- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tafsir Ayat خَاتَمَ النبِيينَ Berdasarkan Ayat-ayat Lain dalam Quran Majid


TS
kabarsuka
Tafsir Ayat خَاتَمَ النبِيينَ Berdasarkan Ayat-ayat Lain dalam Quran Majid
http://goo.gl/MAeGs
Quran ‘Azhim adalah suatu kitab yang sempurna. Salah satu keajaibannya adalah, Alquran tidak hanya di satu tempat saja memaparkan Khatamun Nubuwwat, melainkan juga telah menguraikan penafsiran tentang hal itu di sejumlah tempat lainnya. Dalam kaitan itu kami memaparkan ayat-ayat Quran Syarif di bawah ini.
PERTAMA: Di dalam Surah Al-Hajj Allah Ta’ala berfirman:
اللهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ الناسِ إِن اللهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Allah [senantiasa] memilih rasul-rasul-Nya dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (Al-Hajj:75).
Sebelum ayat ini, yang disinggung adalah orang-orang yang menjadi sasaran lawan bicara Rasul Karim s.a.w., bukan mengenai orang-orang sebelum beliau. Dan arti ayat ini adalah, Allah memilih dan akan terus memilih dari antara malaikat-malaikat dan manusia-manusia sebagai rasul. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Dari ayat ini tampil dengan jelas bahwa di zaman Rasul Karim s.a.w., yakni di zaman kenabian beliau, terdapat manusia-manusia lain yang memperoleh nama rasul dari Allah Ta’ala.
KEDUA: Di dalam Surah Al-Fatihah Allah Ta’ala telah mengajarkan doa kepada orang-orang Islam:
اهدِنَــــا الصرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ الذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ
Ya Allah Tunjukilah kami jalan lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka. (Al-Fatihah : 6,7)
Doa ini secara wajib dibaca oleh orang-orang Islam lima waktu sehari, dan pada waktu- waktu lainnya secara nafal. Sekarang pertanyaannya adalah, apa jalan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat itu? Quran Syarif sendiri telah menjelaskannya:
وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطاً مسْتَقِيماً
Dan niscaya akan Kami bimbing mereka ke jalan lurus. (An-Nisa: 68).
Seandainya orang-orang Islam mengamalkan keputusan-keputusan Rasul Karim s.a.w., dan dengan senang hati mengikutinya, maka Kami akan menunjuki mereka jalan lurus. Kemudian Alquran menjelaskan cara untuk memperoleh petunjuk ke jalan itu:
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم منَ النبِيينَ وَالصديقِينَ وَالشهَدَاء وَالصالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Muhammad Rasulullah s.a.w. maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah Ta’ala telah memberikan nikmat, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang saleh. Dan, mereka itulah sahabat yang terbaik. Inilah karunia dari Allah, dan memadailah Allah sebagai Dzat Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa: 69)
Di dalam ayat ini dengan jelas telah diberitahukan bahwa jalan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat itu adalah jalan yang apabila ditempuh akan memasukkan manusia ke kalangan para nabi, shiddiq, syahid, dan saleh.
Sebagian orang mengatakan bahwa kata ma’a di situ berarti bahwa orang-orang itu akan bersama kelompok orang yang telah dianugerahi nikmat, tetapi tidak termasuk di dalam kelompok itu. Padahal ayat tersebut tidak dapat diartikan demikian. Sebab, dalam bentuk demikian artinya adalah, orang-orang itu akan bersama kelompok orang yang telah dianugerahi nikmat, tetapi tidak akan termasuk ke dalam kelompok tersebut. Yakni, mereka akan bersama nabi-nabi, tetapi tidak akan termasuk di kalangan nabi-nabi. Mereka akan bersama para shiddiq, tetapi tidak akan termasuk di kalangan para shiddiq. Mereka akan bersama para syahid, tetapi tidak akan termasuk di kalangan para syahid. Dan mereka akan bersama para saleh, tetapi tidak akan termasuk di kalangan para saleh. Berdasarkan arti tersebut, umat Islam tidak hanya luput dari kenabian, tetapi juga telah luput dari pangkat shiddiq. Dan apa yang telah dikatakan Rasulullah s.a.w. bahwa Abu Bakar adalah shiddiq, na’udzubillaah, ternyata salah. Dan umat Islam juga telah luput dari derajat syahid. Dan di dalam Quran Karim di mana Allah Ta’ala telah menyatakan para sahabah berada pada derajat syuhada, ternyata juga salah.
شُهَدَاء عَلَى الناسِ
Sebagai syahid/saksi atas manusia. (Al-Baqarah: 143)
Dan di kalangan para saleh juga tidak akan ada yang masuk satu orangpun dari umat ini. Dan pendapat yang mengatakan bahwa di dalam umat Islam telah berlalu banyak sekali orang saleh, pendapat itu sama-sekali salah. Na’udzubillaah.
Apakah ada orang berakal yang menguasai Alquran dan Hadits dapat menerima arti-arti tersebut ? Kata ma’a tidak berarti bersama, tetapi juga berarti termasuk. Di dalam Quran Karim telah diajarkan doa ini kepada orang-orang mukmin.
وَتَوَفنَا مَعَ الأبْرَارِ
Ya Allah wafatkanlah kami bersama orang-orang saleh. (Ali ‘Imran:193)
Dan setiap Muslim mengartikannya: “Wahai Allah, wafatkanlah aku dalam kondisi termasuk di kalangan orang-orang saleh.” Tidak pernah diartikan bahwa: “Ya Allah, pada saat seorang saleh wafat, maka pada saat itu juga wafatkanlah aku bersamanya.” Demikian pula tertera di dalam Quran Karim:
إِن الْمُنَافِقِينَ فِي الدرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً إِلا الذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ وَاعْتَصَمُواْ بِاللّهِ وَأَخْلَصُواْ دِينَهُمْ لِلّهِ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْراً عَظِيماً
Sesungguhnya orang-orang munafik berada di lapisan paling bawah dalam api, dan engkau tidak akan mendapatkan penolong bagi mereka. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh kepada Allah, serta mereka ikhlas dalam pengabdian mereka kepada Allah. Dan mereka ini termasuk golongan orang-orang mukmin. Dan Allah segera akan memberi ganjaran besar kepada orang-orang mukmin. (An-Nisa: 145-146).
Di sini tedapat kata-kata “ma’al mu’miniin”. Namun, kata ma’a disini diartikan sebagai min. Demikian pula tertera di dalam Surah Al-Hijr:
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلا تَكُونَ مَعَ الساجِدِينَ
Hai Iblis, apa yang telah terjadi padamu, mengapa engkau tidak bersama orang-orang yang bersujud. (Al-Hijr:32)
Namun, di dalam Surah Al-A’raf dikatakan “Lam yakun minassaajidiin.” Yakni, iblis tidak termasuk di kalangan orang-orang yang bersujud (Al-A’raf:11). Jadi, di dalam Quran Karim kata ma’a telah digunakan dalam arti min. Dan dalam kitab lughat terkenal tentang Alquran, Mufradat Alquran tulisan Imam Raghib, juga tertulis:
Yakni, di dalam ayat “Faktubnaa ma’asy-syaahidiin” kata ma’a itu berarti “masukkanlah kami ke dalam golongan para syahid”, sebagaimana di dalam ayat “Faulaaika ma’alladziina an’amallaahu ‘alaihim” kata ma’a berarti bahwa orang-orang yang taat kepada Rasulullah s.a.w. akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat. (Lihat Mufradat, Raghib, h. 435, di bawah kata kataba).
Lebih lanjut, penjelasan terhadap tulisan Imam Raghib tersebut di dalam Tafsir Bahrul Muhith dikatakan:
Yakni, menurut Imam Raghib arti ayat ini adalah, orang-orang yang taat kepada Rasulullah s.a.w., dari segi kedudukan dan derajat akan dimasukkan ke dalam kalangan para nabi, shiddiq, syahid dan saleh. Yakni, nabi umat ini dengan nabi, shiddiq dengan shiddiq, syahid dengan syahid, saleh dengan saleh. (Lihat: Tafsir Bahrul Muhith, jld. 3, h. 387).
KETIGA: Demikian pula, dengan menyinggung tentang orang-orang Islam, Allah Ta’ala telah berfirman di dalam Quran Karim:
يَا بَنِي آدَمَ إِما يَأْتِيَنكُمْ رُسُلٌ منكُمْ يَقُصونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي فَمَنِ اتقَى وَأَصْلَحَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Wahai anak cucu Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang membacakan kepadamu Ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tak akan ada ketakutan menimpa mereka tentang apa yang akan datang dan tidak pula mereka adan berduka cita tentang apa yang sudah lampau. (Al-A’raf: 35).
Di dalam ayat ini dengan jelas telah dikatakan bahwa di dalam umat Islam rasul-rasul akan senantiasa datang. Demikian pula di dalam Quran Karim Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا الرسُلُ أُقتَتْ
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditetapkan. (Al- Mursalat: 11).
Yakni, di akhir zaman Allah Ta’ala akan kembali menzahirkan segenap rasul dalam corak buruzi/bayangan. Orang-orang Syiah mengambil dalil dari situ bahwa di zaman Imam Mahdi segenap rasul akan didatangkan dan mereka akan mengikutinya.
Di dalam Tafsif Qummi tertulis:
Sekian banyak nabi yang telah Allah Ta’ala kirimkan sejak Adam sampai akhir, kesemuanya akan datang kembali ke dunia dan akan menolong Amirul Mukminin Mahdi. (Tafsir Qummi, h. 23).
Dari ini terbukti bahwa menurut orang-orang Syiah sesudah Rasul Karim s.a.w. segenap rasul akan datang, tetapi tetap saja Khatamun Nubuwwat beliau s.a.w. tidak akan terputus.
Ringkasnya, beberapa ayat telah dituliskan sebagai contoh dari ayat-ayat Quran Karim. Dari ayat-ayat itu terbukti bahwa di dalam umat Islam nabi ummati bisa datang, dalam corak penghambaan dan pengabdian kepada Rasul Karim s.a.w., serta untuk menyebarkan agama beliau s.a.w.. Dan hal itu merupakan dalil yang abadi serta telak yang membuktikan bahwa Rasulullah s.a.w. adalah seorang nabi yang hidup, bahwa Alquran adalah kitab yang hidup, dan bahwa Islam adalah agama yang hidup.
Sumber : Mahzarnamah
Quran ‘Azhim adalah suatu kitab yang sempurna. Salah satu keajaibannya adalah, Alquran tidak hanya di satu tempat saja memaparkan Khatamun Nubuwwat, melainkan juga telah menguraikan penafsiran tentang hal itu di sejumlah tempat lainnya. Dalam kaitan itu kami memaparkan ayat-ayat Quran Syarif di bawah ini.
PERTAMA: Di dalam Surah Al-Hajj Allah Ta’ala berfirman:
اللهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ الناسِ إِن اللهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Allah [senantiasa] memilih rasul-rasul-Nya dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (Al-Hajj:75).
Sebelum ayat ini, yang disinggung adalah orang-orang yang menjadi sasaran lawan bicara Rasul Karim s.a.w., bukan mengenai orang-orang sebelum beliau. Dan arti ayat ini adalah, Allah memilih dan akan terus memilih dari antara malaikat-malaikat dan manusia-manusia sebagai rasul. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Dari ayat ini tampil dengan jelas bahwa di zaman Rasul Karim s.a.w., yakni di zaman kenabian beliau, terdapat manusia-manusia lain yang memperoleh nama rasul dari Allah Ta’ala.
KEDUA: Di dalam Surah Al-Fatihah Allah Ta’ala telah mengajarkan doa kepada orang-orang Islam:
اهدِنَــــا الصرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ الذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ
Ya Allah Tunjukilah kami jalan lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka. (Al-Fatihah : 6,7)
Doa ini secara wajib dibaca oleh orang-orang Islam lima waktu sehari, dan pada waktu- waktu lainnya secara nafal. Sekarang pertanyaannya adalah, apa jalan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat itu? Quran Syarif sendiri telah menjelaskannya:
وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطاً مسْتَقِيماً
Dan niscaya akan Kami bimbing mereka ke jalan lurus. (An-Nisa: 68).
Seandainya orang-orang Islam mengamalkan keputusan-keputusan Rasul Karim s.a.w., dan dengan senang hati mengikutinya, maka Kami akan menunjuki mereka jalan lurus. Kemudian Alquran menjelaskan cara untuk memperoleh petunjuk ke jalan itu:
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم منَ النبِيينَ وَالصديقِينَ وَالشهَدَاء وَالصالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Muhammad Rasulullah s.a.w. maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah Ta’ala telah memberikan nikmat, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang saleh. Dan, mereka itulah sahabat yang terbaik. Inilah karunia dari Allah, dan memadailah Allah sebagai Dzat Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa: 69)
Di dalam ayat ini dengan jelas telah diberitahukan bahwa jalan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat itu adalah jalan yang apabila ditempuh akan memasukkan manusia ke kalangan para nabi, shiddiq, syahid, dan saleh.
Sebagian orang mengatakan bahwa kata ma’a di situ berarti bahwa orang-orang itu akan bersama kelompok orang yang telah dianugerahi nikmat, tetapi tidak termasuk di dalam kelompok itu. Padahal ayat tersebut tidak dapat diartikan demikian. Sebab, dalam bentuk demikian artinya adalah, orang-orang itu akan bersama kelompok orang yang telah dianugerahi nikmat, tetapi tidak akan termasuk ke dalam kelompok tersebut. Yakni, mereka akan bersama nabi-nabi, tetapi tidak akan termasuk di kalangan nabi-nabi. Mereka akan bersama para shiddiq, tetapi tidak akan termasuk di kalangan para shiddiq. Mereka akan bersama para syahid, tetapi tidak akan termasuk di kalangan para syahid. Dan mereka akan bersama para saleh, tetapi tidak akan termasuk di kalangan para saleh. Berdasarkan arti tersebut, umat Islam tidak hanya luput dari kenabian, tetapi juga telah luput dari pangkat shiddiq. Dan apa yang telah dikatakan Rasulullah s.a.w. bahwa Abu Bakar adalah shiddiq, na’udzubillaah, ternyata salah. Dan umat Islam juga telah luput dari derajat syahid. Dan di dalam Quran Karim di mana Allah Ta’ala telah menyatakan para sahabah berada pada derajat syuhada, ternyata juga salah.
شُهَدَاء عَلَى الناسِ
Sebagai syahid/saksi atas manusia. (Al-Baqarah: 143)
Dan di kalangan para saleh juga tidak akan ada yang masuk satu orangpun dari umat ini. Dan pendapat yang mengatakan bahwa di dalam umat Islam telah berlalu banyak sekali orang saleh, pendapat itu sama-sekali salah. Na’udzubillaah.
Apakah ada orang berakal yang menguasai Alquran dan Hadits dapat menerima arti-arti tersebut ? Kata ma’a tidak berarti bersama, tetapi juga berarti termasuk. Di dalam Quran Karim telah diajarkan doa ini kepada orang-orang mukmin.
وَتَوَفنَا مَعَ الأبْرَارِ
Ya Allah wafatkanlah kami bersama orang-orang saleh. (Ali ‘Imran:193)
Dan setiap Muslim mengartikannya: “Wahai Allah, wafatkanlah aku dalam kondisi termasuk di kalangan orang-orang saleh.” Tidak pernah diartikan bahwa: “Ya Allah, pada saat seorang saleh wafat, maka pada saat itu juga wafatkanlah aku bersamanya.” Demikian pula tertera di dalam Quran Karim:
إِن الْمُنَافِقِينَ فِي الدرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً إِلا الذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ وَاعْتَصَمُواْ بِاللّهِ وَأَخْلَصُواْ دِينَهُمْ لِلّهِ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْراً عَظِيماً
Sesungguhnya orang-orang munafik berada di lapisan paling bawah dalam api, dan engkau tidak akan mendapatkan penolong bagi mereka. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh kepada Allah, serta mereka ikhlas dalam pengabdian mereka kepada Allah. Dan mereka ini termasuk golongan orang-orang mukmin. Dan Allah segera akan memberi ganjaran besar kepada orang-orang mukmin. (An-Nisa: 145-146).
Di sini tedapat kata-kata “ma’al mu’miniin”. Namun, kata ma’a disini diartikan sebagai min. Demikian pula tertera di dalam Surah Al-Hijr:
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلا تَكُونَ مَعَ الساجِدِينَ
Hai Iblis, apa yang telah terjadi padamu, mengapa engkau tidak bersama orang-orang yang bersujud. (Al-Hijr:32)
Namun, di dalam Surah Al-A’raf dikatakan “Lam yakun minassaajidiin.” Yakni, iblis tidak termasuk di kalangan orang-orang yang bersujud (Al-A’raf:11). Jadi, di dalam Quran Karim kata ma’a telah digunakan dalam arti min. Dan dalam kitab lughat terkenal tentang Alquran, Mufradat Alquran tulisan Imam Raghib, juga tertulis:
Yakni, di dalam ayat “Faktubnaa ma’asy-syaahidiin” kata ma’a itu berarti “masukkanlah kami ke dalam golongan para syahid”, sebagaimana di dalam ayat “Faulaaika ma’alladziina an’amallaahu ‘alaihim” kata ma’a berarti bahwa orang-orang yang taat kepada Rasulullah s.a.w. akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat. (Lihat Mufradat, Raghib, h. 435, di bawah kata kataba).
Lebih lanjut, penjelasan terhadap tulisan Imam Raghib tersebut di dalam Tafsir Bahrul Muhith dikatakan:
Yakni, menurut Imam Raghib arti ayat ini adalah, orang-orang yang taat kepada Rasulullah s.a.w., dari segi kedudukan dan derajat akan dimasukkan ke dalam kalangan para nabi, shiddiq, syahid dan saleh. Yakni, nabi umat ini dengan nabi, shiddiq dengan shiddiq, syahid dengan syahid, saleh dengan saleh. (Lihat: Tafsir Bahrul Muhith, jld. 3, h. 387).
KETIGA: Demikian pula, dengan menyinggung tentang orang-orang Islam, Allah Ta’ala telah berfirman di dalam Quran Karim:
يَا بَنِي آدَمَ إِما يَأْتِيَنكُمْ رُسُلٌ منكُمْ يَقُصونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي فَمَنِ اتقَى وَأَصْلَحَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Wahai anak cucu Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang membacakan kepadamu Ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tak akan ada ketakutan menimpa mereka tentang apa yang akan datang dan tidak pula mereka adan berduka cita tentang apa yang sudah lampau. (Al-A’raf: 35).
Di dalam ayat ini dengan jelas telah dikatakan bahwa di dalam umat Islam rasul-rasul akan senantiasa datang. Demikian pula di dalam Quran Karim Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا الرسُلُ أُقتَتْ
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditetapkan. (Al- Mursalat: 11).
Yakni, di akhir zaman Allah Ta’ala akan kembali menzahirkan segenap rasul dalam corak buruzi/bayangan. Orang-orang Syiah mengambil dalil dari situ bahwa di zaman Imam Mahdi segenap rasul akan didatangkan dan mereka akan mengikutinya.
Di dalam Tafsif Qummi tertulis:
Sekian banyak nabi yang telah Allah Ta’ala kirimkan sejak Adam sampai akhir, kesemuanya akan datang kembali ke dunia dan akan menolong Amirul Mukminin Mahdi. (Tafsir Qummi, h. 23).
Dari ini terbukti bahwa menurut orang-orang Syiah sesudah Rasul Karim s.a.w. segenap rasul akan datang, tetapi tetap saja Khatamun Nubuwwat beliau s.a.w. tidak akan terputus.
Ringkasnya, beberapa ayat telah dituliskan sebagai contoh dari ayat-ayat Quran Karim. Dari ayat-ayat itu terbukti bahwa di dalam umat Islam nabi ummati bisa datang, dalam corak penghambaan dan pengabdian kepada Rasul Karim s.a.w., serta untuk menyebarkan agama beliau s.a.w.. Dan hal itu merupakan dalil yang abadi serta telak yang membuktikan bahwa Rasulullah s.a.w. adalah seorang nabi yang hidup, bahwa Alquran adalah kitab yang hidup, dan bahwa Islam adalah agama yang hidup.
Sumber : Mahzarnamah
0
1.3K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan