Seorang pilot akan berangkat ke bandara di pagi hari untuk tugas terbangnya. Kemudian ia memanggil taksi, dan sebelum naik taksi ia mengucapkan salam dan menyapa sang sopir taksi terlebih dahulu:

"Selamat pagi Pak ... Pagi yang cerah bukan?" Katanya, sambil tersenyum.

Lalu sang pilot bersenandung kecil. Sang sopir tersenyum melihat keceriaan penumpangnya dan dengan senang hati melajukan taksinya.

Sesampainya di tempat tujuan, pilot tadi membayar dengan selembar uang 100ribuan, untuk argo yang hampir 70ribu, sambil mengatakan,

"Kembalinya buat Bapak saja ... Selamat bekerja ya Pak."

"Terima kasih", balas sang sopir dengan hati senang dan penuh syukur. "Wah, aku bisa sarapan dulu nih." Pikirnya kemudian. Ia pun bergegas menuju warung langganannya.

"Biasa, Pak?" Tanya si mbok pemilik warung kepada sopir taksi tadi.

"Iya, biasa. Nasi ... sayur ... Tapi pagi ini tolong tambahkan sepotong ayam ya, mbok" Kata sang sopir.

Ketika membayar nasinya, ditambahkannya 1000 pada uangnya, dan mengatakan, "Buat jajan anaknya si Mbok"

Dengan tambahan uang jajan 1000, pagi itu anak si Mbok berangkat ke sekolah dengan senyum lebih lebar. Ia bisa membeli 2 potong kue pagi ini, dan memberikannya kepada temannya yang tidak punya bekal.

Begitulah cerita bisa berlanjut dan bergulir seperti bola salju. Kebahagiaan bisa menular dari sifat memberi dan berbagi. Pak sopir bisa lebih bahagia hari itu, begitu juga keluarga si Mbok penjual nasi dan teman-teman anak si Mbok.

Kebahagiaan -- seperti halnya kesusahan -- bisa menular kepada siapa saja di sekitar kita. Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Bisa menerima adalah berkah, tetapi bisa memberi adalah sebuah anugerah. Semoga sisa hidup kita selalu bahagia dan dapat membuat orang lain bahagia dengan keberadaan kita. Jangan pernah dengki dengan kebahagiaan yang dimiliki orang lain. Ciptakanlah kebahagiaan untuk diri sendiri dan orang lain, mulai dari hal-hal yang sederhana.

Siapkah kita menularkan kebahagiaan hari ini?