- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kartini, Dulu dan Kini


TS
newsbreaker
Kartini, Dulu dan Kini

Ketika mendengar kata 'Kartini', yang tertanam di benak kita adalah sesosok wanita tangguh yang membela hak kaumnya. Emansipasi wanita sangat sering dikaitkan dengan sosok Raden Ayu Kartini. Seperti apakah kisahnya? Bagaimana kondisi Kartini-Kartini lainnya masa kini?
Lahir di Jepara pada 21 April 1879, Kartini kecil sudah menunjukkan karakter yang menonjol dibanding anak-anak lain di daerahnya. Sikap keingintahuannya sangat tinggi. Sayangnya masa sekolah di Europese Lagere School (ELS) hanya sampai usia 12 tahun. Setelah itu, layaknya perempuan Jawa pada umumnya, Kartini dipingit sehingga tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah.
Setelah menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, semangatnya menuntut ilmu masih belum juga padam. Ia mendirikan sekolah kecil-kecilan yang diikuti oleh perempuan-perempuan di dekat kompleks kantor kabupaten Rembang. Bangunan itu kini dikenal sebagai Gedung Pramuka.
Andai saja Kartini menjadi perempuan khas Jawa zaman dahulu yang hanya manut dan ruang lingkupnya hanya dapur dan sebatas tembok rumah, mungkin kemajuan wanita tidak akan sepesat hari ini. Kini, perempuan manapun berhak menuntut ilmu setinggi langit.
Pekerjaan pria yang dilakukan wanita sering dianggap sebagai salah satu bentuk emansipasi. Tidak salah memang, karena pekerjaan di era modern saat ini tidak lagi bergantung pada gender, melainkan kemampuan.
Tidak jarang kita jumpai perempuan yang menduduki posisi strategis di organisasi maupun perusahaan. Bahkan bangsa Indonesia pun pernah memiliki seorang presiden perempuan. Gelar profesor, doktor, master, serta level pendidikan lainnya juga sudah biasa bertengger pada nama seorang perempuan.
Pada level menengah ke bawah sekalipun, sudah bukan hal yang aneh lagi apabila perempuan berprofesi sebagai supir, petugas pom bensin, buruh, dan pekerjaan khas pria lainnya. Tapi untuk hal ini seringkali desakan dari faktor ekonomi yang berperan lebih dominan, bukan didasarkan keinginan wanita itu sendiri.
Saat ini kesempatan untuk belajar dan berkembang sama besar, maka sudah selayaknya sebagai seorang perempuan untuk melanjutkan perjuangan Kartini. Usia Kartini memang tidak panjang. Ia wafat di usianya yang ke-25. Tetapi semangatnya masih tetap membara hingga kini.
Wahai ibu kita Kartini, putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia
(Lutfi Hilman Prasetya)
0
1.5K
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan