- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Inovasi Anak Negeri : Motor Listrik Praktis Nan Ramah Lingkungan


TS
udincoholik
Inovasi Anak Negeri : Motor Listrik Praktis Nan Ramah Lingkungan
TS Hanya Minta
Info Selengkapnya Cek
Bandung Review
Spoiler for Mohon Dirate Gan:
TOLONG RATE NYA GAN
Spoiler for BOLEH CENDOLNYA:

Spoiler for Motor Listrik:

Quote:
Di antara semua aspek yang perlu dibenahi di Bandung, transportasi adalah salah satu hal penting yang sering dipermasalahkan warga kota. Selain jalan raya yang nyaris selalu macet, kampanye penggunaan kendaraan umum belum begitu berhasil dampaknya. Banyak yang lebih memilih kendaraan pribadi, terutama sepeda motor, dengan alasan lebih praktis dan hemat. Alasan yang sederhana, tetapi sebenarnya berdampak besar pada lingkungan terutama peningkatan polusi udara.
Dibandingkan ajakan menggunakan kendaraan umum, kampanye bersepeda lebih mendapat perhatian. Komunitas sepeda menjamur, begitu juga dengan pemakaiannya. Salah satu sepeda yang tidak melelahkan saat digowes adalah ‘betrix’ alias sepeda listrik. Sayangnya, pemakaian sepeda yang harganya cukup tinggi itu memang jarang di masyarakat. Padahal, berkendara dengan betrix sepeda listrik terbilang seru dan bebas polusi udara serta suara.
Melihat belum populernya sepeda listrik itulah, Aristyo Rahadian membuat sebuah pengamatan kecil mengenai penggunaan motor dan sepeda. “Ternyata sebagian besar menjawab, motor lebih praktis. Apalagi kalau dipakai untuk berjualan, tinggal menambahkan barangnya di bagian belakang,” tutur lulusan jurusan desain produk di perguruan tinggi teknik negeri di Bandung ini.
Berbekal penelitian sederhana itu, Tyo, sapaan akrabnya, tertarik membuat desain sebuah kendaraan yang juga praktis seperti motor, tetapi ramah lingkungan. Apalagi seorang kerabatnya juga memberi tahu, salah satu jasa pengiriman barang terkenal akan meluncurkan armada baru untuk pengiriman dokumen. “Setelah mendapat info itu, saya langsung tertarik membuat,” kata pemuda yang memang suka bersepeda ini.
Meski awalnya ide tersebut hanya untuk tugas akhir (TA), Tyo serius untuk mewujudkan desainnya. Dalam pengerjaannya, Tyo mengaku pembuatan kendaraan tersebut murni sendiri dan dibantu orang bengkel untuk bagian fisiknya. “Prosesnya sekitar 6 bulan,” ungkap Tyo. “Mulai dari konsep, sketsa, sampai jadi.”
Semula, Tyo berencana membuat sebuah sepeda. Namun dengan beberapa pertimbangan seperti dimensi dan muatan storage, kendaraan buatannya tidak menggunakan pedal sehingga kemudian menjadi sebuah motor listrik.
Sekilas, motor listrik ciptaannya tidak jauh berbeda dengan produk yang sudah ada sebelumnya. Penggunaannya pun mudah, seperti mengendarai motor matic. Kelebihannya, moda transportasi karya Tyo ini juga berfungsi ganda sebagai wadah untuk membawa dokumen-dokumen. “Kurir atau pengendaranya tidak perlu pakai ransel atau tas tambahan di motornya,” jelas Tyo.
Menyadari keberadaan lahan parkir di kota Bandung semakin minim, ia mendesain motor listriknya lebih fleksibel dan sebisa mungkin tidak perlu diparkir. “Bisa dilipat untuk masuk ke gedung atau area-area tertentu. Bisa didorong seperti gerobak,” ucapnya sedikit tergelak. Selain itu, karena menggunakan listrik, moda transportasi ciptaannya tidak menghasilkan polusi udara sekaligus suara.
Tyo sendiri belum mencoba mengendarai motor listrik ciptaannya ini. Namun ia memperkirakan, kecepatan kendaraan itu bisa mencapai 30 km/jam. “Tergantung bobot kendaraan dan pengendaranya juga,” tambahnya. Untuk pemakaian dengan bobot dan rute jalanan yang normal, Tyo juga memperkirakan motornya bisa digunakan sampai empat jam. Jika listriknya habis, pengguna cukup mengisinya kembali (men-charge) selama 4-5 jam.
Karena awalnya dibuat untuk memenuhi TA, Tyo mengakui perlu ada beberapa hal yang diperbaiki agar motor listriknya semakin nyaman digunakan. “Terutama atribut pelengkap untuk regulasi jalan raya,” ucapnya. Ia juga masih mencari nama yang tepat untuk produknya ini. Jika sudah mendekati sempurna, tidak menutup kemungkinan motor listrik ini akan dipasarkan luas. “Kalau ada investor yang berminat, silakan,” ungkap Tyo sambil tertawa.
Masalah transpotasi dan dampaknya bagi lingkungan bukan hanya urusan pemerintah untuk diselesaikan. Mari kita sedikit membantu mengurangi kemacetan, salah satunya dengan kembali ke transportasi publik atau menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan. (RY)
Dibandingkan ajakan menggunakan kendaraan umum, kampanye bersepeda lebih mendapat perhatian. Komunitas sepeda menjamur, begitu juga dengan pemakaiannya. Salah satu sepeda yang tidak melelahkan saat digowes adalah ‘betrix’ alias sepeda listrik. Sayangnya, pemakaian sepeda yang harganya cukup tinggi itu memang jarang di masyarakat. Padahal, berkendara dengan betrix sepeda listrik terbilang seru dan bebas polusi udara serta suara.
Melihat belum populernya sepeda listrik itulah, Aristyo Rahadian membuat sebuah pengamatan kecil mengenai penggunaan motor dan sepeda. “Ternyata sebagian besar menjawab, motor lebih praktis. Apalagi kalau dipakai untuk berjualan, tinggal menambahkan barangnya di bagian belakang,” tutur lulusan jurusan desain produk di perguruan tinggi teknik negeri di Bandung ini.
Berbekal penelitian sederhana itu, Tyo, sapaan akrabnya, tertarik membuat desain sebuah kendaraan yang juga praktis seperti motor, tetapi ramah lingkungan. Apalagi seorang kerabatnya juga memberi tahu, salah satu jasa pengiriman barang terkenal akan meluncurkan armada baru untuk pengiriman dokumen. “Setelah mendapat info itu, saya langsung tertarik membuat,” kata pemuda yang memang suka bersepeda ini.
Meski awalnya ide tersebut hanya untuk tugas akhir (TA), Tyo serius untuk mewujudkan desainnya. Dalam pengerjaannya, Tyo mengaku pembuatan kendaraan tersebut murni sendiri dan dibantu orang bengkel untuk bagian fisiknya. “Prosesnya sekitar 6 bulan,” ungkap Tyo. “Mulai dari konsep, sketsa, sampai jadi.”
Semula, Tyo berencana membuat sebuah sepeda. Namun dengan beberapa pertimbangan seperti dimensi dan muatan storage, kendaraan buatannya tidak menggunakan pedal sehingga kemudian menjadi sebuah motor listrik.
Sekilas, motor listrik ciptaannya tidak jauh berbeda dengan produk yang sudah ada sebelumnya. Penggunaannya pun mudah, seperti mengendarai motor matic. Kelebihannya, moda transportasi karya Tyo ini juga berfungsi ganda sebagai wadah untuk membawa dokumen-dokumen. “Kurir atau pengendaranya tidak perlu pakai ransel atau tas tambahan di motornya,” jelas Tyo.
Menyadari keberadaan lahan parkir di kota Bandung semakin minim, ia mendesain motor listriknya lebih fleksibel dan sebisa mungkin tidak perlu diparkir. “Bisa dilipat untuk masuk ke gedung atau area-area tertentu. Bisa didorong seperti gerobak,” ucapnya sedikit tergelak. Selain itu, karena menggunakan listrik, moda transportasi ciptaannya tidak menghasilkan polusi udara sekaligus suara.
Tyo sendiri belum mencoba mengendarai motor listrik ciptaannya ini. Namun ia memperkirakan, kecepatan kendaraan itu bisa mencapai 30 km/jam. “Tergantung bobot kendaraan dan pengendaranya juga,” tambahnya. Untuk pemakaian dengan bobot dan rute jalanan yang normal, Tyo juga memperkirakan motornya bisa digunakan sampai empat jam. Jika listriknya habis, pengguna cukup mengisinya kembali (men-charge) selama 4-5 jam.
Karena awalnya dibuat untuk memenuhi TA, Tyo mengakui perlu ada beberapa hal yang diperbaiki agar motor listriknya semakin nyaman digunakan. “Terutama atribut pelengkap untuk regulasi jalan raya,” ucapnya. Ia juga masih mencari nama yang tepat untuk produknya ini. Jika sudah mendekati sempurna, tidak menutup kemungkinan motor listrik ini akan dipasarkan luas. “Kalau ada investor yang berminat, silakan,” ungkap Tyo sambil tertawa.
Masalah transpotasi dan dampaknya bagi lingkungan bukan hanya urusan pemerintah untuk diselesaikan. Mari kita sedikit membantu mengurangi kemacetan, salah satunya dengan kembali ke transportasi publik atau menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan. (RY)
Info Selengkapnya Cek
Bandung Review
Diubah oleh udincoholik 18-04-2013 09:59
0
2K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan