- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Sahabat Kesabaran, yang dicintai Allah] Share Cerpen Jelek buatan ane.
TS
thecordoba
[Sahabat Kesabaran, yang dicintai Allah] Share Cerpen Jelek buatan ane.
Cuma sharing aja , nih! siapa tahu bermanfaat.
mohon kritikannya gan dan sista.
Monggo disimak!
“Huuu… huu…”
Boni menangis di bawah pohon, dikelilingi Badir dan teman-temannya.
Dari kejauhan Jono melihatnya, lalu berteriak dan segera berlari menghampiri.
“Heey… Apa yang kalian lakukan?” sentak Jono.
Badir dan teman-temannya lalu berlari menjauh.
“Boni, kenapa nangis? Badir dan teman-temannya ngapain kamu?” tanya Jono.
Tak sepatah katapun yang Boni ucapkan, ia hanya menangis tersedu-sedan. Jono terus bertanya mengapa Boni menangis, tapi Boni tidak menjawab.
Boni dan Jono adalah sahabat karib. Jono lebih tua 3 tahun dari Boni yang sekarang duduk di kelas 4 SD.
Mereka selalu bermain bersama. Namun, hari itu Jono keluar rumah tak seperti waktu biasanya. Hingga akhirnya ia melihat Boni menangis di bawah pohon.
Lalu, tangan Jono merangkul Boni yang terus-menerus menangis.
“Kita teman, kan Bon?” tanya Jono.
Seketika tangis Boni terhenti.
“Yaa… kita memang teman, Jon. Kenapa?” jawab Boni.
“Terus, kenapa kamu gak mau cerita? Apa yang dilakukan Badir, Bon?” tanya Jono.
Tangisan Boni pun terhenti.
“Aku capek, Jon!” sentak Boni.
Jono terheran-heran. “Loh, kenapa, Bon?” tanyanya kemudian.
“Aku capek, Jon, dihina terus begini... hiks.”
Sesaat suasana begitu hening. Terlontar satu pertanyaan dari mulut Boni, “Jon, Tuhanku dan Tuhanmu sama, kan?”
“Jelas... Laillahailallah! Kenapa kamu ragu, Bon?” jawab Jono sambil menguatkan rangkulannya.
“Tapi kenapa Allah buat aku seperti ini?”
Pertanyaan itu membuat Jono terhentak, antara sedih dan kesal.
Sesaat setetes air mata berlinang dari ujung celah mata Jono yang mendengar pertanyaan itu. Ia semakin menguatkan genggaman tangannya di pundak Boni.
“Allah tahu gak yah, aku dihina kayak gini?” Boni kembali bertanya.
“Allah Maha Mengetahui, Bon,” jawab Jono.
“Tapi kok Allah diam saja?”
Dalam keheningan suara tangisan itu, tiba-tiba Jono memotong.
“Boni, kamu tahu tentang cerita Nabi kita, Muhammad Saw yang marah besar kepada Abu Dzar Al-Ghifari?” kata Jono.
Boni yang sangat meng-idolakan Nabi Muhammad Saw, seketika berhenti menangis dan penasaran dengan cerita Jono.
Tanpa menjawab, Jono sudah tahu bahwa Boni ingin mendengarkannya, ia pun tahu bahwa Boni sangat meng-idolakan Nabi Muhammad Saw.
“Nabi Muhammad marah kepada sahabatnya itu, karena dengan tidak sengaja telah menghina Bilal, kau tahu Bilal?”
“Ya… aku tahu, sahabat yang pertama kali mengumandangkan Adzan di Mekah,” jawab Boni,semangat.
“Nabi pun marah saat Bilal yang ia cintai dihina oleh seseorang yang juga ia cintai,” jelas Jono.
“Kamu tahu tidak, semenjak hari itu, Bilal menjadi salah satu sahabat yang sangat Nabi Muhammad cintai, loh!” tegas Jono.
Boni pun semakin penasaran dengan cerita selanjutnya.
“Apa yang Abu Dzar dan Bilal lakukan, Jon?” tanya Boni.
“Saat itu, Abu Dzar Al-Ghifary menyesal. Beliau menyuruh Bilal untuk menginjak kepalanya, loh!” tegas Jono.
Boni kaget. Apakah benar Bilal akan menginjak kepala Abu Dzar Al-Ghifary? Batinnya bertanya-tanya.
“Apakah Bilal menginjak kepalanya?” tanya Boni kemudian.
“Oh, tidak, Bon. Bilal saat itu tak marah sedikit pun. Ia juga tak menyalahkan siapapun, loh!” jelas Jono.
Boni kembali bertanya, “Kok bisa, Jon? Padahal Bilal kan dihina, sama sepertiku.”
“Kamu tahu, Bon? Bilal begitu mencintai Allah. Bilal merasa dia adalah milik Allah dan tak sedikitpun ia sesali atas apa yang Allah berikan padanya,” jelas Jono.
Sesaat, terlihat Boni yang merasa menyesal.
Kemudian, Jono melanjutkan, “Pada saat itu Nabi Muhammad semakin mencintai Bilal dengan sikap sabarnya.”
Perlahan Boni mengusap air matanya, ia menyadari, bahwa apa yang ia lakukan adalah perbuatan yang tidak baik. Sesaat ia tersenyum pada Jono.
Selanjutnya, Ia menyadari dan mencontoh sikap Bilal dan semakin meyakinkan dirinya, bahwa segalanya adalah milik Allah dan diserahkan kepada Allah. Begitu juga dirinya yang akan setiap hari mencari tulusnya cinta Allah dengan sikap sabarnya.
Bilal sangat dicintai Nabi Muhammad Saw karena sikap sabarnya. Begitu pula orang-orang yang dicintai Nabi Muhammad, maka ia pun dicintai Allah SWT. Jadi bukan tanpa alasan, kalau orang yang sabar, pasti dicintai Allah SWT.
Akhirnya Boni kembali tersenyum.
"Terima kasih, Jon,"
"Ya sudah, sekarang hapus air matamu. Yuk, kita jalan sekarang!" ajak Bono, sambil beranjak.
"Jon, kamu lupa sesuatu, ya?" ucap Boni meringis.
"Oh iya maaf," sahut Jono. Lalu mengambilkan dua tongkat kayu milik Boni dan memberikannya pada sahabatnya itu.
Keduanya pun berjalan. Boni melangkah tertatih-tatih dengan kedua tongkatnya. Ya, Boni adalah seorang anak yang terlahir dengan tidak biasa. Tidak seperti anak lainnya yang terlahir dengan kedua kakinya. Boni tidak memiliki kedua kaki.
Di sebelah Boni, Jono melangkah dengan riang karena sahabatnya sudah bersemangat lagi.
mohon dikoreksi gan dan sist sekalian.
mohon kritikannya gan dan sista.
Monggo disimak!
Quote:
Sahabat Kesabaran yang Dicintai Allah.
“Huuu… huu…”
Boni menangis di bawah pohon, dikelilingi Badir dan teman-temannya.
Dari kejauhan Jono melihatnya, lalu berteriak dan segera berlari menghampiri.
“Heey… Apa yang kalian lakukan?” sentak Jono.
Badir dan teman-temannya lalu berlari menjauh.
“Boni, kenapa nangis? Badir dan teman-temannya ngapain kamu?” tanya Jono.
Tak sepatah katapun yang Boni ucapkan, ia hanya menangis tersedu-sedan. Jono terus bertanya mengapa Boni menangis, tapi Boni tidak menjawab.
Boni dan Jono adalah sahabat karib. Jono lebih tua 3 tahun dari Boni yang sekarang duduk di kelas 4 SD.
Mereka selalu bermain bersama. Namun, hari itu Jono keluar rumah tak seperti waktu biasanya. Hingga akhirnya ia melihat Boni menangis di bawah pohon.
Lalu, tangan Jono merangkul Boni yang terus-menerus menangis.
“Kita teman, kan Bon?” tanya Jono.
Seketika tangis Boni terhenti.
“Yaa… kita memang teman, Jon. Kenapa?” jawab Boni.
“Terus, kenapa kamu gak mau cerita? Apa yang dilakukan Badir, Bon?” tanya Jono.
Tangisan Boni pun terhenti.
“Aku capek, Jon!” sentak Boni.
Jono terheran-heran. “Loh, kenapa, Bon?” tanyanya kemudian.
“Aku capek, Jon, dihina terus begini... hiks.”
Sesaat suasana begitu hening. Terlontar satu pertanyaan dari mulut Boni, “Jon, Tuhanku dan Tuhanmu sama, kan?”
“Jelas... Laillahailallah! Kenapa kamu ragu, Bon?” jawab Jono sambil menguatkan rangkulannya.
“Tapi kenapa Allah buat aku seperti ini?”
Pertanyaan itu membuat Jono terhentak, antara sedih dan kesal.
Sesaat setetes air mata berlinang dari ujung celah mata Jono yang mendengar pertanyaan itu. Ia semakin menguatkan genggaman tangannya di pundak Boni.
“Allah tahu gak yah, aku dihina kayak gini?” Boni kembali bertanya.
“Allah Maha Mengetahui, Bon,” jawab Jono.
“Tapi kok Allah diam saja?”
Dalam keheningan suara tangisan itu, tiba-tiba Jono memotong.
“Boni, kamu tahu tentang cerita Nabi kita, Muhammad Saw yang marah besar kepada Abu Dzar Al-Ghifari?” kata Jono.
Boni yang sangat meng-idolakan Nabi Muhammad Saw, seketika berhenti menangis dan penasaran dengan cerita Jono.
Tanpa menjawab, Jono sudah tahu bahwa Boni ingin mendengarkannya, ia pun tahu bahwa Boni sangat meng-idolakan Nabi Muhammad Saw.
“Nabi Muhammad marah kepada sahabatnya itu, karena dengan tidak sengaja telah menghina Bilal, kau tahu Bilal?”
“Ya… aku tahu, sahabat yang pertama kali mengumandangkan Adzan di Mekah,” jawab Boni,semangat.
“Nabi pun marah saat Bilal yang ia cintai dihina oleh seseorang yang juga ia cintai,” jelas Jono.
“Kamu tahu tidak, semenjak hari itu, Bilal menjadi salah satu sahabat yang sangat Nabi Muhammad cintai, loh!” tegas Jono.
Boni pun semakin penasaran dengan cerita selanjutnya.
“Apa yang Abu Dzar dan Bilal lakukan, Jon?” tanya Boni.
“Saat itu, Abu Dzar Al-Ghifary menyesal. Beliau menyuruh Bilal untuk menginjak kepalanya, loh!” tegas Jono.
Boni kaget. Apakah benar Bilal akan menginjak kepala Abu Dzar Al-Ghifary? Batinnya bertanya-tanya.
“Apakah Bilal menginjak kepalanya?” tanya Boni kemudian.
“Oh, tidak, Bon. Bilal saat itu tak marah sedikit pun. Ia juga tak menyalahkan siapapun, loh!” jelas Jono.
Boni kembali bertanya, “Kok bisa, Jon? Padahal Bilal kan dihina, sama sepertiku.”
“Kamu tahu, Bon? Bilal begitu mencintai Allah. Bilal merasa dia adalah milik Allah dan tak sedikitpun ia sesali atas apa yang Allah berikan padanya,” jelas Jono.
Sesaat, terlihat Boni yang merasa menyesal.
Kemudian, Jono melanjutkan, “Pada saat itu Nabi Muhammad semakin mencintai Bilal dengan sikap sabarnya.”
Perlahan Boni mengusap air matanya, ia menyadari, bahwa apa yang ia lakukan adalah perbuatan yang tidak baik. Sesaat ia tersenyum pada Jono.
Selanjutnya, Ia menyadari dan mencontoh sikap Bilal dan semakin meyakinkan dirinya, bahwa segalanya adalah milik Allah dan diserahkan kepada Allah. Begitu juga dirinya yang akan setiap hari mencari tulusnya cinta Allah dengan sikap sabarnya.
Bilal sangat dicintai Nabi Muhammad Saw karena sikap sabarnya. Begitu pula orang-orang yang dicintai Nabi Muhammad, maka ia pun dicintai Allah SWT. Jadi bukan tanpa alasan, kalau orang yang sabar, pasti dicintai Allah SWT.
Akhirnya Boni kembali tersenyum.
"Terima kasih, Jon,"
"Ya sudah, sekarang hapus air matamu. Yuk, kita jalan sekarang!" ajak Bono, sambil beranjak.
"Jon, kamu lupa sesuatu, ya?" ucap Boni meringis.
"Oh iya maaf," sahut Jono. Lalu mengambilkan dua tongkat kayu milik Boni dan memberikannya pada sahabatnya itu.
Keduanya pun berjalan. Boni melangkah tertatih-tatih dengan kedua tongkatnya. Ya, Boni adalah seorang anak yang terlahir dengan tidak biasa. Tidak seperti anak lainnya yang terlahir dengan kedua kakinya. Boni tidak memiliki kedua kaki.
Di sebelah Boni, Jono melangkah dengan riang karena sahabatnya sudah bersemangat lagi.
mohon dikoreksi gan dan sist sekalian.
Diubah oleh thecordoba 17-04-2013 04:00
0
836
Kutip
2
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan