbeda,itu lah salah satu alasan Indonesia sengaja dikrisiskan oleh pendapat sebagian kalangan, ini juga dibuktikan ketika ekonomi Indonesia terkena krisis dan Indonesia terpaksa berhutang lagi kepada IMF pada januari 1998 untukmenyehatkan perbankan dan ekonomi Indonesia salah satu point dari agreement yang tercantum di LoI (Letter of Intens) antara Indonesia dan IMF adalah penghentian dana pemerintah untuk menyokong IPTN. Singkatnya Indonesia telah terjebak oleh permainan utang luar negeri dan sudah termasuk Negara yang terkena debt trap IMF dan sekutu-sekutunya. jadi bencana ekonomi Indonesia yang tak kunjung sejahtera itu berawal di masa orde baru dan berlanjut sampai era pemerintahan SBY-Boediono. Sampai saat ini utang luar negeri kita mencapai Rp 1.997 Trilliun, angka yang sangat fantastis dan perlu diketahui kecenderungan nilai utang luar negeri dari tahun ke tahun bukannya semakin menurun malah semakin bertambah. Celakanya sampai pemerintahan SBY-Boediono ekonomi kita cenderung kapitalis, focus pemerintah kita hanya pada pembangunan ekonomi Makro atau sector finansial sedangkan pembangunan sector riil sangatlah kurang atau bahkan cenderung diabaikan, pemerintah kita dengan bangganya mengumumkan pertumbuhan ekonomi diatas 6%, tetapi kita lihat kondisi real di masyarakat masih banyak rakyat miskin dan rakyat yang kelaparan hal ini disebabkan karena pemerintah menghitung pertumbuhan ekonomi sebagian besarnya hanya disumbang dari sector financial, sedangkan sector riil tidak begitu signifikan menyumbang pertumbuhan ekonomi. Seharusnya pemerintah juga memperhatikan sektor riil, karena sebagian besar rakyat Indonesia bermain pada sector riil bukan sector financial yang hanya mainan para konglomerat.
Seharusnya pemerintah mengeluarkan kebijakan ekonomi yang pro rakyat, memberi peluang rakyat kecil untuk hidup sejahtera contohnya dengan cara melayakkan upah buruh, memberi modal cuma-cuma kepada rakyat kecil, memberi pelatihan kewirausahaan dan pertanian di setiap desa diseluruh Indonesia dan lain sebagainya. pemerintah kita juga seharusnya membangun ekonomi domestic terlebih dahulu tanpa adanya utang luar negeri yang begitu signifikan, seperti yang dilakukan China, Korea, Jepang dan Malaysia. Dan terbukti ekonomi mereka jauh lebih maju dibanding ekonomi Indonesia yang sampai sekarang masih bergantung pada utang luar negeri.
lanjut di bawah yaaa

Republik ini berdiri tahun 1945, sudah hampir 68 tahun kita merdeka tetapi pertanyaannya mengapa kita belum juga mencapai atau setidaknya mendekati kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh seperti yang diamanatkan konstitusi. Ada apa sebenarnya?siapa yang salah?dosa apa yang pernah dilakukan bangsa ini? padahal kita punya sumber daya alam yang sangat melimpah, semuanya ada di Indonesia mulai dari hutan, gunung, laut,minyak, gas, mineral, batubara, pertanian, hujan, sampai salju pun ada dinegeri kita ini. tetapi alangkah naifnya jika kita selalu mencari kesalahan dan kambing hitam dari ‘kegagalan’ bangsa ini mewujudkan kesejahteraan, kita sebagai generasi penerus bangsa boleh bahkan harus menganalisis kesalahan-kesalahan yang ada di negeri ini, tetapi bukan untuk mengeluh dan menyalahkan melainkan untuk dijadikan sebagai referensi agar di kemudian hari kita punya formula untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada di negeri ini karena bagaimanapun nasib bangsa ini ada ditangan kita, apapun profesi kita nantinya.
Mari kita menilik sejarah, tahun 1945 kita merdeka dan kita dipimpin oleh Ir Soekarno, sang orator ulung yang mempunyai rasa nasionalisme yang sangat tinggi sekaligus salah satu pemimpin besar di abad 20, selama kurang lebih 22 tahun Soekarno memimpin, Ia berhasil memantapkan dasar-dasar kebangsaan negeri ini dan berhasil menunjukan eksistensi bangsa Indonesia di mata dunia tetapi disisi lain ekonomi Indonesia tak kunjung maju,masih banyak rakyat miskin dan timbul penyimpangan-penyimpangan seperti pengangkatan dirinya sebagai Presiden seumur hidup, penerapan demokrasi terpimpin, kedekatannya dengan paham komunisdan puncaknya yaitu peristiwa G 30 S/PKI yang menjadi tonggak peralihan kekuasaan dari Soekarno ke tangan Soeharto. Tahun 1967 kekuasaan berpindah ke tangan Soeharto dengan dasar SUPERSEMAR yang sampai saat ini masih diperdebatkan, Soeharto memproklamirkan bahwa di era kepemimpinannya Indonesia memasuki orde baru menuju perubahan-perubahan yang gemilang. Hal itu dibuktikannya dengan adanya program Pelita (Pembangunan Lima Tahun) yang fokus membangun ekonomi Indonesia, dengan bermodal utang luar negeri dari IMF, World Bank, dan Negara-negara donator, Soeharto berhasil membangun ekonomi Indonesia, pertumbuhan ekonomi stabil di atas 7 %, berhasil swasembada pangan, industry menggeliat dan pembangunan infrastruktur sangatlah pesat. Tetapi apalah daya utang tetaplah utang, bagaimanapun utang luar negeri bukan jalan keluar yang bagus untuk membangun fundamental ekonomi, karena ada harga yang sangat mahal yang harus ditanggung Indonesia sebagai Negara penghutang, bukan hanya karena nominal hutang beserta bunganya yang mencapai milliaran dollar tetapi ada yang lebih dari itu, yaitu kedaulatan ekonomi dan SDA yang dipertaruhkan karena setiap pemberian utang luar negeri selalu ada kepentingan yang menyelinap di belakangnya yaitu kepentingan dari Negara-negara pendonor semacam Amerika, Inggris, Prancis,dll.
Tahun 1967 di era orde baru, Indonesia pertama kalinya berhutang kepada IMF dan sekutu-sekutunya untuk membangun ekonomi, dengan senang hati mereka meminjamkan modal untuk Indonesia, karena dibalik pemberian modal/utang itu selalu ada perjanjian dan kepentingan asing terhadap Indonesia yang harus dipatuhi pemerintahan Soehato, salah satunya adalah kepentingan asing untuk menguasai lahan tambang dan migas yang ada di Indonesia.
Kita tentu tahu Tambang Emas terbesar Indonesia di Papua yang dikelola Freeport, ya itu adalah salah satu contoh dari konsekuensi berhutang pada IMF dan sekutu-sekutunya yang berujung pada penguasaan lahan tambang kita oleh asing. tahun 1967 pertama kali Freeport menandatangani kontrak kerja yang durasinya mencapai 30 tahun, kenapa 30 tahun?karena menurut data geologi tahun 1930an cadangan emas di Papua akan habis ditambang setelah 30 tahun, tetapi seiring berjalannya waktu para geologist menemukan cadangan-cadangan baru di sekitar Grasberg dan Erstberg (dua gunung emas di Papua), yang ternyata cadangan baru itu jauh lebih banyak dari data yang pernah dilansir tahun 1930, itu sebabnya kenapa ketika kontrak kerja Freeport akan habis tahun 1997, Freeport yang notabene perusahaan milik Amerika ngotot untuk melanjutkan kontrak kerja baru, tahun 1991 freeport mengajukan perpanjangan kontrak lagi dengan Indonesia padahal kontrak kerja baru habis tahun 1997, dengan adanya tekanan dari IMF sebagai Boss Besar ekonomi Indonesia karena telah meminjamkan dananya kepada Indonesia selama berpuluh-puluh tahun, Indonesia mau tidak mau harus menandatangani kontrak kerja baru dengan Freeport, akhrinya pemerintahan Soeharto tidak berdaya lagi dan menandatangin kontrak kerja baru dengan Freeport yang durasinya sampai tahun 2041 (ketika cadangan emas dan tembaga benar-benar habis). Freeport hanyalah satu contoh dari sekian SDA kita yang dikuasai asing, masih banyak lagi yang lainnya seperti penguasaan blok cepu oleh Exxon Mobil, penguasaan lahan minyak di Kalimantan oleh Chevron, penguasaan blok Mahakam oleh Total dan lain sebagainya, sekali lagi itu adalah konsekuensi dari pemberian utang oleh IMF dan sekutu-sekutunya sekaligus jawaban dari pertanyaan mayoritas rakyat Indonesia kenapa lahan tambang dan migas kita banyak yang jatuh ke tangan asing. Tahun 1997 Indonesia terkena badai krisis ekonomi yang sangat dahsyat yang berujung pada lengsernya kekuasaan orde baru pada 21 mei 1998, banyak kalangan menilai krisis ekonomi yang melanda Indonesia mulai tahun 1997 adalah permainan IMF dan sekutu-sekutunya, jadi ada kesengajaan untuk menjatuhkan ekonomi Indonesia hal itu sangatlah dimungkinkan karena Indonesia sangat bergantung pada utang luar negeri, untuk mengkrisiskan ekonomi Indonesia sangatlah mudah, salah satu caranya adalah menjatuhkan nilai tukar rupiah terhadap dollar, sehingga Indonesia akan sangat sulit melunasi utang luar negeri sekaligus menjatuhkan industry-industri yang ada di Indonesia karena kebanyakan pengusaha Indonesia juga berhutang pada asing serta bahan baku industri harus diimport dan pembayarannya harus memakai dollar.
Beberapa kalangan juga menyebut krisis ekonomi Indonesia ini adalah salah satu permintaan dari produsen pesawat terbang komersial dunia yaitu Boeing dan Airbus kepada IMF yang tidak menghendaki IPTN menjadi perusahaan pesaing yang akan merebut pasar pesawat terbang komersial dunia, seperti yang kita ketahui tahun 1995 Habibie bersama IPTN-nya berhasil membuat pesawat N250, yang merupakan pesawat baling-baling tercanggih pada waktu itu setelah pembuatan N250, rencananya tahun 2003 Habibie dan IPTN nya akan membuat pesawat Jet sekelas Boeing 737 yang diberi nama N2130 yang akan memasuki industry dan pasar pesawat terbang komersial dunia, jika itu terlaksana sudah pasti pesawat Indonesia akan menyaingi produk Boeing dan Airbus karena hampir dipastikan harga pesawat N2130 jauh lebih murah dibanding pesawat produksi Boeing dan Airbus sedangkan kualitasnya tidak jauh berbeda,itu lah salah satu alasan Indonesia sengaja dikrisiskan oleh pendapat sebagian kalangan, ini juga dibuktikan ketika ekonomi Indonesia terkena krisis dan Indonesia terpaksa berhutang lagi kepada IMF pada januari 1998 untukmenyehatkan perbankan dan ekonomi Indonesia salah satu point dari agreement yang tercantum di LoI (Letter of Intens) antara Indonesia dan IMF adalah penghentian dana pemerintah untuk menyokong IPTN. Singkatnya Indonesia telah terjebak oleh permainan utang luar negeri dan sudah termasuk Negara yang terkena debt trap IMF dan sekutu-sekutunya. jadi bencana ekonomi Indonesia yang tak kunjung sejahtera itu berawal di masa orde baru dan berlanjut sampai era pemerintahan SBY-Boediono. Sampai saat ini utang luar negeri kita mencapai Rp 1.997 Trilliun, angka yang sangat fantastis dan perlu diketahui kecenderungan nilai utang luar negeri dari tahun ke tahun bukannya semakin menurun malah semakin bertambah. Celakanya sampai pemerintahan SBY-Boediono ekonomi kita cenderung kapitalis, focus pemerintah kita hanya pada pembangunan ekonomi Makro atau sector finansial sedangkan pembangunan sector riil sangatlah kurang atau bahkan cenderung diabaikan, pemerintah kita dengan bangganya mengumumkan pertumbuhan ekonomi diatas 6%, tetapi kita lihat kondisi real di masyarakat masih banyak rakyat miskin dan rakyat yang kelaparan hal ini disebabkan karena pemerintah menghitung pertumbuhan ekonomi sebagian besarnya hanya disumbang dari sector financial, sedangkan sector riil tidak begitu signifikan menyumbang pertumbuhan ekonomi. Seharusnya pemerintah juga memperhatikan sektor riil, karena sebagian besar rakyat Indonesia bermain pada sector riil bukan sector financial yang hanya mainan para konglomerat.
Seharusnya pemerintah mengeluarkan kebijakan ekonomi yang pro rakyat, memberi peluang rakyat kecil untuk hidup sejahtera contohnya dengan cara melayakkan upah buruh, memberi modal cuma-cuma kepada rakyat kecil, memberi pelatihan kewirausahaan dan pertanian di setiap desa diseluruh Indonesia dan lain sebagainya. pemerintah kita juga seharusnya membangun ekonomi domestic terlebih dahulu tanpa adanya utang luar negeri yang begitu signifikan, seperti yang dilakukan China, Korea, Jepang dan Malaysia. Dan terbukti ekonomi mereka jauh lebih maju dibanding ekonomi Indonesia yang sampai sekarang masih bergantung pada utang luar negeri.
lanjut di bawah yaaa
Diubah oleh maftoochey 22-04-2013 15:12
0
10.4K
58


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan