- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tak Punya Uang, Pria Ini Malu Jenguk Bayinya di RS


TS
kakaknyawamin
Tak Punya Uang, Pria Ini Malu Jenguk Bayinya di RS
TEMPO.CO, Jakarta - Syaiful Syam, 34 tahun, galau karena malu menjenguk bayinya yang sedang dirawat di Rumah Sakit Medistra, Kuningan, Jakarta, karena mengalami sobekan di perutnya. Dia merasa dilematis karena setiap menjenguk anaknya, dia selalu dihadapkan dengan amplop putih tagihan biaya rumah sakit yang berjumlah puluhan juta rupiah.
"Saya bingung. Kalau tidak ke rumah sakit rasanya berat. Tapi sampai rumah sakit dimintai tagihan terus," kata Syaiful kepada Tempo, Jumat, 19 April 2013.
Warga kampung Rawa Denok RT 5 RW 8, Rangkapan Jaya Baru, Depok, ini mengaku setiap dua hari sekali pergi menjenguk anaknya di RS Medistra. Hari ini sebenarnya jadwal dia menjenguk, tapi dia canggung dan berat karena harus dihadapkan dengan amplop putih yang semakin hari jumlahnya bertambah. "Terakhir dua hari yang lalu, jumlah tagihannya Rp 47 juta. Ya Tuhan, dari mana saya dapat uang sebanyak itu," kata dia.
Syaiful tidak memiliki banyak pilihan. Pada 6 April 2013, istrinya, Liza Rahmawati, 28 tahun, yang tengah mengandung delapan bulan, melahirkan di RS Brawijaya dengan normal. Biaya persalinan itu sebanyak Rp 18 juta. Namun, di luar keinginan, ternyata bayi yang langsung diberi nama Cantika Nafla Syakira itu mengalami robek di dinding perutnya hingga ususnya berhamburan keluar. "Malam itu juga anak saya dirujuk ke RS Medistra, pukul 22.00," katanya.
Biaya kemudian terus mengalir. Untuk biaya masuk kamar di Medistra, Syaiful bayar Rp 7 juta, sementara biaya operasi sebanyak Rp 18 juta. Untuk biaya operasi, dia menunggak dulu sebanyak Rp 15 juta. "Jadi pas awal masuk Medistra saya baru bayar Rp 10 juta." Pagi pukul 6.00, bayi Cantika akhirnya dioperasi. Sampai sekarang, bayi Cantika masih menginap di ruang NICU Medistra dengan peralatan pembantu dan infus. "Dia belum bisa makan sampai sekarang. Yang masuk hanya infus itu saja."
Adapun istrinya baru tiga kali menjenguk anaknya. Setiap malam Liza selalu menangisi anaknya yang sampai sekarang tak pernah dia susui. "Kasihan istri saya. Pada malam hari dia tak pernah berhenti menangis," katanya.
Syaiful sempat mau mengurus kartu Jamkesda untuk menambah pembiayaan anaknya. Namun, ketika dia masuk ke Dinas Kesehatan Kota Depok, dia ditolak dengan alasan alokasi Jamkesda tidak untuk yang sedang dirawat di RS luar Depok. Namun, pejabat Dinkes menyarankan agar dia meminta bantuan sosial ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Depok. Lagi-lagi dia diminta untuk mengurus di bagian umumnya. "Saya penginnya dikasih tahu saja. Bagaimana caranya dan apa saja yang harus saya lengkapi untuk dapat Jamkesda," kata pria yang mengaku baru tiga bulan kerja sebagai pemasaran sebuah perusahaan mobil.
ILHAM TIRTA sedih
ane tau nih rasanya,ane pernah ngalamin, mudah2an ada jalan keluarnya, kasian banget masih bayi, wajar saja biaya operasinya mahal
"Saya bingung. Kalau tidak ke rumah sakit rasanya berat. Tapi sampai rumah sakit dimintai tagihan terus," kata Syaiful kepada Tempo, Jumat, 19 April 2013.
Warga kampung Rawa Denok RT 5 RW 8, Rangkapan Jaya Baru, Depok, ini mengaku setiap dua hari sekali pergi menjenguk anaknya di RS Medistra. Hari ini sebenarnya jadwal dia menjenguk, tapi dia canggung dan berat karena harus dihadapkan dengan amplop putih yang semakin hari jumlahnya bertambah. "Terakhir dua hari yang lalu, jumlah tagihannya Rp 47 juta. Ya Tuhan, dari mana saya dapat uang sebanyak itu," kata dia.
Syaiful tidak memiliki banyak pilihan. Pada 6 April 2013, istrinya, Liza Rahmawati, 28 tahun, yang tengah mengandung delapan bulan, melahirkan di RS Brawijaya dengan normal. Biaya persalinan itu sebanyak Rp 18 juta. Namun, di luar keinginan, ternyata bayi yang langsung diberi nama Cantika Nafla Syakira itu mengalami robek di dinding perutnya hingga ususnya berhamburan keluar. "Malam itu juga anak saya dirujuk ke RS Medistra, pukul 22.00," katanya.
Biaya kemudian terus mengalir. Untuk biaya masuk kamar di Medistra, Syaiful bayar Rp 7 juta, sementara biaya operasi sebanyak Rp 18 juta. Untuk biaya operasi, dia menunggak dulu sebanyak Rp 15 juta. "Jadi pas awal masuk Medistra saya baru bayar Rp 10 juta." Pagi pukul 6.00, bayi Cantika akhirnya dioperasi. Sampai sekarang, bayi Cantika masih menginap di ruang NICU Medistra dengan peralatan pembantu dan infus. "Dia belum bisa makan sampai sekarang. Yang masuk hanya infus itu saja."
Adapun istrinya baru tiga kali menjenguk anaknya. Setiap malam Liza selalu menangisi anaknya yang sampai sekarang tak pernah dia susui. "Kasihan istri saya. Pada malam hari dia tak pernah berhenti menangis," katanya.
Syaiful sempat mau mengurus kartu Jamkesda untuk menambah pembiayaan anaknya. Namun, ketika dia masuk ke Dinas Kesehatan Kota Depok, dia ditolak dengan alasan alokasi Jamkesda tidak untuk yang sedang dirawat di RS luar Depok. Namun, pejabat Dinkes menyarankan agar dia meminta bantuan sosial ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Depok. Lagi-lagi dia diminta untuk mengurus di bagian umumnya. "Saya penginnya dikasih tahu saja. Bagaimana caranya dan apa saja yang harus saya lengkapi untuk dapat Jamkesda," kata pria yang mengaku baru tiga bulan kerja sebagai pemasaran sebuah perusahaan mobil.
ILHAM TIRTA sedih
ane tau nih rasanya,ane pernah ngalamin, mudah2an ada jalan keluarnya, kasian banget masih bayi, wajar saja biaya operasinya mahal
0
2.8K
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan