Agan-agan sekalian pasti mungkin ada yang udh ga asing lagi sama sosok ini, karena Yuli Eko Sarwono, guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 19 Purworejo dengan metode gilanya ini emang udah sering jadi pemberitaan di berbagai media masa.
disini TS cuma mau mengankat sosok beliau ini karena menurut ane andaikan smua guru punya metode kaya gini mungkin smua muridnya bakal seneng sama matapelajarannya
Spoiler for Foto Kedekatan dengan Murid2nya:
Badannya gempal, gaya bicaranya sering membuat kocak bagi yang mendengarkan. Itulah seklas sosok Yuli Eko Sarwono, guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 19 Purworejo. Sekilas sangat kontra dengan profesi yang dimilikinya. Baiasanya sebagai guru matematika sangat lekat dengan keangkeran, keseriusan. Namun bagi bapak empat anak ini sangat berbeda.
Bahkan dengan metode-metodenya ia mendapat julukan siguru gila. Bagimana tidak, dengan metode pembelajaran yang kontekstual, bertumpuk-tumpuk alat peraga disediakan. Karena kelewat banyaknya peragaan yang ia miliki, akhirnya ia mendapat hadih sebuah ruangan kusus untuk menyimpan.
Spoiler for Kreasi Karya Matematika:
Agar siswa lebih mudah menangkap apa yang disampaikan, metode pembelajarannya melaui alat-alat peraga-peraga. Berbagai peraga dipergunakan dari barang-barang bekas, seperti kertas, kaleng, dus susu dll. Bahkan ia tidak segan-segan membawa masuk sepeda motornya ke dalam kelas, sebagai alat peraga penghitungan lingkaran. Hasil karya siswa pun dipajang sebagai buah penghargaan.
Alat peraga tersebut semakin hari semakin menumpuk, hingga memenuhi ruangan. Oleh pihak sekolah, ia diberikan sebuah ruangan kusus, untuk memajang alat-alat peraga. “Metode boleh ditawar, tapi target harus terpenuhi. Dan sekarang perolehan nilai mapel matematika terus meningkat. Dari rata-rata lima koma sekian, terus meningkat, dan unas 2008 lalu, mecapai rata-rata 7,4” katanya.
Nah Ini gan yang bikin ane salut ternyata beliau juga punya usaha sampingan
Spoiler for Kerja Sampingan:
Untuk mencukupi kebutujhan hidup keluarganya, dia tidak hanya menggantungkan dari gaji sebagi guru. Selepas mengajar, ia berkeliling berjualan bakso. Pagi sebelum berangkat mengajar berbelanja, kemudin bahan dimasak oleh isterinya. Pulang megajar, ia baru jualan keliling dengan gerobag.
“Waktu tertentu saat sekolah butuh konsentrasi pekerjaan dan menyita waktu, ya sementara waktu tidak jualan. Baru setelah senggang jualan lagi. Imbalannya pada suatu saat dapat borongan dalam partai besar. Misalnya ada hajatan temanten, kami mendapat borongan dengna omset jutaraan rupiah. Impas kan” kata Yuli sambil tertawa